Chereads / RAD 2513 / Chapter 4 - Bagian Ketiga - Bencana Itu Datang

Chapter 4 - Bagian Ketiga - Bencana Itu Datang

17 Juli 2513 pukul 7 pagi

Terjadi sebuah bencana besar akibat dari kecelakaan dalam percobaan rahasia pemerintah dunia. Seluruh televisi baik siaran nasional maupun internasional menampilkan berita yang sama, tentang ancaman serta himbauan agar para masyarakat tetap berada di rumah dan memakai masker sebagai pelindung dari udara yang telah terkontaminasi percobaan gagal dari pemerintah. Tidak ada satupun warga dan berita yang mengetahui apa penyebab dan percobaan tersebut. Begitu melihat pemberitaan tersebut, Alice langsung mengambilkan dan memakaikan masker oksigen serta menutup seluruh ruangan rumah.

"Alice, apakah ada kabar dari kedua orang tuaku?", tanyaku kepada Alice.

"Maaf Rad, seluruh jaringan komunikasi tiba-tiba sudah ditutup dan tidak ada akses informasi apapun dari Indonesia bagian timur. Sebaiknya kamu segera masuk ke ruangan bawah tanah, kita menuju kamar khusus bencana."

Kamar khusus bencana di dalam rumahku sebenarnya adalah sebuah ruangan rahasia yang dibuat oleh kedua orangtuaku. Mereka berdua membangun ruangan tersebut secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui pihak manapun, bahkan tetangga dekat pun tidak mengetahuinya. Aku pun tidak mengerti mengapa kedua orang tuaku membangun ruangan rahasia tersebut.

Seketika Alice menggandeng tanganku dan membawakan sebuah tas ransel khusus peralatan bencana ke ruang awah tanah. Tiba-tiba Alice memencet sebuah tombol, keluarlah gas dari ventilasi di ruang tersebut.

"Maaf Rad, ini adalah perintah kedua orang tua tuan apabila terjadi bencana tak terduga dari pemerintah."

"Maksudmu a.. a... pa.. Alic... e....

22 Juli 2513 pukul 6 pagi

Aku terbangun, dengan kepala yang masih pusing aku melihat jam tangan hitamku dimana waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Sepertinya aku bangun lebih pagi dari biasanya.

"Alice! Dimana kau? Aku lapar."

Aku bingung, kenapa tidak ada tanda-tanda dari Alice. Aku keluar dari kamar. Aku baru sadar, itu bukanlah kamar, tetapi ruang khusus bencana. Kulihat kembali jam tangan hitam di lenganku.

"Kenapa tanggalnya sudah 22 Juli? Alice, dimana kau?", gumamku.

Akupun keluar dari ruang bawah tanah, rumahku terlihat hancur. Tapi atap rumah masih tersisa.

Terlihat sesosok robot wanita di ruang tengah. Ternyata itu adalah Alice, Ia tampak berbeda karena pakaiannya yang terkoyak.

"Alice! Kau tidak apa-apa? Alice jawab aku!."

Aku mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya, berharap Ia terbangun. Namun tak ada hasil, Ia tergeletak begitu saja. Aku mulai menangis, memeluk robot wanita yang selama ini menjadi teman dekat, bahkan aku anggap sebagai ibu keduaku.

"Mungkin aku bisa menghidupkannya dengan mencolokkan baterainya ke listrik.", aku terisak dan menggendong Alice ke dekat lubang listrik. Kubuka bagian punggung Alice dan menarik kabel ke arah lubang listrik. Namun tak ada tanda-tanda pengisian energi, ternyata tak ada sumber energi listrik lagi. Kupeluk Alice erat-erat, air mataku jatuh ke wajahnya.

Sesaat kemudian aku menemukan sebuah multi media card di kantong baju Alice. Kumasukkan kartu multimedia itu ke handphone milikku, untung saja handphone masih menyala. Terlihat file video di kartu tersebut. Akhirnya kuputar video berdurasi beberapa menit tersebut. Terlihat wajah Alice yang lembut berbicara di video itu.

