Chereads / Kepingan Mimpi / Chapter 54 - Kedua

Chapter 54 - Kedua

Keadaan sudah membaik, berkat bantuan kedua orang tua Kubo hampir semua sudah ditutup,malam setelah Kubo memberikan konferensi pers laki laki itu langsung pergi ke Osaka untuk meminta bantuan kedua orang tuanya. Dan yang sangat mengejutkan adalah bahwa kedua orang tuanya hanya sedikit marah lalu melepaskan Kubo begitu saja. 

Semua akun media sosial Naomi juga tak lagi ramai, kali ini ia bisa bernafas lega karena ia hanya harus menghadapi rekan rekan kerjanya saja di Kantor. Suasana hatinya juga membaik. 

"Aku kangen" Baca Naomi sesaat setelah sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. 

Perempuan itu tersenyum melihat nama Rio disana. 

"Aku juga" Balas Naomi. 

"Kamu kangen aku juga?" Tanya Rio.

 

"Huum" 

"Mau ketemu langsung?" 

"Video Call maksudnya?" Tanya Naomi cepat.

 

"Ketemu langsung, di kostan kamu" 

"Bercanda kamu" Balas Naomi.

"Aku beneran kangen juga" Ketik Naomi lagi.

"Iya ayo ketemu"

"Ih sebel, bercanda terus" Gerutu Naomi.

Rio tak membalas pesan Naomi untuk beberapa waktu, namun kemudian laki laki itu mengirimkan sebuah foto dan membuat Naomi terperanjat dari kasurnya. Perempuan itu langsung berdiri dan berlari keluar kamar, segera turun menuju depan rumah kostnya. 

"Kok ada disini?" Teriak Naomi. 

Perempuan itu juga langsung memeluk Rio tanpa canggung.

"Tadi kan aku bilang, ayo ketemu. Malah dipikir bercanda" Jawab Rio senang. 

Setelah memeluk Rio, ekspresi Naomi seketika berubah saat melihat Naya berdiri tak jauh dari tempat Rio berdiri sembari melambaikan tangannya untuk menyapa. 

"Apa kabar Nay?" sapa Naomi.

"Baik, kamu?" Jawab Naya.

"Sama, kok aku nggak tau ya kalian mau kesini?" Tanya Naomi.

"Karena ada beberapa hal yang harus kita konfirmasi ke Kubo, Kubo baru setuju dua hari yang lalu soal kedatangan kita. Mungkin dia sibuk, dan lupa ngasih tau kamu" Jelas Naya. 

Naomi mengangguk, "Ya, dua hari ini dia memang sibuk" Jawab Naomi.

"Terus, kalian kok tau aku tinggal disini?" Tanya Naomi.

"Kubo memberitahuku tadi, alamatmu. Kupikir lebih baik menyapamu terlebih dahulu disini karena dia masih cukup sibuk" Jawab Naya.

"Ayo masuk kedalam" Ajak Naomi. 

"Kupikir aku harus cepat ke hotel, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan. Aku hanya ingin mengantar Rio" 

Tolak Naya halus.

Naomi mengangguk, dan tak lama Naya pergi kembali meninggalkan dirinya dan Rio. Mereka bergegas masuk ke dalam kost Naomi karena dingin malam yang semakin menusuk. 

"Udah makan?" Tanya Naomi saat mereka masuk. 

"Belum" Jawab Rio. 

"Mau makan? aku masakin?" Tawar Naomi. 

Rio memeluk Naomi dari belakang, menghalangi perempuan itu untuk membongkar isi tas Rio. 

"Apasih?" Ucap Naomi menyambut hangat pelukan Rio.

"Kangen" Bisik Rio pelan. 

"Aku juga" Balas Naomi.

Kali ini Naomi berbalik, kedua tangannya diletakkan di pipi Rio lalu mencium laki laki itu. 

"Aku masak buat kamu dulu ya, kamu nonton TV aja dulu" 

Setelah mengangguk Rio justru pergi ke kamar mandi untuk mandi, sedangkan Naomi mulai meraih beberapa bahan masakan dan mulai menyiapkan masakan untuk Rio. 

