Chapter 2 - Chapter 2: Dunia Baru

Ting!

Lantai 3

Lantai 2

Lobby

Ting!

Pintu lift terbuka, tidak ada orang yang masuk, tidak ada juga yang keluar. Aku memandang pintu lift yang tertutup kembali dengan pandangan kosong.

Jariku dengan lunglai menekan tombol L. Pintu lift kembali terbuka, namun kakiku tidak memiliki kekuatan untuk melangkah, bahkan bernafas pun syukur.

Ting!

.

"Apa...?" Seorang wanita dengan rambut sebahu berwarna coklat membuka mulutnya dengan lebar.

Mata panda yang terlihat sangat jelas ditambah dengan bibir yang pucat akibat tidak sempat memakai make up membuat penampilannya semakin buruk.

"Apa yang apa? Kau sudah kehilangan kemampuan untuk memahami sesuatu Celine?"

Sedangkan pria tua dengan perut buncit dihadapannya terlihat tidak peduli dengan penampilan buruk wanita itu. Tangan kirinya memegang rokok yang menempel pada mulutnya, sedangkan tangan kanannya memainkan game pada layar kotak di hadapannya.

"T-tapi pak! Saya sudah mencapai target pelanggan bulan ini! Saya- saya tidak pernah terlambat masuk kantor! Saya-" air mata mulai keluar dari sudut mata Celine. "Bahkan saat nenek saya meninggal, keluarga satu satunya yang saya punya meninggal!"

Napasnya tertahan menahan tangis. Bukan maksudnya terlihat menyedihkan untuk mengundang simpati bosnya, tapi dipecat tanpa alasan setelah semua pengorbanan yang dia lakukan untuk perusahaan ini memang membuatnya tidak bisa menahan diri lagi.

"Oh! Nenekmu! Aku sempat melupakan eksistensinya, dia orang yang baik, hahahaha!" Perut buncitnya berguncang saat dia tertawa cukup keras sebelum melanjutkan kalimatnya, "bahkan saat kau masih intern, nenekmu selalu memberikan semua orang kantor snack dari nasi yang dia buat sendiri. Rasanya memang tidak terlalu enak tapi beberapa karyawan menyukainya."

"Apa?" Celine menatap bosnya tidak percaya.

"Nenekmu orang yang sangat baik sungguh! Sayangnya dia meninggal saat kantor kita tidak libur. Tentu saja kau tidak bisa mengambil cuti untuk hal yang seperti itu."

Pria itu lanjut merokok tanpa rasa bersalah. Sedangkan wanita di depannya tertunduk sambil mengepalkan tangan. Darah menetes dari bibirnya, dia menggigit bibirnya sendiri terlalu keras untuk menahan amarahnya.

"Hal yang seperti itu, pak?"

"Tentu saja! Kau bukan karyawan spesial. Ah untuk apa membahas hal yang tidak penting. Sekarang cepat keluar dan-"

Byuur!

Celine mengambil kopi yang masih mengeluarkan asap dan tercium sangat enak yang ada di atas meja bosnya, dan menyiramkan kopi tersebut ke wajah bosnya.

Hening selama beberapa detik, sebelum terdengar teriakan nyaring dari seorang pria buncit yang wajahnya memerah akibat kopi panas.

"Dasar wanita jalang! Kubunuh kau!"

"Iya pak! Bunuh saya sekarang! Bunuh!"

"Celine!"

Seorang pria dengan tubuh tinggi dan kulit putih kemerahan berlari menuju Celine yang ingin melemparkan monitor komputer ke bos yang meneriakinya.

"Cepat ikut aku!"

.

Ting!

"Celine."

Renald menyebut namaku lagi, entah untuk keberapa kali.

"Celine!"

Kali ini tangannya memegang kedua pipiku dan memaksa mataku untuk melihat wajahnya.

Aku melihat wajah khawatir yang selalu dia tunjukkan bahkan sejak kami kecil dan aku terjatuh dari sepeda. Wajahnya yang manis itu sekarang terlihat seperti ingin menangis.

"Ada apa...?"

"Kau gila?! Menyiram kopi panas, sekarang naik turun kantor dengan lift, bahkan orang orang yang ingin masuk lift mengurungkan niatnya saat melihat ekspresimu yang seperti hantu itu!"

Ah, jadi itu alasan kenapa tidak ada orang yang masuk lift ini selama 1 jam.

"Renald, aku rasa aku akan mati."