"Sekarang tanggal 20 Juli, telah terjadi bencana besar di bumi. Pihak pemerintahan pusat

melakukan kesalahan dalam program rahasianya, atau mungkin sebuah kesalahan yang disengaja. Selama beberapa hari terjadi badai yang membawa gas beracun ke seluruh bumi. Bangunan-bangunan, tanaman, bahkan manusia tidak akan bertahan oleh gas tersebut. Rad, orang tua mu sebenarnya adalah peneliti dalam program rahasia tersebut. Sesaat sebelum ledakan dan becana tersebut terjadi, beliau berkata untuk mengevakuasi mu ke bunker rahasia di ruang bawah tanah yang telah dipersiapkan beberapa tahun lalu. Maaf Rad, aku tidak dapat menjaga mu lagi karena kerusakan sistem dan tenaga ku sudah habis karena gas tersebut. Aku mencintaimu selayaknya cinta sesama manusia. Aku akan selalu ada di hatimu. Selamat tinggal.", setelah dialog tersebut Alice terlihat mengeluarkan air mata dan sesegera mungkin dia tersenyum dan mematikan video tersebut.

Terlihat sebuah catatan kecil di saku Alice, terdapat tulisan "Rad, hidup adalah perjalanan. Temukanlah tempat dan kebahagiaan baru dalam perjalananmu. Alice."

Aku mulai bingung dengan keadaan ini, tidak terduga akan terjadi sebuah bencana seperti ini. Aku menggendong tubuh Alice dan meletakkannya di atas sofa. Kurebahkan kepalaku di pangkuan Alice. Ia tak bergerak, namun terlihat di memori kepalaku senyuman Alice dan kelembutan belaiannya saat aku kecil. Tanpa terasa aku tertidur dengan berlinang air mata.

"Tiiit, consider replacing your baterry, your phone will be shut down."

Suara keras yang berasal dari handphone membangunkanku. Ternyata baterai handphone telah rusak dan telepon seluler akan mematikan sistemnya. Aku mencoba mencari-cari baterai cadangan di kamar, namun ruangan yang telah aku huni selama bertahun-tahun aku hidup kini telah hancur. Karena frustrasi, telepon selular pun menjadi sasaran kemarahanku. Aku lempar barang tersebut keluar rumah melalui jendela kamar.

"Barang tidak berguna!"

Terlihat warna merah dan indikasi buruk di detektor udara yang terletak di dekat pintu keluar, terlihat pula tulisan 'udara berbahaya, terjadi kontaminasi zat tak teridentifikasi di udara bumi, gunakan masker oksigen saat keluar rumah.

Aku pun teringat akan Nat, apakah Ia selamat atau tidak. Aku pergi ke ruang darurat dan mengambil masker oksigen serta membawa tas ransel yang berisi makanan dan minuman kaleng serta buku catatan dan peralatan tulis.

Terlihat saat kubuka pintu dan sistem keamanan rumah, dunia begitu hancur seperti sebuah kota mati. Ternyata bencana tersebut membawa ledakan-ledakan yang menyebabkan rumah- rumah dan gedung-gedung hancur. Aku berjalan dengan sepatu gunung peninggalan ayahku, melewati reruntuhan bangunan menuju rumah sahabatku satu-satunya. Saat aku sampai di depan rumah Nat, pintunya terkunci dari dalam. Aku coba mendobraknya, namun sulit untuk membukanya karena badanku yang kurus. Akhirnya kuambil bongkahan kayu dan memukulkannya ke arah pintu rumah Nat. Pintu terbuka dan sesegera mungkin aku mencari Nat. Namun tidak terdapat tanda kehidupan disana, bahkan tubuh tak bernyawa pun tak ada. Aku bingung, kenapa tidak ada satupun tubuh manusia dan alien yang aku temukan selama perjalanan tadi. Aku berteriak dalam hati, dimana Nat, dimana semua ras manusia dan ras alien?

Aku pun duduk di lantai reruntuhan ruang tamu Nat. Terlihat sekilas bayangan memori tentang kejadian-kejadian sebelum bencana ini terjadi. Aku menenangkan diri sejenak dengan bernyanyi, "When the day is done, down to earth then sinks the sun. Along with everything that was lost and won, when the day is done" sepenggal lirik dari Day is Done milik Nick Drake yang pernah aku dengarkan melalui piringan hitam milik ayahku yang diwariskan secara turun-temurun, sebuah piringan yang sangat berharga yang belum sempat diwariskan oleh ayahku, membuatku menitikkan air mata. Baru kali ini aku merasakan kehilangan, terasa begitu sedih melihat hanya ada diriku di bumi ini. Aku pun hanyut dalam pilu. Namun aku memberikan pikiran ke kepalaku sendiri, bahwa masih ada ras manusia dan alien lain yang masih selamat di bumi ini. Setelah aku memberikan sugesti positif ke dalam diri sendiri, aku mulai berdiri dan melangkah mencari kehidupan lain. Aku mengambil barang-barang yang berguna untuk keperluanku. Perjalananku akan segera dimulai, perjalanan menuju jawaban akan kejadian ini.

