Joey tiba di rumah sakit yang diberi tahu oleh teman nya, Johan. Dia berlari menuju kamar mayat untuk menemui orang tua nya. Saat tiba di kamar mayat Abang nya Hiro serta istrinya bernama Tania.
Hiro sedang duduk di samping tepat mayat ayah dan ibu nya. Istri nya ikut menangis sambil menutup mulut nya karena melihat kedua orang tua nya Hiro mati dengan mengenaskan.
Joey berjalan menuju mayat kedua orang tua nya, Joey membuka kain yang menyelimuti orang tua nya dan terkejut melihat kondisi orang tua nya tewas dengan cara tragis.
"Bohong, ini pasti bohong." Ucap nya saat membuka kain.
Joey melihat mayat orang tua nya dan tidak percaya bahwa orang tua nya benar benar terbunuh. Air mata mengalir dari mata nya Joey. Seketika mengingatkan kenangan masa lalu yang bahagia dari kedua orang tuanya saat Joey kecil.
"Nak, saat kamu udah besar kamu mau jadi apa?"
"Aku ingin menjadi seperti ayah, kuat dan tidak takut kepada siapa pun!"
"Ahahaha, memangnya kamu ingin menguasai semua teknik bela diri seperti ayah?"
"Iya, aku ingin jadi kuat dan melindungin ayah sama ibu saat kalian berdua dalam bahaya!"
Di dalam kenangan Joey yang kecil berumur 5 tahun ingin menjadi seperti ayahnya dan melindungi keluarga nya. Tapi sekarang Joey gagal melindungi kedua nya. Joey menyesal dia tidak bisa melindungi keluarga nya sendiri.
"Sial, aku gagal, gagal, gagal, melindungi mereka berdua. Ayah, ibu maafkan aku, aku tidak bisa melindungi kalian!"
Joey menangis secara berdiri dengan kepala nya menunduk menetas air mata nya. Hati nya benar benar hancur kini, yang hanya ia rasakan hanyalah perasaan sedih dan penyesalan.
Tania menarik Nico dan Hiro berdekatan dan memeluk mereka berdua. Tania mengelus kepala Joey dan Hiro untuk menenangkan mereka berdua meskipun Tania sendiri juga merasakan hal sama seperti mereka.
"Sudah, sudah kalian. Kita doa kan orang tua kalian tenang di alam sana. Mereka berdua pasti akan memarahi kalian kan kalau kalian sering menangis?"
Meskipun Tania merasakan hal yang sama ia tetap menenangkan mereka berdua. Kini mereka sudah tenang dan berdoa supaya orang tua Joey dan Hiro tenang di alam sana.
**
Orang tua Nico dan Hiro di kuburkan tidak jauh dari rumahnya. Semua keluarga dari Tania berkumpul untuk berduka. Makam orang tua Joey dan Hiro saling bersampingan. Joey menunduk menatap makam ayah nya. Ekspresi nya sangat datar penuh dengan kesedihan.
Semua keluarga mulai meninggalkan kuburan ayah dan ibu nya Joey. Joey dan Hiro masih di kuburan orang tua mereka. Saling melihat kuburan ayah dan ibunya.
"Bang, Abang bilang ayah dan ibu terbunuh kan?" Ucap Joey.
"Iya, mereka di bunuh oleh keluarga ibu kita yaitu Tante kita sendiri Yones. Sepupu kita juga membantu nya membunuh ayah dan ibu." Jawab Hiro.
"Sialan." Gumam Joey.
Hiro dengan sedikit geram memukul pipi Joey sehingga membuat nya terhempas jatuh di tanah. Hiro mencengkram kerah baju Joey dan menggertakkan giginya menatap Joey dengan kesal.
"Kenapa, kenapa kau begitu lemah?" Hiro dengan suara tegas nya.
Keluarga saudara dari Tania menyaksikan suasana tersebut segera meninggalkan Hiro, Joey dan Tania di makam. Menyisakan dua saudara dekat Joey dan Ibu Tania yang bernama Pumi.
"Kau selalu membebankan papa dan mama, pecundang, dan bahkan di depan makam orang tua mu sendiri kau tak nangis? Apa kau sudah gila hah?" Ucap Hiro dan memberikan Joey pukulan di wajah nya sekali.
"Aku kecewa padamu yang selalu tergantung kepada mama, papa dan bahkan aku. Apanya kemampuan spesial di dalam dirimu? Apakah itu adalah rasa pemalas dan nakal di dalam dirimu, Joey?" Nada Hiro semakin besar.
"Aku harap kau bukan adikku dan aku menyesal menjadi abang mu, Joey." Ucap Hiro
Joey yang mendengar kata kata itu segera terkejut dan segera menundukkan kepala untuk menghindari tatapan dari Hiro. Hiro yang tampak kesal segera melepaskan pukulan ke arah wajah Joey namun segera di tahan oleh Tania.
"Kau berlebihan kepadanya, Hiro." Ucap Tania sambil mencengkram erat tangan Hiro.
Hiro yang tampak kesal saat Tania menghalangi nya segera melepaskan cengkaraman di kerah baju Joey dan berpaling meninggalkan mereka. Tania segera menyusul ke Hiro untuk mencoba menenangkan Hiro.
Pumi yang melihat wajah Joey yang babak belur menjadi khawatir, dia mendekati Joey yang menunduk karena masih terkejut dengan perkataan Hiro yang sangat menyentuh ke dirinya dan berbicara dengan tenang.
"Joey, kau baik-baik saja?" Ucap Pumi yang segera berlutut dan berusaha menyentuh pundak Joey.
"Tidak tahu." Jawab Joey yang sedikit kasar.
"Tenanglah okey? Lupakan apa yang abang mu katakan kepadamu tadi Joey." Pumi dengan tenang menyentuh pundak Joey dengan halus.
"Bagaimana aku bisa tenang hah!? Yang dia katakan itu benar, aku memang tidak berguna sama sekali, lemah, beban dan selalu tergantung kepada orang lain." Nada Joey yang sedikit terengah engah dan kesal.
"Kau hanya memedamkan perasaan mu sendiri Joey, kau tidak berani mengungkapkan perasaan mu karena kau cemas karena mental mu hancur kan?" Ucap Pumi dengan lembut dan mengelus pundak Joey perlahan.
"Tapi kau punya sisi lain yang berbeda dengan dirimu ini. Kau masih ingat kejadian saat aku dipalak dengan 3 preman di pasar dan mereka menjatuhkan semua barang belanjaan ku sehingga berantakan di jalan?"
"Kau segera melawan mereka dengan tanpa ragu dan membuat mereka tergeletak di tanah tak berdaya dan bahkan sampai meminta ampun kepada dirimu."
Kilas balik dengan kejadian di pasar yang dimana saat Joey melawan 3 preman yang mengganggu Pumi. Joey dengan kesal namun muka nya tetap tenang segera melawan 3 preman yang mulai mengeroyok Joey.
"Hanya bocah SMA? Kau tampak siap untuk mati sekarang, anak kecil." Ucap salah satu preman.
Preman itu segera mengeroyok Joey, mereka bertiga semua berlari ke arah Joey dan siap siap untuk memberikan serangan dari pukulan ke Joey. Namun saat pukulan pertama dilepaskan Joey segera menangkis pukulan preman itu dan melintir tangannya ke belakang dan menjadikan preman itu tameng.