Chapter 4 - Chapter IV

2 Oktober 1501. Kompleks tempat tinggal Ibusuri dan Keputrian, Tabreze-Parseia.

Sebelum pulang kembali ke JIlani, Adipati Agung Dezfan mengunjungi sang putri yang kini menjadi seorang janda. Kunjungan ini bukan hanya bersifat kekeluargaan yang mana seorang ayah memberi penenangan dan penghiburan pada sang anak perempuan, lebih dari itu ; ada pembicaraan politik yang akan dibahas dalam kunjungan ini. Meski Roxanne sudah tidak lagi menjadi seorang permaisuri, namun sebagai seorang Ibusuri ia memiliki kekuatan politik di dalam Istana. Kekuatan politik itulah yang coba dimanfaatkan oleh Dezfan, ia sedang berusaha mengumpulkan kekuatan-kekuatan politik, dimulai dari putrinya sendiri.

Dezfan menemui putrinya di sebuah ruang pertemuan tempat Ibusuri biasa menerima tamu. Ibusuri Roxanne memerintahkan agar para pembantu untuk keluar ruangan, sebab sang ayah meminta agar pertemuan ini cukup mereka berdua saja yang tahu. Adipati Agung Dezfan dan Ibusuri Roxanne duduk saling berhadapan, Roxanne dapat melihat kalau suasana hati sang ayah sedang tidak bagus, tersirat dari raut wajah sang Ayah ; kumis panjang dan lebat melintang di atas bibir, rambut hitamnya yang mulai memutih sesekali tersapu oleh hembusan angin dari jendela, kedua matanya bersinar tajam ; tanda ia sedang memendam amarah yang akan meledak sebentar lagi.

"Ayah, ada apa. Mengapa anda terlihat gusar seperti itu?" Tanya Roxanne.

"Bagaimana aku tidak marah?. Pertam...Anak itu yang menduduki takhta, kedua...Bocah tengik itu memecatku sebagai seorang Vizier!. Ini penghinaan!" Seru Dezfan, kedua tangannya terangkat dan jari-jarinya terlihat bergetar oleh amarah yang meledak.

Roxanne mengalihkan pandangannya sejenak, tidak berani menatap mata sang ayah yang sedang marah. Setelah beberapa saat, ia kembali menatap sang ayah dengan hati-hati.

"Memang, naiknya Firuz pada takhta sulit untuk diurungkan ; pertama dia adalah anak laki-laki, dan mendiang Syapur sudah memberikan wasiat agar Firuz lah yang menduduki takhta kalau dia wafat nanti. Selama belasan tahun aku sudah berusaha membujuk mendiang Syapur untuk menjadikan Shahrbanoe sebagai penggantinya, Namun ia selalu saja menolak." Ucap Roxanne.

Hubungan Roxanne sendiri dengan sang putra tiri boleh dikata hambar. Ia tidak menunjukkan rasa kasih dan sayang pada Firuz selama ini karena memang tidak ada ikatan emosionil daintara keduanya, hanya sesekali saja dia dan Firuz saling berinteraksi, dan itupun tidak begitu akrab. 

"Tapi, anak itu memang sudah kurang ajar padamu ayah, berani-beraninya dia memecatmu sebagai Vizier." Timpal Roxanne.

Dezfan mengetuk-ngetukkan jari, lalu menudingkan jari telunjuk pada Roxanne. 

"Kenapa kamu tidak meyakinkan Syapur lebih kuat lagi, dan ahhh, sial..." Umpat Dezfan sambil menggebuk meja dengan tangan, "...Kenapa kamu harus melahirkan anak perempuan daripada laki-laki. Andai saja kalau anakmu itu laki-laki, tentu daya tawarnya akan lebih tinggi." Ucap Dezfan.

Dezfan mendecakkan lidah sambil mengumpat. Lalu menduingkan jarinya kembali kearah Roxanne.

"Sembilan belas tahun kamu menikah dengannya, Bisa-bisanya kamu hanya memiliki seorang anak, perempuan pula. Apa kamu tidak melakukan hubungan badan dengannya selama dia hidup hah?" Ujar Dezfan. 

