"Aku rasa hidupku ini penuh dengan jurang kelemahan ... Apa aku bisa menjadi seorang ku-
"Hei Sampah!! Cepat bangun!! Kerjalah!! Ambil hasil batu permata ini! dan jangan sampai ada yang tersisa!! Camkan itu!!" Hardik sang mandor membentak dengan nada nyaringnya membuat Gua sekitar menjadi bergema.
"Iya, aku akan kerjakan," jawabnya dengan tatapan mata panda yang sudah lelah akan pekerjaan ia sehari-hari memukul permata itu sampai hancur, kemudian ia mengais dengan tangan yang gemetaran.
Ia hanya bisa memandang dan meneguk air liur, demi uang ia harus rela mengerjakan ini. Dia adalah Sean Vincent Smith, dia berasal dari Keluarga Duke terkenal yaitu Keluarga Vincent. Salah satu keluarga yang menghabiskan waktu masa mudanya dengan membantu Raja Seores mengendalikan wilayah Carders yang selama ini wilayah yang di tutupi oleh binatang buas/beast
Selama beberapa dekade, wilayah ini menjadi wilayah terisolir dari Kerajaan Raja Seores berpusat, dikarenakan wilayah ini adalah wilayah yang istimewa memiliki banyak sumber daya alam yang melimpah dari emas serta batu kuarsa yang bisa diolah menjadi obat-obatan. Sehingga untuk menumpaskan, harus melawan salah satu beast yang paling kuat yaitu Coatyl Dragon.
Coatyl Dragon merupakan spesies dragon ke-8 dari 13 spesies dragon di Dunia Uratus. Karakteristik Coatyl Dragon ini bertubuh ular dengan bulu yang indah dan cerah menyerupai sebuah sayap burung besar. Ekornya yang dapat memegang dapat digunakan untuk mengamankan tempat bertengger atau memegang peralatan khusus di sarangnya. Terkadang serangan ia lontarkan adalah serangan api dan serangan racun yang bisa membuat area sekitar menjadi terkontaminasi korosif yang begitu pekat.
Keindahan yang dimiliki Coatyl Dragon dengan warna tubuh, serta sayapnya tak sedikit membuat orang terpana akan keindahannya. Namun, dragon ini bisa menjadi sangat terancam ketika wilayahnya dalam sebuah ancaman.
Ular ini membuat sarang menyerupai sebuah piramida yang begitu tinggi dengan puncak di atas berupa berlian besar yang sangat terang ketika matahari menyinari berlian tersebut. Sehingga berlian ini menjadi incaran oleh Bangsawan Spender.
Bukan hanya itu, menurut rumor yang beredar salah satu dari berlian itu juga mengandung sebuah khasiat yang bisa menyembuhkan orang. Apakah kebenaran itu bisa diyakinkan oleh mereka? Yah, itulah yang sudah terjadi.
"Ini koin perak yang kau dapatkan. Sesudah kau menggerok semua. Silahkan ambil makananmu di Camp sebelah," terang sang mandor muda memberikan koin perak kepada Sean. Meskipun hanya tiga koin perak saja, itu sudah bisa membeli remahan roti besar.
Keadaan yang mengharuskan Sean tertimpa nasibnya yang malang, ia hanya bisa meratapi kehidupan ini. Ia mengambil koin perak ini dengan tangan kanan yang sudah kasar kulitnya. Sean hanya senyum kecil memejamkan mata kepada Mandor Muda ini.
Tak sekalipun ia berkata, Mandor Muda ini tersenyum balik kepada Sean. Setelah ia mengambil koin perak, ia pun berjalan tertatih-tatih menuju Camp sebelah yang dimaksudkan Mandor Muda itu merupakan tempat pemberian makan kepada para budak.
Sesudah Sean sampai di Camp Sebelah dengan kakinya yang sudah gemeter. Namun, niatnya tidak terhalang oleh kelelahan yang sudah membasahi kepalanya sampai ke badan. Ia pun bergegas menuju pekerja yang memberikan sebongkah makanan. Walau sedikit, bagi Sean itu adalah sumber yang tidak bisa manusia hilangkan.
Iya, itu bagaikan sebuah harta karun yang tak bernilai rasanya. Pahit atau asin makanan itu, yang penting bisa mengganjal perut dari kelaparan cukup memperihkan isi lambung.
"Terima kasih, makanannya." Ungkap Sean mengambil makanan tersebut dengan kedua telapak tangannya. Sembari meratapi pekerja makanan tersebut memberikan jatah makanan kepada orang lain di belakangnya.
Sean pun berjalan ke tempat ia bisa menyangga tubuhnya saat makan. Ia celingak-celinguk memperhatikan sekitar yang penuh bau keringat, pengap serta suara ricuh pekerja lainnya yang sudah di cap budak pekerja.
Sorot matanya yang sudah nampak lesu, kepalanya sedikit terangkat. Membuat Sean harus memikirkan tempat yang cukup tenang untuk dia. Sesaat kemudian, ia lalu terpikirkan tempat buangan sebelumnya. Sejak ia pertama kali disini Sean selalu berdiam dirinya di sebuah kubu gua kecil yang tidak diketahui oleh orang lain.