Terlihat langit berwarna oranye di atas kepalaku. Kulihat jam tanganku, namun ternyata jamku sudah tidak berfungsi lagi, tetapi tetap kupakai karena itu peninggalan ayahku. Akupun berjalan keluar dari rumah Nat, menuju suatu tempat, tanpa rencana apapun. Terlihat disekelilingku, kehancuran ada dimana-mana, tak ada satupun kehidupan. Ketika langit semakin gelap & mendung, hujanpun mengguyur bumi yang telah hancur, aku mencari tempat berteduh. Terlihat sebuah rumah yang masih tidak begitu hancur, aku melihat kamar darurat. Setelah melihat oksigen dalam maskerku menipis, aku sesegera mungkin masuk ke dalam kamar tersebut, menguncinya dan menyalakan tombol oksigen. Setelah itu kubuka masker dan terasa lega, aku mencari tabung oksigen mini dalam kotak peralatan dan memasangkan ke dalam masker serta memasukkan sisanya ke dalam tas ranselku. Setelah itu akupun tertidur di kasur yang ada di kamar tersebut.

"Tit, tit, tit.....", Aku terbangun oleh suara alarm jam yang ada di kamar darurat yang aku temukan. Setelah itu akupun kembali mencari peralatan yang dapat digunakan. Kubuka pintu kamar, keluar dari rumah, terlihat cerah mentari pagi yang indah. Beberapa saat setelah aku memakai masker dan merapikan tas ransel, aku kembali berjalan menuju tempat yang bahkan tak terencanakan. Beberapa jam kemudian aku sudah sampai di perbatasan kota, menuju kota sebelah tempat aku dibesarkan. Tetap tidak terlihat kehidupan. Perutku terasa mulai lapar, aku mencari tempat aman untuk makan agar tak terkena gas beracun. Terlihat sebuah toko, aku memasukinya dan melihat sebuah ruangan yang terlihat seperti ruangan oksigen. Setiap rumah dan bangunan selalu memiliki ruangan oksigen darurat, mungkin untuk kejadian seperti ini. Anehnya mengapa mereka semua tiba-tiba lenyap jika ada ruangan oksigen darurat? Mungkin saja ruangan rahasia yang dibangun kedua orangtuaku berbeda, mungkin saja ada material khusus untuk menanggulangi badai gas beracun pemerintahan.

Aku memasuki ruangan oksigen darurat tersebut, membuka masker serta ransel dan mengambil makanan kaleng kemudian sesegera mungkin menghabiskannya. Setelah terasa kenyang dan meminum air mineral di botol peninggalan ibuku yang kubawa, aku membuka pintu ruangan tersebut dan kembali berjalan ke jalanan utama kota sebelah. Beberapa meter berjalan, aku melihat dari kejauhan dua orang manusia berpakaian militer dan memakai masker oksigen sepertiku. Akupun berlari menuju arah mereka. Namun dari samping jalan sempit seseorang menabrakku hingga terjatuh dan menutup mulutku.

"Apa kau gila? Apa kau mau diberondong timah panas oleh tentara gila itu? Tenangkan dirimu, aku bukan musuhmu", seorang anak manusia berjenis kelamin laki-laki yang seusia denganku itu berkata secara berbisik.

Setelah dia menenangkan aku, dia melepaskan tangannya dari mulutku. Aku diajak ke sebuah gang sempit.

"Hei, ternyata masih ada manusia lain yang selamat. Aku Rad, siapa namamu? Sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa dengan tentara-tentara itu?"

Setelah menghela nafas, anak tersebut mulai berkata, "Apakah kau tidak mengingat kejadian awal bencana? Apakah kau terbentur sesuatu?"

"Aku hanya ingat saat bencana tersebut dimulai, Alice, robot pembantu di rumahku memasukkan aku ke dalam ruang darurat di bawah tanah rumahku. Setelah seminggu aku baru siuman dan keluar rumah. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Aku bersyukur bertemu dirimu."

"Seminggu? Apa kau bercanda? Sekarang sudah lima bulan setelah kejadian. Lima bulan tiga hari tepatnya."

"Tidak, aku melihat jam tanganku.", aku membalas perkataannya.

