Chereads / SADIPTA / Chapter 4 - Bab 4 helm terbang, lawan tumbang

Chapter 4 - Bab 4 helm terbang, lawan tumbang

Galen saat ini sudah menaiki motor sport nya yang berwarna hitam dengan beberapa titik berwarna merah pekat. Cowok itu terlihat tangguh, sudah seprrti jendral perang yang akan menghadiri perang saat itu juga.

Begitu keren, berkharismatik dan ah sudahlah tidak tau apalagi kata-kata yang bisa mendeskripsikan sosok Galen saat ini. Dengan kecepatan motornya yang di atas rata-rata seperti sedang menunggang kuda perang tapi ini bukan kuda...

Saar melewati jalan yang biasa ia lewati yaitu jalan pintas yang biasa ia lewati dengan sahabat-sahabat nya Galen melihat di depan sana ada segerombolan siswa yang sebagian memakai seragam yang sama dengan nya sedang bertarung dengan sengit.

Galen mengernyit menyadari sesuatu yang menjanggal pikiran nya. 'Bukankah itu motornya Bian dan yang lain?' tanya nya dalam batin.

Galen mengeratkan pegangan setirnya. Dia berbelok dan memakirkan motor nya di samping motor Aldi. Yang terparkir di pinggir jalan sepi itu.

Jalan begitu sepi karena tempat yang ia lewati memang sangat jarang di lewati oleh pejalan kaki kecual oleh beberapa motor yang ingin sampai dengan cepat.

Galen bisa melihat Aldi, Bian dan Diego yang bertarung melawan segerombolan siswa yang sebagian memakai seragam yang sama dengannya dan sebagian lagi mrmakai baju preman dan wajah mereka yang penuh dengan tato sangat menyeramkan dan menjijikkan.

Galen mengambil handphone nya di saku celananya mengirim satu pesan pada salah satu asisten nya yang berada di markas besar miliknya untuk segera datan kelokasi dan memvawa sekitar 10 anggota inti yang memang sudah ahli dalam hal seperti ini.

Merasa pesan nya sudah terkirim dan detik itu juga langsung terbaca. Galen melepas helm nya lalu turun dari motornya melepas tasnya dan menyimpan handphone nya di dalam tasnya.

Dia berbalik membawa helm miliknya. Dengan langkah gagah dan berani lalu saat sudah dekat tangan kanan Galen yang membawa helm itu terangkat tinggi-tinggi dan dengan sekali ayunan helm itu mendarat di sebuah kepala cowok yang akan mengayunkan tongkat besbol itu di kepala Bian dari arah belakang.

Buagh.

Hantaman yang begitu kuat membuat cowok dengan anting salib di telinga kirinya langsung jatuh tergeletak di tanah. Suara keras dsri helm yang berbentura dengan kepala membuat semua orang di situ berhenti seketika. Mereka menatap cowok yang pingsan tadi lalu menatap ke arah Galen yang matanya terlihat memancarkan kemarahan.

"Billyyy... " Teriakan dari kawan-kawan cowok beranting salib itu tak membuat Galen gentar.

"Galen." gumam Diego yang kini menatap Galen yang mulai berjalan mendekat.

Dengan gaya angkuhnya Galen memasukkan kedua tangannya ke saku celana nya lalu dia memgeluarkan rokok dan menyalakan nya. Berhemti di tubuh cowok bernama Billy itu yang tergeletak pingsan dengan darah yang mulai mengalir ke taha di sela-sela kepalanya.

Galen menghembuskan asap rokoknya dan menendang tubuh Billy dengan tendangan yang tidak pelan. "Apakah dia mati?" tanya nya dengan begitu tenang tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Seorang cowok yang terlihat urak-urakan. Memakai seragam dengan kancing yang tidak terpasang lalu kaos nya yang keluar dari celananya di tambah wajah jeleknya terlihat memasang wajah marah. Tangannya mengepal, dengan suara over tune over acting cowok itu berteriak ke para preman itu.

"Sialan, serang mereka."

Galen terlihat biasa saja dan masih dengan tampang datarnya menyesap rokoknya lalu menghembuskan asap rokok ke atas yang membyat udara di sekitarnya menjadi berbau rokok yang menyengat.

Satu tinjuan melayang dari samping kanan dan Galen berhasil menghindar dengan memutar badan nya ke belakang masih dengan sesekali menyesap rokoknya dengan santai tanpa ada kesulitan.

Saty tinjuan dari depan akan mendarat di wajahnya namun dengan cepat rokoknya ia apit di antara bibirnya lalu tangan kirinya menahan tinjuan itu dan membogem perut lawan nya sampai batuk darah.

Lawan pertama sudah tumbang, lawan kedua suda tumbang, lawan ketiga sudah tumbang, lawan ke empat sudah tumbang begitu seterusnya hingga beberapa suara motor beramai-ramai mendekat.