"Ayah..." Ucap Roxanne sambil mendesah, merasa berat untuk mengatakan apa yag menjadi prvasi dalam kehidupan berumahtangga. Tak peduli rakyat jelata hingga Kaisar dan Permaisuri, urusan ranjang merupakan ranah pribadi yang merupakan hal tak baik untuk dibicarakan ; bahkan kepada sang ayah sendiri. Namun kalau tidak dikatakan, sang ayah yang ada dihadapannya ini pasti akan terus mencecar hingga mendapatkan jawaban yang masuk akal.

"...Aku sudah Kerapkali berhubungan badan dengannya. Tapi Sang Singular hanya menganugerahi aku dan dia seorang anak saja." Ucap Roxanne.

Dezfan mengibaskan tangannya, "Masa bodoh dengan Sang Singular. Sepertinya dia itu mandul.Hah...lucu sekali, Shahanshah yang agung ternyata seorang pria payah." Kata Dezfan sambil tertawa terbahak-bahak, menertawai mendiang Syapur yang menurut dia mandul.

"Lalu sekarang apa yang akan ayah lakukan." Tanya Roxanne.

Dezfan berhenti tertawa, lalu kembali memasang wajah serius. "Sekarang, aku akan mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan politik yang ada, untuk menggulingkan Firuz dari takhtanya." Ucap Dezfan dengan dingin.

"Apa?, menggulingkan kekuasan Firuz dari takhtanya?, Itu sama saja dengan makar, ayah. Kita akan dicap sebagai pengkhianat dan musuh negara." Kata Roxanne dengan nada seperti orang ketakutan. Ketakutan itu berdasar, karena menjadi musuh negara berarti hukuman mati.

"Tidak ada cara lain, hanya ini satu-satunya jalan agar trah Jilani menjadi penguasa bagi seluruh tanah Parseia." Ucap Dezfan. 

Dezfan sudah merencanakannya dengan baik selama 20 tahun terakhir. Ia mendambakan menjadi penguasa bagi seluruh tanah Parseia yang ketika itu terfragmentasi pasca runtuhnya Kekhanan Uttirya. Sayang, ia tidak memiliki kharisma untuk mempersatukan semua orang kala itu, Kharisma itu ada pada Syapur Rausyan yang memiliki jiwa kepemimpinan untuk membimbing dan mengarahkan, Dezfan meyakini kalau Syapur mampu mempersatukan seluruh jazirah Parseia, dan ia tahu betul jika dirinya tidak memiliki sifat seperti Syapur dan kemampuan untuk memeprsatukan Parseia ; maka dia menawarkan sang putri sebagai bentuk aliansi dengan Syapur, sekaligus mengikat dua klan dalam ikatan pernikahan. 

Langkah Dezfan dalam ikatan pernikahan berhasil, Syapur berhasil mempersatukan Jazirah Parseia. Ikatan pernikahan antara ssang putri dengan Syapur, serta sumbangsih Dezfan dalam perang penyatuan Parseia ; membuatnya merasakan berbagai hak istimewa sebagai ayah mertua sang Shahnshah ; hak istimewa ini ia gunakan selama dua puluh tahun untuk membangun kekuatan politiknya sendiri sampai dengan sejauh ini. Rencananya belum gagal, ia hanya perlu mengatur ulang lagi saja dan mengeluarkan serangan pada Firuz, yang akan mendepaknya keluar dari takhta. Ia yakin akan berhasil, karena Firuz tidak sama seperti Syapur.

Tiba-tiba pintu masuk di buka secara tiba-tiba, dan sekonyong-konyong masuklah putri Shahrbanoe. Dezfan dan Roxanne tersentak kaget ketika pintu dibuka secara tiba-tiba. Raut wajah Shahrbanoe menyimpulkan senyum dan bahagia ketika tahu sang kakek datang berkunjung. Terlihat dua orang pelayan terengah-engah ; sepertinya habis berusaha menahan putri Shahrbanoe agar tidak masuk ke ruang pertemuan.

"Kakek!, selamat datang!." Seru Shahrbanoe berseru bahagia, ketika melihat sang kakek ada di ruang pertemuan.