Renald melepaskan pipiku dan memijit pelipisnya frustasi.

"Aku rasa aku akan tidur dijalan hari ini, aku belum membayar kontrakanku."

"Aku punya ide!"

"Apa?"

"Sebelum itu aku ingin kita keluar dulu dari lift ini."

Ting!

Pintu lift kembali terbuka, aku melihat ada 3 orang intern yang ingin masuk. Wajahnya memerah saat melihat Renald. Ekspresi mereka berubah saat menatapku yang sudah acak acakan. Mereka dengan cepat membungkuk dan lari masuk ke dalam lift.

"Gila ya? Dasar intern tidak sopan! Memangnya aku hantu!"

".... kau tidak mendengar perkataanku saat di dalam lift tadi?"

Renald menatapku tidak percaya.

.

Aku menyeruput matcha latte sambil mencari artikel di aplikasi 'Pencari Kerjaan'. Ini adalah aplikasi yang aku temukan di website anonymous. Katanya aplikasi ini bagai cahaya di dunia dimana lapangan pekerjaan sangat sulit untuk ditemukan.

'Setidaknya aku masih punya 500 lunar koin.'

Matcha latte ini 5 lunar koin, penginapan baru yang aku dapat tadi 100 lunar koin per bulan. Biarpun sangat kecil dan hanya ada tempat tidur dan meja kecil. Tapi hutang nenek yang harus kubayar masih,

"2 juta lunar koin!"

Aku berteriak tanpa sadar. Semua orang memperhatikanku. Aku berdehem dan menutup wajahku dengan satu tangan.

"Bukannya sudah aku bayar hampir 80%? Tapi sisanya masih 2 juta?"

Aku menolak tawaran Renald untuk tinggal di apartemennya. Kami memang sudah bersama sejak kecil, tapi tetap saja sekarang kami adalah pria dan wanita dewasa. Pasti akan sangat aneh untuk tinggal satu atap.

"Sial, apa sebaiknya aku menerima tawaran Renald. Huh?"

Lowongan kerja

Status : Urgent

Pekerjaan: Nanny

Jam kerja : 3.00 - 5.00 AM tiap hari

Ketentuan : Wanita, 20-25 tahun, berpenampilan menarik, rajin dan pekerja keras.

Lokasi : Kerajaan Craenitus

Aku mengedipkan mataku beberapa kali. Lowongan kerja di kerajaan Craenitus?

Sudah 2 tahun lalu sebuah portal tiba tiba terbuka di berbagai titik di Renkon City. Presiden sampai membuat negara menjadi kondisi darurat 3 saat itu. Kami mengira hal aneh seperti monster pemakan manusia yang akan keluar.

Tapi diluar perkiraan kami, seorang pria dan wanita dengan tampang yang sangat indah dan baju yang sangat mewah keluar dari portal yang berada di pusat kota. Mereka mengklaim diri mereka sebagai raja dan ratu dari kerajaan Craenitus, kerajaan yang ada di dalam portal tersebut. Mereka mengajukan kerja sama dimana kerajaan Craenitus dapat berburu di hutan Ross, hutan terbesar di benua ini. Sebagai bayarannya, Craenitus akan mengirimkan beberapa ton emas setiap tahunnya. Tentu saja presiden setuju.

"Tapi untuk masuk portal itu..."

Selama ini tidak ada yang bebas keluar masuk portal dari kedua dunia. Jika kami ingin masuk portal maka harus menggunakan alat teleportasi berupa batu ruby yang hanya bisa didapat di kerajaan Craenitus.

Beberapa penduduk lokal ada yang bekerja di kerajaan Craenitus bahkan berbisnis dengan orang-orang disana. Tapi keuntungan itu hanya bisa didapatkan oleh orang-orang kaya, karena harga batu ruby Craenitus yang mahal.

Aku menekan tombol yang bertuliskan "Selengkapnya..." dan mulai membaca semua informasi yang tertulis disana.

Keterangan : Pekerjaan akan dilakukan di Evington County. Alat teleportasi akan dijual dengan harga hanya 400 lunar koin. Tidak perlu membawa barang apapun saat kerja, semua kebutuhan saat kerja disediakan oleh Evington County.

Gaji : 10.000 lunar koin per hari.

Tuk.

Matcha latteku tumpah.

Apakah anda ingin menerima pekerjaan ini?

Ya Tidak

.

