Telah ujung aku mengenal dirinya, mengenal cukup jauh dan sekali ku kenalkan kepada orang-tuaku. Aku mengira semua akan menerima kehadiran seseorang itu, nyatanya bayanganku untuk mengira itu telah di patahkan oleh kenyataan itu sendiri.
***
Namaku Nadia Kamelya, Wanita yang selalu gagal dalam dunia apapun. selalu di buat hebat namun kenyataannya dunianya sangat gelap. Ayah ibunya telah berpisah sehingga, wanita yang bernama Nadia selalu merasa kesepian dan bosan di dalam rumah itu sendiri.
Setiap ia pulang, dengan raut wajah yang sangat lesuh ia berharap ada pelukan hangat setiap ia pulang dari luar. meskipun tidak sampai 1 jam Nadia ingin merasakan kehangatan rumah ada lampunya.
Aku selalu bertanya ke diriku sendiri, mengapa aku harus menjalankan dunia yang penuh lika-liku tanpa orang lain ketahui dan mengapa aku selalu tersenyum jika diluar dan senyuman itu selalu aku lihatkan oleh orang-lain. tetapi jika dalam rumah, senyumanku selalu pudar hanya ada Kamar, Aku dan Tangisku. aku juga butuh seseorang yang mau mengatasi kemanjaanku selama puluhan tahun.
Nadia pernah berbicara dengan ibunya.
"Bu, kenapa? Nadia selalu berbeda dengan orang-lain. mengapa kebahagiaan Nadia direbut oleh kehancuran perpisahan antara Ayah dan Ibu. Nadia juga berhak bahagia kan bu."
Ibuku tak bicara bahkan tak menjawab pertanyaanku itu. Nadia bertanya lagi.
"Bu, kenapa tidak menjawab pertanyaanku. apa aku tidak boleh bahagia? kenapa setiap Nadia keluar selalu orang-lain terlihat bahagia, sedangkan Nadia harus pura-pura tersenyum melihat orang-lain bahagia."
Ibuku pun menjawab.
"Sayang, maafin ibu sama ayah ya. ibu ngerti kok perasaan Nadia seperti apa, Ibu juga ngerti Nadia butuh kasih sayang dan pelukan hangat dari orang-tua Nadia kan. tapi ibu ngerasa perjalanan hidup ibu bukan sama ayah lagi anakku. kamu harus nerima itu semua."
Jawaban ibuku selalu tidak masuk akal menurutku, jika tidak bersama ayah, kenapa mereka berdua menerima perjodohan itu dan mengapa pulak mereka takut kehilangan satu sama lain. Apakah ekonomi yang membuatnya berubah dan kehilangan kesadaran dalam berumah tangga.
***
Ayahku memang tipe cowok yang keras kepala, pada dasarnya setiap cowok memiliki sifat yang memang tak pernah diketahui oleh orang-lain. Ya, dia lelaki yang menurutku selalu menemaniku di kala aku sakit dan terpuruk lemas di atas kasur. dan dia juga yang selalu mengangguku setiap ku mempunyai suatu hubungan sama orang yang virtual maupun nyata.
Tapi setiap aku marah, aku menghancurkan segala-galanya. dia juga ikutan menghatam dengan mulut pedasnya. ia melontarkan kata-kata yang menusuk ke dalam hatiku. namun mulutku selalu melawan jika Ayahku memarahiku. Nadia tak peduli jika dirinya akan kena karma atas apa yang ia perbuat dan membuat ayahnya terluka.
"Ayah tau nggak, aku punya seseorang yang ada di dalam hidupku selain ayah tau." Ayahku hanya terdiam sambil memainkan ponsel.
"Ayah, lihat ini. Dia ganteng kan, dia juga baik dan perhatian sama Nadia."
"Dia orang mana?"
"Orang Jakarta, katanya dia mau kesini ketemu aku tau yah."
"Kamu putus aja sama dia, dia juga gak mungkin kesini. mending yang nyata-nyata aja."
Nadia hanya terdiam dan menyesal dengan apa yang ia ceritakan ia selalu mengingat apa yang ayahnya sampaikan pada hari itu.
"Nadia, kalau kamu ada masalah cerita ya sama ayah. masalah percintaanmu ataupun hal lainnya." Ucap ayah waktu kemarin.
Kata-kata itu selalu ada di benakku dalam seketika, aku yakinkan pada saat aku bercerita dengan dirinya. tetapi dia seolah melupakan perkataan itu. Dengan lampu gelap yang ku bawa sama seperti perasaanku di waktu itu. Lampu yang menerang bukanlah lampu yang menerangi jika aku bersedih. jika Nadia berkerja dan mempunyai uang sebanyak miliaran dia ingin membeli kebahagian itu yang di miliki orang-lain.