Oleh karena itu, ia berjalan ke sana dengan langkah tertatih-tatih. Sambil membawa sebongkah makanan di tangannya, Sean lalu pergi ke tempat yang ia pikirkan.
Tetapi, kepergian Sean selalu menjadi suatu misteri bagi orang yang menyusahkan dirinya. Tidak lain orang tersebut adalah sesama budak pekerja. Yaitu Bob, bisa di sebut kawan. Akan tetapi, tidak bagi Sean. Lebih ke wajah orang bermuka serigala, Bob merupakan salah satu cerminan orang yang suka melihat orang jatuh menderita di hadapannya.
Tepatnya di waktu ini. Ia bersama kawannya sedang membahas cara membuat permata yang mereka tambang di simpan ke dalam sebuah saku ajaib. Atau paham mereka ingin curang pada hasil yang ia dapat. Sekalinya juga mereka mengancam dan mencekik pekerja budak yang lemah untuk dikuras jatah yang mereka dapatkan dari hasil tangan mereka sendiri.
Itulah pekerjaan si peculas setiap saat melakukan aksinya. Kini, ia melakukan aksinya kepada Sean. Di saat hati dan perasaan jahatnya ingin beraksi, Bob memandang Sean yang nampak lemah, kurus kering dengan langkah tertatih-tatih.
Bob memperhatikan sesaat Sean pergi meninggalkan Camp ini, hingga timbul rasa ingin melakukan pemerasan padanya. Bob memegang dagunya sesaat dengan tangan kanannya mengusap dagu tersebut. Pertanda bahwa keyakinan telah bulat, dan ini menjadi tanda perlakuan ia akan segera dimulai.
"Hei, kalian. Mau ikut aku melakukan pemerasan lagi, tidak?" Bob bertanya dengan senyum seringai menoleh pada kawannya.
Kawannya yang berada di kursi samping Bob menoleh kepada Bob, lalu ia menjawab. "Kau ingin melakukannya lagi?" celetuk kawannya berwajah sinis.
Bob pun tertegun ketawa ketika kawannya menyeletuk keinginan ia secara peka. "Iya. Kali ini sasarannya adalah Sean," senyum Bob tergambar dalam raut wajahnya seperti sudah ingin sekali mengincar Sean.
Ketika jawaban Bob terkeluar kata yang merujuk nama Sean, kawannya di samping tersendat makanan semau di telan. "Arh ... Tunggu dulu," ucap kawannya berbicara sambil makan, kemudian ia mengangkat tangan untuk bilang kepada Bob menunggu ia menelan makan sampai ke perut.
Setelah menelan semua yang dikunyah, ia berkata kembali. "Maksudmu? Kau ingin memeras Sean? Bukannya ia masih menyandang status Keluarga Duke Vincent?" ungkap kawan Bob mengingat status Sean setelah berada bersama mereka.
"Dia itu sudah jadi seorang sampah, Ken. Anak keempat dari Keluarga Duke terkenal di wilayah ini mau mengandung anak yang tidak memiliki kekuatan sama sekali, memangnya mau dijadikan beban gitu?" jawab Bob mengungkapkan identitas Sean dengan wajah arogan.
Ken yang awalnya merasa segan sama Sean, begitu mendengarkan identitas asli dikatakan oleh Bob. Seketika ia terperangah raut wajahnya melihat Bob. "Serius kau Bob? Aku pikir ia mengikuti kita dikarenakan ada hal yang perlu diteliti oleh Grand Duke Vincent." Ken menggelengkan kepalanya.
"Selama ini kau kemana aja Ken? Gelar Keluarga Duke di nama Sean sudah dicabut ketika ia berusia 13 tahun. Dan sekarang, hidup ia sudah melarat di tambah lagi ia tinggal sebatang kara di Hutan Cresnov," jelasnya.
"Jangankan untuk tinggal, sekarang saja ia tidak dipedulikan sama kerabat dekat dan keluarga dirinya," tambah Bob mengangkat kedua tangan, serta memiringkan bibirnya ke hadapan Ken.
Setelah memberikan informasi singkat mengenai Sean, Bob tidak ingin menunggu lama. Kemudian ia beranjak berdiri dari tempat duduknya, ia pun menarik tangan Ken untuk mengajaknya bersama-sama memeras Sean.
Dengan begini, pelaksanaan mereka dilakukan secara diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun kecuali mereka berdua saja. Apakah berjalan sempurna atau justru sebaliknya. Bob tidak pedulikan keadaan Sean, yang penting bagi pikiran serta prinsip ia adalah mendapatkan sebongkah makanan dan mengancam Sean untuk memberikan jatah hasil tambang permata yang digaruk dari usaha keringat Sean lalu diserahkan kepada Bob secara percuma.
"Ayo, Ken. Semakin cepat, semakin bagus pula kita memerasnya sebelum pengawas disini memukul kita kembali," usul Bob menanggapi Ken untuk cepat. Respon Ken terhadap usulan Bob pun ia mempercepat langkahnya lalu mereka mengikuti Sean dari belakang.