"Hah, mereka telah mematikan semua sistem apapun di bumi selama empat setengah bulan.", anak tersebut berujar.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Aku masih bingung."

"Ikuti aku, oh ya aku Rubi, senang berkenalan denganmu Rad. Nanti akan kuceritakan semuanya setelah kita sampai di tempat persembunyian kelompokku."

Setelah itu akupun mengikuti dia berjalan dari belakang. Kami berjalan melalui jalanan sempit serta masuk ke dalam gedung serbaguna, masuk ke ruang bawah tanah. Terdapat sebuah pintu yang sepertinya kedap. Rubi memencet sebuah tombol di pintu tersebut dan mengintip ke sebuah lubang yang ternyata adalah sebuah pemindai retina. Setelah itu pintu tersebut dibuka oleh seorang manusia yang cukup berumur, ia menggunakan masker dan memegang sebuah senjata serbu. Kami pun masuk kedalam ruangan tersebut, tetapi masih ada pintu kedua. Seketika pintu pertama ditutup dan terlihat semburan gas keluar dari ventilasi. Setelah gas tersebut mulai hilang, Rubi dan orang tersebut membuka masker mereka.

"Lepas maskermu, kini sudah aman, kita berada di area oksigen.", Rubi berkata kepadaku.

Setelah melepaskan masker dan Rubi membuka pintu kedua, terlihat sebuah ruangan bawah tanah yang besar, seperti sebuah wilayah terpencil di bawah tanah namun dengan gang-gang kecil di dalamnya.

"Terima kasih Pak Bud.", Rubi berterima kasih kepada penjaga pintu. "Terima kasih pak.", Aku pun berterima kasih kepadanya.

"Selamat datang di Area Ajisaka, sebuah tempat yang aman untuk umat manusia dan alien yang tersisa nak.", bapak tersebut menerima kedatanganku.

Rubi menyuruhku berjalan mengikutinya. Terlihat ada beberapa wanita yang memasak di sebuah ruangan terbuka dan anak-anak kecil yang bermain di gang-gang kecil. Terlihat pula para lelaki bercengkrama dan sepertinya ada yang memotong beberapa bahan makanan. Aku dibawa oleh Rubi ke sebuah ruangan yang sepertinya itu adalah ruang pusat dan kontrol energi dari wilayah tersebut. Terlihat beberapa lelaki yang sibuk memencet tombol-tombol di pusat kontrol tersebut.

"Ayah, aku menemukan manusia netral yang selamat di atas.", Rubi berkata kepada seseorang yang sedang mengawasi kinerja para manusia dan alien yang sibuk mengontrol dan memencet tombol ruangan tersebut.

"Hai namaku Alek, selamat datang di Area Ajisaka nak, siapa namamu? Pasti sangat berat bertahan hidup diluar sana. Kau bisa mendapatkan makanan dan minuman di wilayah ini jika kau mau bekerja bersama kita nak.", bapak tersebut menerimaku dan menyuruhku duduk di sebuah kursi.

"Perkenalkan, saya Rad, saya tidak tahu apa yang terjadi pak, tiba-tiba saya bertemu dengan Rubi dan diajak ke tempat ini.", aku pun berkata demikian kepada Pak Alek.

"Senang berkenalan denganmu nak. Benarkah? Mungkin kau tidak sadarkan diri saat bencana tersebut berlangsung. Rubi, antar nak Rad ke kamar yang masih kosong dan ceritakan kejadiannya serta temani dia. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus ayah lakukan. Maaf ya nak Rad saya tidak bisa menemanimu lama.", pak Alek berkata dengan senyum.

"Ayo Rad akan kutunjukkan kamarmu.", Rubi mengajakku kembali ke gang sempit dan pergi ke kamar tempatku akan tinggal untuk waktu yang tidak ku ketahui.

Terlihat sebuah kamar berukuran tiga kali tiga meter. Ada sebuah meja, kursi, lemari dan kasur di kamar tersebut. Rubi menyuruh aku untuk membuka lemari di kamar tersebut.

"Di lemari itu ada beberapa pakaian, aku sengaja meletakkannya disana. Siapa tahu ada orang yang membutuhkannya. Ternyata itu kamu Rad.haha", Rubi berkata tentang baju di lemari yang aku buka sembari tertawa.

"Terima kasih Rubi."