Jaket yang sama yang di pakai Galen datang dengan beberapa persiapan seperti balok kayu lalu rantai hingga tongkat besi seperti tonglat baseball. Melihat hal itu para lawan yang bergeletakan itu langsung bangkit dari tidurnya dan pergi dari sana meninggalkan Billy yang masih tak sadarkan diri.

"Ck tidak seru! Kenapa juga mereka kabur?" tanya nya dengan kesal ia melempar rokoknya dan menginjak-injak nya dengan kesal.

"cuih pengecut."

Galen berdecih lalu tatapannya tertuju pada Billy yang masih tergeletak tak sadarkan diri.

Bian, Aldi dan Diego datang mendekat lalu melarikan tatapan mereka ke arah Billy yang tak sadarkan diri. "Mau lu apain tuh bocah tengik?" tanya Diego menatap cowok itu dengan perasaan dongkol.

"Gro! Bawa bocah itu dan urus dia, jangan sampai tangan kita di lumuri darah."

Gro sang asisten Galen yang juga turut ikut itu mengangguk patuh. Mematuhi Galen dan langsung faham dengan apa yang di ucapkan Galen.

Dengan cepat Gro memanggil anggota lain untuk membawa mobil dan menyuruh mereka datang dengan cepat.

"Bos! Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu anggota yang baru saja datang dengan aisten Gro.

"It's okey." Jawav Galen dengan tenang.

Galen mengambil helm nya yang tergeletak di tanah. Terlihat kotor tapi tidak rusak. Itu berarti kualitas helm itu benar-benar bagus sampai bisa membuat orang pingsan dalam sekali lemparan.

Galen mendeteksi dan meneliti setiap sudut helm nya lalu tangan nya menengadah ke arah oara anggota lain.

Anggota lain yang sudah tau maksud tindakan itu segera mengeluarkan sapu tangan dari saku salah satu mereka dan memberikanya pada Galen.

Galen menerima sapu tangan itu dan mulai membersihkan helm miliknya dengan seksama. Setelah itu dia memakainya dan berbalik mendekati motornya.

"Jangan ada yang ikutin gue, gue mau istirahat. Lebih baik kalian balik ke tempat masing-masing." perintahnya dengan bossy lalu dengan cepat melesat menjauhi kerumunan anggota miliknya.

Diego menghela nafas pelan. "Cepat urus dia sebelum polisi datang, ah yah jangan lupa hilangkan jejak." perintahnya lalu berjalan ke arah motor di ikuti Bian dan Aldi. Setelah itu mereka benar-benar pergi dari sana.

"Baik."

Para anggota segera membereskan segalanya. Mobil pun telah sampai dan tubuh Billy segera di angkat ke dalam sana menuju ke rumah sakit terdekat. Setelah itu suasana jalan sepi itu kembali kosong dan hanya menyisakan angin lembut yang bertiup ke selatan.

Galen melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Waktu sore itu begitu cepat hingga tak terasa dia telah sampai di kediaman nya saat kumandang adzan terdengar sayup-sayup.

Komplek perumahan itu cukup jauh dari tempat peribadatan umat islam. Karena komplek itu rata-rata di isi oleh orang yang tidak beragama islam maka karena itu jarang sekali sore hari menjelang maghrib para penghuni keluar. Kecuali saat ronda malam. Tapi belum tentu tidak ada orang yang beragama islam di komplek itu. Ada banyak tapi memang setiap sore pasti akan sepi. By the way rata-rata itu bukan berarti semua yah atau mayoritas.

Galen memakirkan notornya di garasi rumahnya. Rumah dengan tingkat dua itu terlihat hidup sekali. Di luar terlihat terang dan tidak ada trmpat yang gelap. Papa Galen yang memutuskan tinggal di komplek itu memilih tinggal di rumah yang sederhana saja mengingat keluarganya hanya berjumblah 4 orang. Ada orang tuanya lalu Galen dan adik kecilnya. Hal itulah yang membuat papa Galen memilih rumah sederhana itu yah walaupun mereka masih mampu dan sangat mampu membeli rumah yang lebih besar ketimbang ini. Tapi daripada mubadzir mending beli yang sederhana saja dan masih bisa menaungi satu keluarga kecil.

Sebelum Galen masuk, cowok itu dapat melihat sebuah siluet seorang wanita yang sedang berada di belakang rumah sebelah atau rumah sebelah rumahnya. 'perasaan rumah itu kosong deh, kapan di isinya?' batin nya dalam hati.

Tanpa memusingkan hal itu Galen masuk ke dalam rumah nya. Namun saat dia masuk seorang gadis kecil menyambut nya dengan ekspresi tengil dan sombong nya yang mampu membuat Galen tersenyum miring....

"Hai abang, aku cantik kan?..... "