"Hari ini, 3 sendok. Celine! Ingat baik-baik, jangan jawab apapun yang ditanyakan Tuan Caspiel, jangan berbicara dengannya. Cepat selesaikan tugasmu dan pulanglah!"

Madam Lysa memegang bahuku dan berbisik sangat keras. Hampir saja nampan yang kupegang jatuh saking kuatnya dia memegang bahuku.

Sudah 3 bulan aku bekerja dan Madam Lysa selalu mengatakan hal yang sama. Sebenarnya aku tidak tahu pekerjaan macam apa ini. Saat aku menerima lowongan itu, yang tertulis adalah pekerjaan sebagai nanny. Aku memang mengurus anak dari tuan Count dan nyonya Countess

'Tapi Tuan Caspiel lebih tua dariku!'

Biarpun mansion ini sangat indah dan terang, itu tetap tidak bisa mengurangi rasa takutku. Aku masih ingat dengan jelas hari pertamaku di kerajaan Craenitus. Seperti masuk ke dalam dunia novel fantasy.

Bangunan-bangunan klasik seperti pada zaman Victorian benar-benar membuatku takjub, didukung dengan pakaian masyarakat disini, gaun dan setelan jas yang hanya aku lihat pada novel atau komik yang sering kubaca sebelum tidur. Para wanita yang elegan dengan rambut panjang mereka yang dihias dengan cantik dan para pria berkelas yang tinggi dan tegap, membuatku mempertanyakan realitas dari hal yang aku lihat saat itu.

Aku ditemui oleh Madam Lysa, dan madam mengajakku ke toko kue untuk membeli beberapa dessert titipan Duchess Anita.

Mataku berhenti pada seorang pria tua yang tampak familiar. Pria tua itu merupakan kerabat dekat nenek, yang selama ini membiayai biaya rumah sakit nenek. Dengan wajahnya yang pucat pria itu mendekat dan memelukku.

"Celine astaga Nak! Kau sudah besar sekarang!"

Itu adalah kalimat yang didengar semua orang. Namun, ada kalimat tambahan yang hanya dapat didengar olehku.

"Celine, sayangku. Matilah kita! Kita tertipu Nak, mereka semua adalah iblis! iblis!"

Setelah mengatakan itu aku melihat matanya yang berkaca kaca bercahaya selama kurang dari sedetik. Kemudian dia tersenyum dan berjalan keluar dari toko kue. Sejak saat itu, ketika aku bertemu dengan kakek Frank, dia mengatakan tidak ingat apa-apa mengenai hal itu.

Aku menggelengkan kepalaku, sebisa mungkin berusaha untuk tidak terlalu memikirkan apa yang terjadi hari itu. Setelah melewati beberapa anak tangga, koridor yang mewah, aku sampai di depan pintu putih yang besar dan memiliki ukiran ukiran yang indah. Disamping kanan dan kirinya ada dua orang penjaga dengan pakaian lengkap, termasuk pedang asli.

"Malam, nona Celine. Silahkan masuk setelah saya mengabari Tuan Caspiel mengenai kedatangan anda," sapa salah satu dari penjaga tersebut. Aku menggangguk dan tersenyum.

Tok tok tok

"Tuan, nona Celine sudah datang."

"Masuklah."

Suara itu, suara yang terdengar lembut namun dingin. Suaranya tegas biarpun sedikit serak akibat penyakitnya. Setiap saat aku mendengarnya berbicara aku hanya merasakan dua hal, kantuk dan merinding.

"Terimakasih Josh," pamitku sebelum masuk. Josh yang membukakan pintu membalas dengan senyuman.

Pria itu terduduk di tempat tidurnya dengan tirai yang menutupi dirinya. Siluetnya adalah satu satunya hal yang aku lihat. Sebenarnya biarpun sudah bekerja di tempat ini cukup lama, aku tidak pernah sama sekali tahu bagaimana rupa tuan muda Caspiel. Potret keluarga yang terdapat di ruang utama adalah potret keluarga 20 tahun yang lalu. Saat itu Tuan Caspiel masih berumur 5 tahun. Wajahnya terlihat bulat dengan rambut blonde yang mengkilap seperti emas. Bola matanya berwarna merah seperti ayahnya, dan memiliki lesung pipi seperti ibunya.

Aku membungkukkan badanku sebagai rasa hormat kemudian duduk di kursi yang ada tepat di samping Tuan Caspiel.

"Permisi tuan, ini adalah obat untuk hari ini. Saya izin untuk menyuapi tuan muda seperti biasa," ujarku pelan, hampir seperti berbisik.