Shahrbanoe merentangkan kedua tangan, lalu berjalan kearah sang kakek untuk dipeluk. Tapi sebelum itu terjadi, sang kakek menghentikannya, ia sedang tidak mood untuk bercengkrama dengan sang cucu.

"Shahrbanoe!, apa kamu tidak mengajari soal sopan santun!?" Seru Dezfan pada Shahrbanoe.

Shahrbanoe terkesiap, terkejut dengan respons sang kakek yang tidak ia duga samasekali. ekspresi mukanya berubah dari ceria menjadi bingung bercampur terkejut.

"Eh-...Enggg." Shahrbanoe mencoba berkata-kata, tapi bingung harus berkata apa.

"T-tapi..." Ucap Shahrbanoe.

Dezfan mengibaskan tangannya, tanda menolak segala arguentasi yang akan dikemukakan oleh sang cucu.

"Kakek tidak mau dengar apa alasanmu!. kamu ini Putri Kekaisaran, bukan anak rakyat jelata. Caramu masuk kesini itu tidak sopan, tahu!" seru Dezfan.

Ada sesuatu yang retak di dalam hati Shahrbanoe, ia menautkan kedua tangan lalu menundukkan kepalanya ; karena malu dan sedih. Jarang sekali ia beisa bertemu dengan sang kakek, ia ingin sekali bisa bercengkrama dengan kakeknya, tapi sepertinya sang kakek tak ingin bercengkrama dengan dia.

Roxanne turut menimpali Dezfan, menegur putrinya. "Banu. Apa ibu tidak mengajarimu soal sopan santun?, lain kali sebelum masuk kamu ketuk pintu dulu ya. Nah ayo, sekarang minta maaf pada kakek." Ujar Roxanne.

"M-maaf ya kek, sungguh, Banu hanya ingin menemui kakek saja." Ucap Shahrbanoe dengan lirih.

"Ya ya ya, sekarang pergilah. Kakekmu ini sedang sibuk." Ucap dezfan dengan ketus.

"kalian berdua. Antar putri Shahrbanoe keluar, pergilah, sekarang." Perintah Roxanne pada dua pelayan yang berdiri di belakang putri Shahrbanoe.

Kedua pelayan itu mengangguk patuh, lalu membujuk putri Shahrbanoe untuk keluar. beberapa saat kemudian, setelah putri Shahrbanoe pergi, Dezfan menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa terganggu dengan kehadiran cucunya tadi.

"Anak itu bodoh atau bagaimana sih. kalau saja itu tadi adalah pelayan rendahan, sudah kubeset lehernya dengan pisau belatiku ini." Keluh Dezfan.

"Ayah, jangan begitu. Biar bagaimanapun juga dia itu cucumu." Ucap roxanne, mengingatkan sang ayah.

"Ya, kau benar, Bukan hanya cucuku biasa ; ia berada di urutan kedua suksesi takhta, dan dia juga Putri Kekaisaran, trah dari Syapur Rausyan dan Roxanne Jilani." Ucap Dezfan dengan setengah berbisik. 

"Maksud ayah, bagaimana?" Tanya Roxanne.

Dezfan mencondongkan tubuhnya ke depan, satu tangannya ditumpukan di atas meja. "Putrimu itu punya harga yang tinggi sebagai seorang gadis, siapapun laki-laki yang bisa menjadi suaminya, maka laki-laki itu punya hak istimewa sebagai suami putri kekaisaran. Aku berpikir, untuk menjodohkan putrimu dengan anak Adipati Anosh Hektyar dari kadipaten Khoshehr, dia adalah adipati terkuat kedua setelahku, kalau aku bisa menariknya masuk kedalam faksiku, tentu peluang untuk menjatuhkan Firuz akan semakin tinggi." Kata dezfan.

Roxanne tampak meneliti ucapan sang ayah, satu tangannya ditumpu pada dagu. Ia memikirkan Shahrbanoe, usianya terlalu belia untuk dinikahkan, tapi sudah cukup umur untuk masuk tahap pertunangan. Namun apakah Shahrbanoe akan menerima kalau ia akan ditunangkan dengan seorang pria?, itu yang menjadi pertanyaan bagi Roxanne.

