Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Abyss Arise ; Ragnarok

Riz_San
--
chs / week
--
NOT RATINGS
740
Views
Synopsis
Umar Ali Wastukancana, seorang Hunter Peringkat E, yang mendapat berkah sistem.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Prologue

[The Tower]

Sebuah menara yang muncul kedunia ini dari kedalaman Abyss. Sebuah menara misterius yang menjadi penyebab berbagai kemunculan anomali.

Bersamaan dengan kemunculan Tower, lahirlah orang-orang yang diberkahi mana.

Dengan mana itu, mereka berbondong-bondong mencoba untuk menaklukan Tower. Konon, didalam tower tersimpan berbagai artefak dan harta karun yang tak ternilai harganya, karena itulah mereka mencoba menjelajahi Tower tanpa mempedulikan seberapa berbahayanya tower.

Namaku Umar Ali Wastukancana, teman-temanku memanggilku dengan nama Ali.

Aku hidup sebagai seorang penambang di dalam Tower. Lisensiku tidak lebih dari seorang Pemburu peringkat E.

Menjadi Pemburu dengan peringkat E adalah sebuah hal yang sulit. Salah satu kesulitan menjadi Pemburu dengan peringkat E adalah sulitnya membeli perlengkapan yang mumpuni untuk Perburuan.

Senjata Pemburu berbeda dengan Senjata Konvensional pada umumnya. Pasalnya Senjata Pemburu diimbuhi dengan Mana, sehingga memiliki ketajaman jauh melebihi ketajaman Senjata Konvensional.

Meskipun bisa melukai monster didalam Tower. Senjata Konvensional memiliki efektivitas yang sangat rendah, sehingga sangat menyulitkan pemburu ketika berhadapan dengan monster didalam Tower.

Senjata Pemburu memiliki harga yang sangat mahal. Dan hal ini yang sangat menyulitkan semua Pemburu dibawah peringkat D.

Senjata milikku pun hanyalah sebuah senjata konvensional berbentuk belati.

Aku menghabiskan banyak waktu untuk berlatih menggunakan dua belati untuk bertempur, namun apa dayaku, senjata konvensional menurutku kurang efektif melawan monster didalam Tower. Bahkan untuk membunuh satu monster saja, aku haru bertarung mati-matian.

-----------

Hari ini, kuputuskan untuk menjelajahi Tower.

Meskipun Asosiasi hanya memperbolehkan untuk menjelajahi lantai 1 sampai 3 saja, tapi bagiku, itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupku untuk seminggu kedepannya.

"Belati, oke. Ramuan Penyembuh Tingkat Rendah, oke. Pelindung Dada, Oke. Pelindung Tangan, Oke. Sepatu Hunter, Oke."

Setelah memastikan semua perlengkapanku siap, aku pun meluncur ke arah Tower.

Gerbang masuk menuju Tower dijaga oleh orang -orang dari Asosiasi, mereka ditugaskan untuk memeriksa status lisensi dari setiap Hunter yang memasuki Tower.

"Hey, Ali..! Kau mau masuk Tower hari ini?" Tanya penjaga 1.

" Ya... Aku sedang butuh uang kali ini, mungkin saja, aku bisa menemukam sesuatu yang berharga kali ini." Jawabku, sambil menyerahkan kartu Lisensiku kepadanya.

"Ah, begitu... Berhati-hatilah didalam sana, kudengar beberapa hari yang lalu, ada 2 orang Pemburu Peringkat E, yang terluka parah." Ujarnya.

Aku hanya mengangguk menanggapi ceritanya itu, dan bergegas memasuki Tower.

-----------

Setelah beberapa lama menjelajahi Tower hingga ke lantai 3, aku mendapatkan cukup banyak item yang bisa kujual ke Toko Asosiasi.

Kuputuskan untuk segera kembali turun ke lantai 1.

Namun baru beberapa menit aku berjalan, tiba-tiba, aku merasakan ada sesuatu yang ganjil.

Entah kenapa perasaanku berkata bahwa ada sesuatu yang tengah memperhatikanku dibalik kegelapan.

"..."

Kulirik ke segala arah, namun tak ku temukan sesuatu yang aneh. Sampai aku berbalik untuk melanjutkan perjalananku.

Brugh..!!!

Sebuah benda tumpul tiba-tiba menghantam tubuhku dengan sangat keras hingga aku terlempar entah berapa meter.

"Sial, apa itu tadi?..."

Kurasakan rasa sakit yang sangat mengerikan disebagian tubuhku.

Kucoba untuk melihat kearah tempatku terlempar....

"Monster?..."

Kulihat sesosok monster berbentuk manusia, dia memakai jubah yang menutupi semua bagian tubuhnya kecuali 2 tangannya.

Segera kuraih Ramuan Penyembuh dan bersiap memegang kedua belatiku sebagai langkah pencegahan.

"Pilar api... Raja... Dibangkitkan..." Gumam makhluk itu.

"Pilar api?..."

Apa yang sebenarnya dia gumamkan.

Belum sempat aku berfikir, tiba-tiba makhluk itu meluncur ke arahku dengan kedua tangannya yang dilapisi dengan mana hitam pekat.