Setelah semua masakan siap, Naomi duduk menunggu Rio sembari menonton TV. Jam sudah menunjukkan tengah malam, beberapa kali Naomi menguap karena merasa ngantuk. Besok adalah hari libur, jadi tak apa baginya untuk tidur lewat dari tengah malam atau hampir pagi. Memang tak banyak yang ia lakukan dihari libur selain tidur dan bermalas malasan daripada harus jalan jalan keluar. 

"aku ga akan sanggup nonton TV disini" Tegur Rio.

Naomi tertawa kecil, "Haha, kenapa?"

"Aku gabisa baca, ga bisa artiin, dan nggak akan ngerti. Dibandara tadi, aku cuma bisa ngelamun mikirin orang orang ngomong apa dan ngapain" Jelas Rio. 

"Hahahahaha" Naomi tertawa senang. 

"Kok masakan kamu enak sekarang?" Ledek Rio saat mencicipi masakan Naomi. 

"Ihh emang enak daridulu kok" Gerutu Naomi. 

"Mungkin karena lapar" Ledek Rio lagi.

"Iiii yaudah gausah dimakan. Sebel" Gerutu Naomi lagi.

"Ya kan enak, terus lapar, ya diabisin" Ucap Rio sembari melindungi makanannya agar tak diambil Naomi. 

"Yaudah makan sana" 

Naomi memperhatikan Rio yang makan dengan lahap, ia senang laki laki itu ada disana. Segaris senyum melebar diwajahnya. 

"Kamu berapa lama disini?" Tanya Naomi sembari mengacak ngacak rambut Rio.

Rio masih melahap makanannya sembari menonton TV.

"Mungkin seminggu" Jawab Rio asal. 

"Besok belum mulai kerja kan? Jadi kita jalan jalan" Ajak Naomi. 

Rio diam setelah menghabiskan makanannya, ia naik keatas sofa untuk menjajarkan posisi duduknya dengan Naomi. 

Tangannya diletakkan dikedua pipi Naomi, lalu ia mencium bibir Naomi. Cukup lama sampai nafas Naomi memburu. 

"Ngga males malesan aja di kasur?" Goda Rio. 

"Yeee, itu namanya olahraga. Lebih capek dari jalan jalan" Tanggap Naomi cepat. 

Ia melepaskan Rio dan beranjak dari sofa, membereskan bekas makanan Rio. 

"Ahhh, pokoknya males malesan aja dikamar. Ga mau kemana mana" Ucap Rio manja. 

Akhirnya Rio tertidur lelap diatas sofa, terlihat rasa lelah diantara tidurnya. Sedangkan Naomi masih menatapi Rio dengan senang. 

"Ahhhhh" Lirih Naomi. 

Tubuhnya kembali lemas tak bisa digerakkan sampai akhirnya ia tertidur.

Naomi sudah sedikit tersadar, namun ia masih tak mampu menggerakkan tubuhnya. Ia hanya bisa merasakan seseorang menyentuh tubuhnya. Menciumi lehernya beberapa kali. 

Saat memikirkan ada Rio disana, Naomi sedikit tenang lalu hanya diam membiarkan Rio menyentuh tubuhnya Memeluknya beberapa kali dan menciuminya. Kali ini Naomi mulai bisa mengendalikan tubuhnya. Ia mendorong Rio menjauh dari dirinya.

"Pagi" sapa Rio.

Naomi kebingungan mendapati dirinya sudah ada di kamar, dengan bedcover tebal. Terdengar suara kamera dari ponsel Rio. Laki laki itu sedang memotret Naomi beberapa kali.

"Semalem kamu ketiduran di lantai. Terus aku gendong kesini" Jelas Rio saat melihat Naomi kebingungan. 

"Hari ini males malesan ya? Udah jam satu siang juga" Goda Rio. 

Laki laki itu menarik selimut Naomi, dan menutupi tubuh mereka berdua. Didalam selimut, Rio memeluknya dengan erat serta menciumi Naomi. Dan tangannya, mulai menelusup masuk kedalam kaos Naomi yang kebesaran secara perlahan tanpa perlawanan.