Mencintai adalah sala satu menivestasi dari keindahan tuhan. Dari cinta kita merawat luka menjadi tawa. dari cinta, senyuman mampu merubah sedih dan dari cinta kita mampu bangkit dari keterpurukan atas coretan luka di masa lalu.
Mencintai adalah Rasa, di siarkan melalui tindakan bukan ucapan dan cinta adalah kesenangan dalam penyatuan.
Kita hadir sebagai Manusia, lahir atas izin Tuhan sebagai pemimpin untuk diri sendiri dan juga manusia lainnya. Kesempatan yang di berikan adalah rancangan terbaik melalui waktu untuk terus merajut perubahan.
Kita hidup di dunia sebagai tampilan bukan hanya setonggak daging yang di selimuti oleh kulit, bukan hewan yang hanya di berikan Napsu, namun kita adalah kesempurnaan dari ciptaan-ciptaan tuhan lainnya.
Sempurna adalah keistimewaan. titipan untuk di jaga kevanahannya agar tidak hanya ternilai dalam dimensi, namun juga terlihat di hadapan manusia.
Lalu, apakah pantas kita saling menghakimi ? sedang kita lahir dengan predikat sama sebagai "Manusia". Menginjak tanah, menjujung langit, besar karna tempaan lalu bahagia karna perna luka. Kita terlalu hebat dalam menilai, melukai masa depan karna coretan di masa lalu, sedang aku pikir setiap orang punya kesempatan menjadi versi terbaiknya.
Ungkapan ini bukan hanya sekedar angan, tapi proses-proses yang disediakan oleh waktu untuk aku rasakan. Terluka, bahagia, sedih, tertawa, menyukai atau mencintai adalah bentuk kesempurnaan tuhan ketika kita mampu menghadapinya dengan senyuman, sifat yang tawadhu.
Tentu, aku perna mengalami itu, bukan cuman aku tapi kita semua. Tertawa, terluka, mencintai, bahkan dicintai kita perna melalui rentang-rentang itu dalam skip waktu yg singkat atau bahkan terkadang datangnya bersamaan. Tapi, disini aku ingin bercerita tentang berubahnya sebuah rasa menjadi luka yang paling dalam. Mencintai tanpa pernatau apakah cinta sepihak atau sebuah hubungan yang lahir karna mencintai.
Mencintai melahirkan kebahagiaan, setiap orang pasti merasakan hal itu. Begitupun aku, Hehehehe. Namun terkadang mencintai berubah menjadi kekhawatiran, keraguan, akan hari esok seperti apa jalan ceritanya.
Aku berpikir seperti ini bukan karna aku bukanlah seorang petarung, atau seorang pertarung yang selalu berpikir pesimis, Hihihihi.. tapi ini adalah kodrat manusia yang hidup dalam gumpalan kekhawatiran pikiran bertujuan tuntuk memotivasi perjuangan ( hehehehe ) ini bukan pembenaran ya.