Setelah berganti pakaian dan meminum air mineral yang dibawakan oleh Rubi, aku bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan bumi. Rubi pun bercerita bahwa sebenarnya ada kelompok rahasia pemerintahan yang berada dalam kendali manusia. Mereka telah membuat rencana untuk melakukan pemusnahan terhadap ras alien di muka bumi sejak membludaknya populasi manusia dan ras alien di tahun 2499. Selain itu sektor rahasia tersebut juga berencana menghilangkan "sisi kiri" dalam ras manusia. Sisi kiri yang dimaksud tersebut adalah ras manusia yang tidak mengetahui tentang rencana dari kelompok tersebut. Rata-rata sisi kiri tersebut adalah ras manusia menengah kebawah dalam hal materi. Kelompok rahasia pemerintah tersebut membuat program pemusnahan selama berpuluh-puluh tahun. Mereka menciptakan gas kimia khusus yang dapat menghancurkan tubuh makhluk hidup dan makhluk organik tanpa terkecuali. Selain itu gas tersebut juga berdampak pada kerusakan bangunan serta materi yang diciptakan oleh manusia serta ras alien selama ini, namun tidak begitu parah. Setelah penelitian tentang gas tersebut selesai, mereka mulai memproduksi secara besar-besaran dimana dapat mencakup seluruh atmosfer bumi. Kemudian mereka membuat beberapa bungker super besar yang khusus memuat anggota kelompok rahasia itu sendiri di berbagai belahan bumi. Sebelum mereka meluncurkan gas yang dibawa dengan ledakan dari bom yang terpasang di titik-titik pusat di seluruh bumi, mereka telah memberikan undangan kepada masing-masing anggotanya untuk masuk ke bungker tersebut. Namun ada beberapa undangan yang terekam oleh aktivis cracker di beberapa wilayah bumi. Sebenarnya mereka telah mengunggah undangan tersebut secara massal, namun pihak kelompok rahasia mengetahuinya dan memblokir serta melacak dan membunuh para aktivis tersebut. Sedangkan masih ada beberapa aktivis yang belum terlacak dan memberitahukan beberapa ketua pemerintahan yang bukan termasuk dalam kelompok mereka, mengambil alih Area Ajisaka yang sebenarnya adalah bungker yang kurang optimal buatan kelompok rahasia tersebut.

Tiga minggu setelah aku berada di Area Ajisaka, lingkungan ini mulai terasa menyatu dengan diriku. Setiap minggunya aku membantu Rubi beserta pasukan Ajisaka untuk mengambil bahan makanan serta bahan-bahan pokok di bekas-bekas supermarket yang sudah rusak.

Kami membawa beberapa senjata dan peralatan survival lain selama berada di permukaan. Hanya sesekali aku dan kelompokku bertemu dengan tentara pemerintahan, namun beruntung kami bisa lolos dari mereka dengan cara bersembunyi, sepertinya kelompok busuk pemerintah telah mengetahui adanya beberapa aktivis pemberontak serta manusia dan alien yang selamat dari percobaan mereka. Saat aku bertugas mengambil bahan pokok, aku tidak hanya mengambil apa yang diperlukan, beberapa komik dan buku pemrograman serta bir dan rokok aku masukkan ke dalam tas ransel. Saat aku masih sekolah dulu, aku tidak hanya menyukai tentang alam namun juga pemrograman komputer dan hal yang berkaitan dengan teknologi, bahkan aku pernah memenangkan lomba pertarungan robot yang diadakan secara ilegal. Saat aku mengikuti pertandingan tersebut, aku memasukkan sebuah program yang sebenarnya rahasia milik sektor keamanan dan pertahanan robot pemerintah. Itulah alasan mengapa aku bisa memenangkan pertandingan tersebut.

Saat aku duduk di sudut kasur kamarku & membaca sebuah buku setelah bertugas mengambil bahan makanan, Rubi masuk dan memberikan sebuah kartu multimedia.

"Rad, aku menemukan sesuatu yang menarik.", ujarnya

Aku bertanya, apa file yang terdapat di dalam kartu tersebut, apa menariknya. Rubi hanya tersenyum dan mengajakku ke kamarnya.

"Hei, darimana kau mendapatkan laptop itu Rub?", aku bertanya setelah melihat sebuah laptop kuno di kamar Rubi.

"Aku membawa laptop ini dari sebuah rumah Rad, saat kita bertugas mencari bahan pokok dua hari lalu. Selain itu aku menemukan sebuah kartu multimedia tergeletak di meja salah satu kamar rumah tersebut."