Entah bagaimana, aku berhasil menghindar dari serangannya, namun belum sempat aku bereaksi, tiba-tiba, tangan makhluk itu memukul perutku dengan sangat keras hingga aku pun memuntahkan darah dari mulutku..

'brengsek, apa makhluk ini penyebab Pemburu Peringkat E terluka parah?...'

Aku pun mencoba untuk menjaga jarak dari makhluk itu.

"Rajaku..." Gumam makhluk itu.

'Raja?... Apa maksudnya?...'

Tubuh makhluk itu tiba-tiba mengeluarkan aura hitam pekat yang mengerikan.

Seketika aku sadar, makhluk ini bukanlah sesuatu yang bisa kulawan.

Akupun mencari cara untuk melarikan diri dari tempat ini.

Seketika terlintas dibenakku untuk menggunakan Fireball ke arahnya untuk mendistrak makhluk itu.

"Fireball...!"

Ledakan cukup besar menghantam tubuh makhluk itu.

Akupun menggunakan kesempatan itu untuk segera melarikan diri dari tempat ini. Namun, secepat apa pun aku berlari, makhluk itu masih tetap mengejarku.

"Sepertinya aku tak punya pilihan lain, apapun pilihanku, tetap saja akan berakhir kematian..." Celetukku.

Akhirnya, kuputuskan untuk melawan makhluk itu sekuat tenagaku, tak peduli apapun yang terjadi.

'Sungguh menyedihkan, niatku hanya untuk mencari uang untuk hidupku, malah harus berakhir ditempat ini.'

Tak perlu waktu lama, pertarungan berat sebelah pun terjadi.

-----------

"Ugh..!, Arrghhht..!!!"

Seluruh tubuhku terluka cukup parah, entah berapa lama aku bisa bertahan, namun, sebuah keajaiban bahwa aku masih bisa hidup.

Meski begitu, seluruh Ramuan Penyembuh milikku sudah habis. Hanya tinggal menunggu waktu sampai kematian datang kepadaku.

Entah sudah berapa lama aku bersembunyi di gua ini, satu-satunya hal yang terpikirkan oleh saat ini adalah bagaimana caraku bisa lolos dari makhluk itu.

'Tcih... Manaku juga mulai menipis...'

Kurasakan aliran mana di tubuhku mulai melemah. Aku sudah mencoba berbagai serangan sihir kuat milikku ke arahnya, namun itu hanya bisa menggores jubahnya saja.

Ditengah keputusasaanku, terdengar sebuah suara misterius.

"Menyalakan Sistem. Otorisasi, Umar Ali Wastukancana, Berhasil."

'tunggu sistem, apa ini?...'

"Sinkronisasi berhasil, Reboot Sistem."

Beberapa saat setelah suara itu berakhir, sesuatu yang sangat menyakitkan tiba-tiba kurasakan diseluruh tubuhku.

Akupun berteriak sekeras-kerasnya, pandangaku pun mulai mengabur, dan tak lama pandanganku pun berubah jadi gelap.

-----------

Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri.

Aku pun bergegas untuk pergi dari gua ini, kuharap makhluk itu sudah kehilangan jejakku.

'Apa tadi itu?..'

Sambil menggerutu, tak terasa aku sudah mencapai lantai 1, dan kulihat gerbang Tower untuk keluar.

"Ha ha ha ha ...!"

Tiba-tiba suara tawa jahat menggema di lantai ini, kucoba untuk memeriksa sekelilingku, hingga aku menyadari, entah sejak kapan makhluk itu ada disana.

Makhluk itu terduduk diatas sebuah batu besar sambil melihat kearahku dengan tatapan bengisnya.

"Takkan kubiarkan siapapun pergi dari sini.!" Gumamnya.

'Ah, Sial. Apa aku benar benar tak bisa pergi dari tempat ini?'

Meskipun Gerbang Tower berada dalam jarak pandangku, selama gerbang itu tertutup pertarungan sebesar apapun tidak akan pernah bisa terdengar keluar. Berteriak meminta tolong pun adalah sebuah hal tak berguna saat ini.

Kuputuskan untuk bertarung sekali lagi, sambil mencari cara untuk bisa keluar dari Tower ini, hidup-hidup.

-----------

Serangan demi serangan kuarahkan ke makhluk itu, bahkan dengan segenap kekuatanku pun, aku hanya bisa memberikan makhluk itu luka kecil.

'sialan, seberapa kuat sebenarnya makhluk ini?.' fikirku.

Saat sedang berfikir, sebuah pukulan telak mengenai tubuhku hingga menghempaskanku dari tempatku berdiri.

'sial, apa aku akan mati hari ini?..'

Kesadaranku perlahan mulai pudar, bahkan penglihatanku pun menjadi gelap seutuhnya.

Namun tak lama terdengar sebuah ledakan diarea itu...

"Hey, periksa anak itu..!! Yang lain segera kejar makhluk itu, jangan biarkan dia lolos..!!" Teriak seseorang.

Bersamaan dengan teriakkan itu, terdengar beberapa langkah kaki menuju kearahku.

'Aku selamat.'

Bersamaan dengan berkumpulnya orang-orang itu disekitarku, kesadaranku pun runtuh.