Chereads / Weiss: Perjalanan di Dunia Lain / Chapter 3 - Tersesat di dunia lain ... (2)

Chapter 3 - Tersesat di dunia lain ... (2)

Matahari telah tenggelam dan sang bulan perlahan mulai naik ke singgahsananya. Cahayanya cukup terang sehingga aku bisa melihat sekitar gua tanpa harus menyalakan lampu HP ku. Suara serangga juga mulai terdengar mengiringi kesunyian hutan.

Kuharap tidak akan ada binatang buas yang datang kemari. Jujur saja ini situasi yang menakutkan, hantu terlihat lebih baik daripada harimau atau sekumpulan serigala saat ini. Aku mengambil beberapa tongkat kayu dengan diameter 10 cm untuk berjaga-jaga.

Aku duduk di atas batu di samping mulut gua dan melihat keatas, bintang terlihat jelas dari sini. Berbeda dari suasana perkotaan dimana cahaya bintang dikalahkan oleh lampu-lampu bangunan yang berjejer tinggi. Ini pemandangan yang menyejukkan pikiran ku untuk sementara, sebelum akhirnya dihadapkan kembali pada kenyataan bahwa saat ini aku berada ditempat yang entah-berantah.

Kuharap setidaknya aku bisa mengabari orang tuaku bahwa sepertinya untuk sementara aku tidak dapat memenuhi undangan mereka. Bahkan aku tidak yakin bisa selamat dari situasi saat ini. Bahkan jika ada kompas di HP mau kemana aku? Barat, timur, selatan, utara semuanya sama saja, aku tidak tau pasti letakku saat ini.

Saat memikirkan hal-hal yang ada di benakku saat ini tiba-tiba muncul beberapa sosok di samping pepohonan hutan. Tapi itu...

Kecil? Hah?

Ada beberapa dari mereka, satu, dua, lima! Lima makhluk kecil yang seukuran dengan bocah SD atau SMP kelas 1. Mereka memperhatikanku dan mulai mendekat. Aku cukup khawatir dengan situasi ini, ku ambil tongkat dan ransel untuk berjaga-jaga. Setelah jarak kami sekitar 5 meter akhirnya aku bisa melihat dengan jelas sosok mereka.

Makhluk itu berwarna hijau?

Telingganya agak runcing dan sklera matanya berwarna kuning dengan iris serta pupil agak merah. *catatan: Sklera itu bagian yang berwarna putih dimata manusia. Pupil itu yang warna hitam dan iris itu yang agak coklat. Berbeda untuk tiap tiap ras manusia. Bisa cek di gugel.

Apa-apaan itu? Apa mereka sejenis hantu penunggu hutan? Hei tunggu, mereka membawa pisau!

Ini tidak baik!

"Manusia!"

Mereka tiba-tiba berteriak dan menerjang kearahku.

Aku bersiap-siap mencoba yang terbaik untuk bertahan hidup. Dua dari mereka maju dari depan sementara yang lain mencoba mengepungku dari kanan dan kiri, sedangkan yang satunya lagi masih berdiri dibelakang penyerang. Aku tidak yakin tapi sepertinya bukan sesuatu yang bagus.

Aku belum pernah berkelahi dengan orang yang membawa senjata, tapi seharusnya aku cukup diuntungkan jika melihat dari jenis senjata yang mereka gunakan. Tongkat kayu yang kubawa cukup tebal dengan diameter 10 cm dan panjang sekitar 1 setengah meter. Sedangkan mahkluk-mahkluk itu hanya membawa pisau pendek. Yang kukhawatirkan adalah jika mereka melemparkannya disaat aku lengah, itu tidak hanya akan menjadi luka gores belaka.

Aku mencoba mengambil kuda-kuda mengayunkan tongkat dari samping kanan bawah seperti gerakan memukul bola baseball, memukul tangan salah satu penyerang dan membuat pisau nya terlempar dari genggamannya, sedangkan penyerang yang satunya benar-benar melemparkan pisaunya kearahku. Untung saja aku cukup siap dan memutar badanku sehingga pisau tertahan oleh ranselku.

Dua sudah tidak memiliki senjata, aku langsung memukul kepala salah satu penyerang dengan pukulan dari samping, memutar tubuhku kembali dengan mengayunkan tongkat sekuat mungkin kearah penyerang. Pukulan telak di kepala! Salah satu penyerang yang bergerak dari depan tidak sempat menghindar dan pingsan seketika. Sementara yang satunya berhasil menghindar dan hendak kabur menjauh, aku ingin mengejar tapi penyerang dari samping kiri mulai maju dan mengayunkan pisau ke arahku sedangkan yang kanan bergerak melompat seperti hendak menusuk ke arah pahaku.

Berusaha yang terbaik aku melompat mundur menghindari tusukan dari arah kanan dan tongkatku kuarahkan memblokir ayunan atas penyerang dari kiri. Pisau dari arah kanan berhasil kuhindari dan justru menusuk penyerang lainnya dari kiri. Makhluk itu jatuh berlutut dengan darah mengalir dari dada nya. Tidak menyianyiakan kesempatan aku memukul penyerang yang gagal menusuk pahaku. Tiga musuh sudah terkapar, satu penyerang dari depan telah berhasil mundur kearah makhluk terakhir yang dari tadi tidak ikut menyerang. Saat kupikir hampir menang, tiba-tiba sebuah bola api muncul kearahku.

Waaah!

Aku beruntung, menjatuhkan badan kebawah berhasil menghindarkan ku dari kemungkinan terburuk. Itu panas! Bola api itu panas! Setidaknya aku akan terkena luka bakar cukup parah jika terkena apinya. Itu tidak seperti bola api di game-game atau film yang tiba-tiba menghilang jika tidak mengenai target. Dinding batu samping gua menjadi berwarna hitam karena bola api itu.

Ini tidak bagus! Jika aku maju berlari kearah makhluk yang melemparkan bola api tadi, apa ada kemungkinan dia masih akan melemparkannya lagi atau itu serangan api satu-satunya. Tidak bijak mencoba bertarung melawan orang yang tidak kamu ketahui kemampuannya.

Aku harus lari!

Kembali berdiri aku mengambil ancang-ancang dan langsung berlari menuju ke dalam hutan dengan arah berkebalikan dari arah si penyerang. Mereka tidak mengejar, aku juga tidak ditembak kembali dengan bola api saat berlari.

Mengandalkan cahaya bulan sebagai penerang, aku berlari secepat yang aku bisa.

Sialan! Apa-apaan ini!

~~ Bersambung ...