Rubi mulai memasukkan kartu multimedia ke slot laptop yang sudah menyala sejak aku masuk ke kamarnya. Dalam kartu tersebut ada beberapa file foto, potret beberapa orang berpesta di ruangan gelap dan seseorang yang sedang mengetikkan sesuatu di sebuah laptop, dan sebuah file bertuliskan FvkNWO_1.exe. Rubi membuka file FvkNWO_1.exe tersebut dan keluarlah sebuah program aneh dimana harus memasukkan username dan password untuk membuka program tersebut. Latar belakang program tersebut bergambar sebuah tengkorak dengan mata satu dan sebuah pedang yang menancap pada mata tengkorak tersebut dan bertuliskan "Sang penerang: 'Kita ada karena kebohongan kalian!'".

"Aku penasaran dengan program ini Rad, sepertinya milik aktivis hacker pemberontak. Aku sudah mencoba memasukkan kata sandi, namun selalu salah. Jika sudah tiga kali salah maka program tersebut akan hilang dan merusak sistem laptop ini.", Rubi berujar.

Tanpa basa basi aku mulai mengetik command line atau baris perintah di prompt laptop tersebut. Setelah beberapa baris perintah kumasukkan, kutekan enter dan muncul sebuah program untuk mendapatkan password FvkNWO_1.exe. Setelah kulakukan cracking untuk mendapatkan password-nya, program tersebut terbuka dan muncul beberapa program lain yang penuh dengan sistem dan tulisan-tulisan tentang berkas rahasia pemerintahan.

"Gila, kau hebat sekali Rad. Aku harus memberitahukan ayahku tentang program ini.", Rubi berujar.

"Hei, kita periksa dulu Rub, aku penasaran dengan tulisan dan baris perintah program ini.", aku menimpali perkataan Rubi.

Aku membuka satu-satu berkas di dalam program tersebut, banyak berkas rahasia pemerintah tentang agenda pemerintah untuk melakukan penghilangan keberadaan manusia dan alien yang bukan termasuk golongan mereka. Terdapat beberapa agenda pemerintah busuk tersebut, banyak telah dilaksanakan, yang terakhir dilaksanakan adalah 'Operasi Pemusnahan Sektor Kiri Tatanan Dunia Baru', yaitu melaksanakan penyebaran gas hasil para peneliti yang dapat memusnahkan makhluk hidup dan organik termasuk manusia dan alien. Penyebaran gas dilakukan dengan pengeboman pada titik-titik vital di seluruh dunia dengan radius puluhan ribu kilometer.

Kutelusuri lagi berkas-berkas lain. Ada salah satu berkas yang menarik perhatianku. Kubuka berkas tersebut dan kubaca. Inti dari tulisan tersebut adalah ramalan tentang gas kimia yang sedang disebar sekarang akan hilang setelah satu tahun penyebaran dilakukan, tapi tampaknya berkas tersebut bukan milik pemerintah, namun para aktivis diluar pemerintahan. Terdapat pula tulisan tentang operasi pemerintah untuk menumpas para manusia dan alien yang tidak sengaja selamat dari bencana tersebut.

Sudah dua minggu sejak berkas rahasia di kartu multimedia yang ditemukan Rubi aku buka. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali aku dan Rubi, bahkan ayah Rubi pun tidak tahu. Aku mengatakan untuk merahasiakannya kepada siapapun sampai mendapatkan ide untuk melakukan rencana penanggulangan gas beracun pemerintahan. Rubi pun menyetujuinya, karena apabila berkas tersebut diketahui, mungkin saja akan ada beberapa kelompok yang gegabah dalam melakukan tindakan.

Seperti biasa, hari ini aku dan Rubi bertugas untuk mencari bahan-bahan pokok serta bibit- bibit baru untuk ditanam di beberapa petak tanah yang berada di dalam bungker. Aku dan Rubi bertugas dengan seorang pejuang bernama Dimas, Ia adalah alien yang selamat dari bencana. Dimas adalah salah satu mantan tentara nasional, dia lihai dalam persenjataan dan mengetahui gudang-gudang senjata di markas-markas kecil di sekitar kota. Dengan berbekal tas ransel, makanan dan minuman kaleng, sebuah senjata serbu buatan Indonesia yang diambil dari salah satu markas tentara yang tidak terpakai dan beberapa peralatan survival, kami pun berjalan menelurusi kota mencari bahan-bahan pokok. Kami berjalan dengan sangat hati-hati, sembunyi-sembunyi diantara puing-puing reruntuhan bangunan. Hari ini tentara- tentara pemerintahan melakukan patroli dengan lebih ketat dibanding hari-hari sebelumnya. Sudah banyak manusia dan alien yang tertangkap dan dibawa oleh mereka. Namun dari area Ajisaka belum ada yang tertangkap, semoga saja tidak ada yang tertangkap.