Di ruangan ini hanya ada kami berdua. Hanya terdengar suara detik jam dinding dan suara kayu yang terbakar oleh api.

Tidak ada jawaban, seperti biasa. Dengan tatapanku yang fokus mencampur beberapa botol ke dalam satu wadah, aku bekerja dengan cepat sambil mengingatkan diriku sendiri untuk tetap tenang.

Ketika aku mengambil satu sendok obat dan hendak menyuapkannya ke Tuan Caspiel, dengan tangannya yang kurus dia memegang pergelangan tanganku.

Deg!

'Sial! Sial! Sial! Apa aku akan mati?!'

Tanganku mulai gemetar, dan obat yang ada disendok tumpah sedikit demi sedikit membasahi selimut Tuan Caspiel. Selama ini aku tidak tahu apa isi obat tersebut ataupun warnanya karena cahaya dalam kamar Tuan Caspiel selalu remang-remang. Sialnya, dengan warna selimut Tuan Caspiel yang putih, biarpun dengan cahaya yang minim aku tetap bisa mengetahui warna dari obat itu. Merah, sangat mendekati warna darah.

Tanpa aku sadari aku bergetar begitu kuat, sampai seluruh tubuhku ikut gemetar. Aku merasakan mataku mulai memanas dan air mulai keluar dari pinggir mataku.

"Namamu Celine kan?"

Itu adalah pertama kalinya selama 3 bulan dia mengajakku berbicara, tidak, itu adalah pertama kalinya dia mengeluarkan suara saat aku berada di ruangan ini.

Aku tidak menjawab, aku menutup mata dan tetap menundukkan kepalaku. Sekarang aku berharap Madam Lysa tiba-tiba memasuki kamar dan menyelamatkanku. Biarpun dia juga iblis, tapi Madam Lysa selalu membantuku setiap aku terkena masalah di dunia ini.

"Kau berani mengabaikan pertanyaan dari tuanmu? Kau lupa posisimu? Ayah memperkerjakanku untukmu. Kau adalah bawahanku."

'Oh sial, itu adalah kalimat terpanjang yang kudengar dari pria ini. Apakah sekarang hidupku akan benar-benar berakhir?'

Cengkramannya pada tanganku mulai melemah. Sendok yang kupegang jatuh ke lantai. Aku mendekapkan kedua tanganku di dada. Dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk berbicara.

"Ma-maafkan saya Tuan, i-ini tidak akan t-terjadi lagi." Suaraku bergetar dan terdengar seperti anak kucing yang terjepit dan dibekap mulutnya.

Aku tidak mendengar jawaban apa-apa.

'Baguslah'

Kresek kresek

Dari sudut mataku aku dapat melihat Tuan Caspiel mengambil sesuatu dari bawah bantalnya. Dengan sengaja dia memperlihatkannya di depan mataku, biarpun aku sudah tertunduk. Itu adalah sebilah pisau, pisau asli. Aku tau itu sangat tajam, tidak tahu bagaimana aku bisa tahu, tapi aku tahu.

Pandanganku menggelap, tubuhku mulai bergetar hebat. Air mata sudah tidak bisa aku bendung lagi. Suara isak tangisku pun mulai aku dengar, padahal aku berniat untuk tidak bersuara sama sekali.

'Nenek! Tolong aku! Tuhan! Siapapun!'

"Celine, lihat aku. Atau aku akan membuat ukiran indah di lehermu menggunakan Pisau ini."

Information Corner :

Lunar Koin : Mata uang di benua Illuxar. 1 Lunar koin = 10.000 mata uang kita.

Renkon City : Ibu kota di benua Illuxar.

Craenitus Kingdom : Kerajaan terbesar di dunia dalam portal.

Evington County : Salah satu County yang berperan besar dalam sejarah pendirian kerajaan Craenitus. Namun karna hal yang hanya diketahui oleh bangsawan dan kerajaan, Evington County dipindahkan ke bagian utara kerajaan Craenitus yang tidak subur. Sehingga mempengaruhi ekonomi Evington County. Bahkan Count Derrick Evington mengeluarkan dana pribadinya untuk keperluan masyarakat di Countynya.

Renald Anderson : Teman masa kecil yang tumbuh bersama dengan Celine di pinggiran kota bagian barat Renkon City. Saat kecil Renald tinggal bersama neneknya di desa. Saat Renald berumur 15 tahun, dia diambil oleh orang tuanya untuk tinggal di ibukota.