"Bagaimana?" Desak Dezfan.

"Ayah, Aku setuju saja apabila Shahrbanoe ditunangkan atau dinikahkan oleh pria lain, terlebih jika pria itu berasal dari anak adipati yang cukup berkuasa. Hanya saja aku berpikir, apakah anakku akan mau dan menerima apabila dia ditunangkan dengan seorang pria?" Kata Roxanne.

"Roxanne Jilani. Kau ini ibu dari sang putri Shahrbanoe, memang dia adalah seorang putri dari Shahanshah, tapi engkau adalah ibu kandungnya, engkau memiliki hak atas putrimu. Kamu harus bujuk dan yakinkan putrimu, dengan paksa jika perlu." Ucap Dezfan dengan penuh penekanan disetiap kata. 

Roxanne menundukkan kepala, memejamkan mata sambil menghembuskan nafas dari mulutnya. Tuntutan dari sang ayah berarti tugas bagi Roxanne untuk dikerjakan ; membujuk dan memaksa anaknya untuk mau dijodohkan dengan pria lain. 'Merepotkan saja' pikir Roxanne.

"Baiklah ayah, nanti aku akan bicarakan dengan anakku." Ucap Roxanne.

"Bagus. Aku akan menghubungi Adipati Anosh, setelah sampai di Jilani." Kata Dezfan.

Dezfan lalu bangkit dari tempat duduknya. "Aku harus pergi, untuk kembali ke Jilani. Lebih cepat lebih baik."

Roxanne mengangguk, lalu turut bangkit berdiri. kemudian ia mengantarkan sang ayah ke kereta kudanya, di depan pendapa, Roxanne mengingatkan seusatu pada sang ayah. "Engkau tidak menyapa cucumu terlebih dahulu?" Kata Roxanne.

Dezfan menaiki kereta kudanya, lalu menoleh pada Roxanne. "Tidak. sampaikan saja salamku padanya, dan ingatlah ; didik dia menjadi seorang perempuan dewasa, dan beritahu dia soal perjodohan itu, mengerti?" Ujar Dezfan.

"Ya. Aku mengerti ayah. omong-omong, sampaikan salamku pada Arseen." Jawab Roxanne. Arseen adalah putra sulung Dezfan, dan juga kakak bagi Roxanne. Ketika Dezfan bepergian, Arseen lah yang bertindak sebagai wali adipati untuk kadipaten Jilani.

Dezfan menganggukan kepalanya, mengucapkan salam perpisahan pada Roxanne, dan memerintahkan sang kusir untuk berangkat. 

Roxanne menangkup dahi dengan satu tangan. Ia merasa lelah ; lelah mendengarkan ambisi politik sang ayah, dan rencana baru sang ayah yang begitu beresiko, tapi pada saat yang sama ia juga merasakan suatu pergolakan batin ; mengapa nasib perempuan harus seperti ini ; diatur-atur dalam hal yang bersifat sakral dan mengikat seperti pernikahan?. Ia tidak mencintai Syapur, tapi sang ayah lah yang menjodohkan dia dengan mendiang Syapur demi mengikat aliansi politik dan militer. 

Roxanne merasakan simpati pada sang buah hati satu-satunya, biar bagaimanapun Shahrbanoe adalah darah daging dia, dan dia juga adalah seorang perempuan sama seperti dirinya. Tapi sang ayah adalah penuntut yang gigih, dan yang bisa Roxanne lakukan adalah mematuhi perintah sang ayah, tapi ia tak berniat untuk membicarakan soal perjodohan dengan sang anak, saat ini ia ingin istirahat dan mencari momen yang tepat untuk memberitahu Shahrbanoe soal perjodohan itu.

"Yang mulia, apa anda baik-baik saja?, apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap seorang pria di belakang Roxanne. Pria itu adalah Moudi, sang Kapten yang bertugas memimpin pasukan keamanan untuk Ibusuri dan Putri Shahrbanoe.

Roxanne menoleh pada Moudi. "Tolong antar saya ke kamar, saya ingin istirahat." Ujar Roxanne.

"Baik Yang Mulia. mari saya antar.' Ucap Moudi dengan patuh.

Bersambung