Saat kami masuk ke sebuah toko, tanpa disadari ada seorang tentara yang sedang buang air di dalam toko tersebut. Tanpa sadar Rubi kaget dan mengeluarkan suara. Tentara itu langsung saja mengarahkan ujung senjata serbunya ke kepala Rubi. Aku yang berada beberapa meter dari Rubi mengambil reruntuhan bangunan dan melemparkan ke kepala tentara tersebut.

"Diam di tempat kalian bajingan!", tentara tersebut berteriak lantang

Dari belakang, Dimas menyergap tentara tersebut dengan pisau kecilnya. Dihunuskan pisau tersebut ke leher tentara tersebut. Tak bisa melawan, tentara tersebut mati di tangan Dimas.

"Sial, kita harus menyembunyikan tubuh tentara bangsat ini, dan kabur sesegera mungkin. Sial kita telah mengundang tentara lain dalam waktu sekejap."

Dimas segera mengarahkan kami mengikutinya sembari menggendong mayat tubuh tentara tersebut. Kami bertiga dengan mayat yang dibawa Dimas berlari menuju gang-gang kecil sebelum tentara patroli lainnya sadar bahwa salah satu tentara mereka hilang. Kami masuk ke sebuah rumah kecil di gang sempit tersebut. Mayat tentara tersebut dimasukkan ke dalam sebuah ruangan gudang di dalam rumah oleh Dimas. Dia mengambil senjata tentara tersebut dan peralatan lainnya. Sesegera mungkin aku mengambil radio komunikasi tentara tersebut dan mematikan sistemnya.

"Kita harus segera melaporkan kejadian ini, pasti tentara-tentara itu akan sadar dan memulai pencarian yang lebih besar. Gerak-gerik kita harus lebih waspada. Ayo kita segera kembali ke markas Rad, Rub.", Dimas berujar

Kami bertiga segera kembali ke markas dengan gerak-gerik yang lebih waspada. Melewati beberapa gang kecil di sekitar kota. Saat kami berjalan, kami melewati sebuah rumah yang tak asing. Sepertinya aku mengenali rumah tersebut. Aku ingat, itu adalah rumah pak Gatot, bapak tua yang baik hati yang dulu pernah kutemui sebelum bencana terjadi.

"Tunggu, aku ingin memeriksa rumah ini dulu.", Aku berucap kepada Dimas dan Rubi.

"Hey, cepatlah, kita tidak punya waktu lagi Rad!.", Dimas menegaskan perkataannya.

Aku dan Dimas melakukan negosiasi, aku berkata bahwa ada sesuatu yang penting di rumah tersebut, ada sepasang suami istri yang mungkin saja masih selamat. Dimas dengan terpaksa menyetujuinya dengan.

Aku masuk ke dalam rumah pak Gatot sementara Dimas dan Rubi bersembunyi di depan rumah jikalau ada tentara patroli lewat. Aku masuk dengan mendobrak kamar-kamar yang ada, kucari pak Gatot dan istrinya. Aku tahu bahwa menemukan pak Gatot adalah hal mustahil, mungkin mereka sudah tiada pikirku. Tapi tidak tahu mengapa aku merasa ada sesuatu yang penting di dalam rumah tersebut. Aku masuk ke dalam sebuah kamar, mungkin kamar utama karena kamar tersebut lebih besar dari kamar-kamar lainnya. Aku melihat sebuah buku tulis, langsung saja aku ambil buku tersebut dan kumasukkan ke dalam ransel. Setelah pencarian selama beberapa menit tidak membuahkan hasil, aku keluar dan kembali berjalan bersama Rubi dan Dimas.

