Chereads / A Week-Long Journey / Chapter 1 - Prolog

A Week-Long Journey

rymngokil12
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 705
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Gadis berwajah oriental itu duduk di atas bangku bercat hitam yang terasa keras di punggungnya. Dara Internasional Juanda sudah ramai meskipun waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ini kali pertama dia sampai di Juanda pagi ini. Bandar udara itu memang tak pernah mati dan selalu ramai.

Lari pagi menerobos sela-sela poninya, membuat matanya sedikit menyipit karena silau, Di daerah dekat laut seperti Sidoarjo ini dari pagi akan terasa lebih cepat-cepat gadis itu lina Budiawan menatap orang berlalu Lalang di hadapannya beberapa terlihat mengantuk sambil menyeret koper atau terburu-buru menuju pintu keberangkatan ada juga yang terlihat enggan dan beberapa yang lain melepas kepergian dengan tangisan atau senyuman ya bandara merupakan persinggahan bagi mereka yang iki tujuan orang-orang yang tampak sibuk itu hendak pergi ke tempat yang mereka tuju untuk suatu hal entah terlihat enggan atau bersemangat mereka telah mengetahui alasan yang membawa mereka ke sini

Tak seperti Lina.

Untuk apa sebenarnya aku ada di sini?. Tanyanya dalam hati. Yang jelas dia tak ingin pergi dengan alasan dan cara seperti ini.? . Duduk di bangku keras di sudut bandara, menunggu keberangkatan yang seharusnya menyenangkan. Liburan ke luar negeri selama satu minggu memang harus terasa menyenangkan, bukan?

Untuk gadis 17 tahun sepertinya, masa-masa penuh keceriaan itu sudah lama berakhir. Hidupnya terasa hambar, tak memiliki tujuan, tak punya tujuan. Tapi dia tak bisa memilih. Segalanya sudah ditetapkan dan dia tak punya alasan untuk menolak.

Oh bukan, sebenarnya dia punya alasan. Tapi dia tahu alasan untuk tak didengar, sia-sia saja mencoba.

Terdengar suara jepretan kamera tak jauh dari tempatnya duduk. Lina menoleh dan melihat seorang pemuda mengarahkan kamera padanya. Penggemar fotografer yang tidak tahu tempat? Bisa jadi.

Bagus, batinnya, meskipun dia tak yakin kamera itu terarah padanya. "semua orang memang menungguku buat kesalahan. Abadikan saja, siapa tahu bisa menjadi sesuatu yang bisa diceritakan. Mengejar impian dan passion di bidang yang sama sekali berbeda dengan keluargamu itu salah satu perjuangan yang bodoh dan sia-sia. Tapi Akan aku buktikan kalau itu salah!"