Sesampainya di Ajisaka, Dimas segera melaporkan kejadian tentara kepada Pak Alek, sementara aku dan Rubi menaruh bahan-bahan pokok yang kami dapat ke ruang suplai dan kembali ke kamar masing-masing. Di kamar aku mulai membuka buku tulis yang kuambil

dari rumah Pak Gatot. Ternyata itu adalah buku harian. Aku baca buku tersebut. Pak Gatot menuliskan kegiatannya selama menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi nasional. Ia melakukan beberapa penelitian yang didanai oleh pemerintahan. Salah satunya adalah generator pembangkit tenaga baru. Namun pak Gatot menulis bahwa Ia menyadari generator tersebut didanai oleh pemerintah semata-mata untuk tujuan mereka, bukan sebagai pencarian sumber energi baru melainkan pembangkit tenaga untuk melakukan sebuah ledakan badai gas tertentu. Di akhir halaman buku, pak Gatot menulis bahwa Ia juga melakukan penelusuran informasi tentang pemerintahan dan mengetahui adanya bencana buatan yang akan dilakukan oleh pemerintahan. Ia menulis pula bahwa telah melakukn penelitian dan memasukkan berkas-berkas penting sebagai penanggulangan bencana ke dalam suatu kartu multimedia yang dimasukkan ke dalam kotak kayu kuno yang diberikan kepada seorang pemuda yang ia yakini akan mengerti dan selamat setelah kejadian tersebut. Pemuda tersebut adalah anak dari dua peneliti pemerintahan sektor kiri yang telah mengetahui dan dikhianati oleh pemerintahan sektor kiri untuk membangun daya ledak besar bencana. Ya aku menyadari bahwa pemuda tersebut adalah aku, ternyata pak Gatot telah menelusuri berkas-berkas kedua orang tuaku begitu pula denganku. Kejadian bertemunya aku dengan pak Gatot pun ternyata sudah direncanakan oleh beliau. Aku sadar akan kotak yang diberikan pak Gatot, aku harus segera mengambilnya, ada beberapa hal penting yang mungkin saja dapat menyelamatkan dunia.

Setelah beberapa hari aku mengumpulkan informasi tentang tatanan dunia baru sektor kiri, aku bertekad untuk pergi ke rumah dan mengambil kotak pemberian pak Gatot. Aku berbicara kepada Rubi tentang rencanaku dan Ia menyetujuinya. Kami berdua pergi ke pak Alek dan berkata bahwa ada beberapa barang yang ingin kuambil di rumah, barang-barang penting untuk penanggulangan bencana. Aku berkata panjang lebar tentang rencana penanggulangan dan perbaikan keadaan setelah bencana. Aku beberkan semua yang telah kutemukan dengan Rubi, mulai dari berkas rahasia pemerintahan hingga cara untuk mengatasi kejadian pasca bencana. Pak Alek setuju dan mengerahkan beberapa orang termasuk Dimas untuk menemaniku mengambil kotak tersebut di rumah.

Setelah sampai di rumah dan mengambil kotak tersebut aku kembali kebungker bersama kelompok. Kami aman selama perjalanan, tidak ada kendala dengan tentara patroli. Di dalam bungker aku menuju ke ruangan kontrol utama, dengan laptop kuno Rubi dan memasukkan layarnya ke proyektor, kubuka semua berkas-berkas penting dari pak Gatot. Ada beberapa

orang penting di dalam ruang kontrol utama, termasuk pak Alek. Ternyata pak Gatot adalah aktivis individu yang mempelajari sistem busuk pemerintahan tatanan dunia baru sektor kiri. Ia menghitung dan melakukan penelitian serta membeberkan semua rencananya tentang tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk menanggulangi serangan kedua pemerintah. Ya, kami baru menyadari bahwa akan ada serangan kedua dari pemerintah dari berkas pak Gatot. Pemerintahan sektor kiri akan meluncurkan serangan kedua beberapa bulan lagi, dengan bencana gas yang lebih besar. Pak Gatot merekrut beberapa peneliti dan mahasiswa pemberontak untuk membuat gas anti racun, gas anti dari gas beracun pemerintahan sektor kiri. Ia dan kelompoknya telah mendirikan mesin-mesin dan tabung gas anti racun yang disebar di beberapa titik pusat di bumi selama kurun waktu 30 tahun terakhir. Dia pula yang membuat program penghancur sistem pemerintahan tatanan dunia baru. Tapi aku dan yang lainnya tidak mengerti kenapa pak Gatot menghilang, apakah Ia telah ketahuan atau bersembunyi atau pergi ke planet lain, namun juka pergi ke planet lain itu juga tidak mungkin, karena sebelum bencana tersebut terjadi, aktivitas luar planet dan akses keluar masuk telah dinonaktifkan dan dihilangkan oleh pemerintahan. Mustahil untuk alien atau pesawat luar angkasa masuk atau keluar dari orbit bumi.