Kau Nafkahi Madumu dari Keringatku

🇮🇩imy_339
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - SAH

Pernikahan Rima dan Bima berlangsung sederhana seauai dengan permintaan Rima. Tidak ada pesta resepsi mewah, hanya syukuran kecil dengan mengundang beberapa teman dekat dan sanak saudara.

Bukan keluarga Rima tidak sanggup mengadakan pesta pernikahan yang meriah, meski kekuarga Rima hanya tinggal di kampung dengan jalan utama yang kecil namun keluarga Rima tergolong keluarga yang cukup mampu. Ibu Rima bu Tini adalah juragan kos yang mempunyai 2 rumah kos masing masing dengan 8 kamar. Rumah kos tersebut berada di kawasan industri strategis, dan satu lagi berada di depan kampus terkenal di kota G.

Kakak Rima yang tertua Mas Rido bekerja sebagai teknisi di salah satu perusahaan besar di kota itu. Kakak Rima yang kedua Mbak Nila adalah pemilik WO terkenal di kota G. Sedangkan kakak Rima yang ketiga mbak Sita adalah ibu rumah tangga namun mempunyai usaha online yang cukup besar, terbukti dengan dimilikinya satu rumah type 36 di kawasan perumahan yang telah dirnovasi menjadi sebuah gudang untuk menyimpan barang-barang dagangannya dan sebagai tempat packing pesanan yang masuk.

Orang tua Rima juga merupakan orang yang cukup disegani di kampung kecil itu. Semua kakak Rima saat menikah mengadakan acara Resepsi pernikahan mewah di gedung serbaguna terkenal di kota G. Dan setelahnya pasti orang tua Rima merasa kelelahan, karena hal itu menjadi salah satu pertimbangan Rima untuk mengadakan pernikahan sederhana. Selain itu Rima adalah type orang yang tidak terlalu menyukai keramaian, kepalanya merasa pusing jika melihat orang yang ramai di suatu tempat.

Ayah Rima, pak Jaka adalah pedagang Bakso terkenal, kedai baksonya meski tidak besar tapi memiliki 2 cabang satu di depan pasar tradisional kota yang pengunjungnya selalu ramai saat jam makan, dan satu lagi di sebuah ruko di dekat tempat wisata religi. Dari sanalah ibu Rima bisa membangun 2 rumah kos yang hasilnya digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan keluarganya.

Pernah suatu hari saat puncak keramaian suatu haul di dekat kedai bakso ayah Rima, banyak orang berkerumun entah itu ditritoar, jalan, atau dikedai kedai makanan terdekat. Tak kalah juga oengunjung yang antri di kedai bakso ayah Rima. Saat itu Rima sedang membantu ayahnya, tiba-tiba dia merasa pusing dan tak sadarkan diri.

"Kamu gakpapa kan mas kalau pernikahan kita hanya sebatas acara makan makan bareng keluarga?" tanya Rima.

" Gakpapa Rim, buat aku yang penting SAH" jawab Bima sambil memberi tekanan pada kata sah.

"Iya buat aku mewah atau tidak itu gak mempengaruhi kesakralan suatu pernikahan." Sahut Rima.

"Setelah kita menikah nanti, kita tinggal di rumah ibu aku ya?" tawar Bima.

" Kenapa tidak di rumah ibu aku aja mas?"

"Kerjaku juga di dekat sini, tempat kerja kamu juga dekat." Tanya Rima.

Rima adalah karyawan kontrak di perusahaan BUMN kota G. Yang tidak menutup kemungkinan dia nanti akan diangkat menjadi karyawan tetap jika kinerjanya bagus.

Sedangkan Bima karyawan outsourcing diperusahaan swasta. Yang hanya berjarak 20 menit dari rumah rumah Rima.

"Gakpapa nanti kamu resign aja, ada temenku yang bisa masukin kamu ke pabrik lain sebagai admin di deket rumahku." Kata Bima.

"Tapi mas, ibuku bahkan sudah membuatkan rumah buat kita tinggal setelah menikah. Apa gak sebaiknya kita tinggal di sana aja?" Rima enggan tinggal jauh dari orang tuanya karena memang Rima adalah anak terakhir yang notabene anak yang paling dimanja dan tidak pernah jauh dari orang tuanya.

"Rima, maaf tapi ayahku sudah sakit sakitan. Tidak mungkin aku meninggalkan beliau sendirian. Sedangkan ibuku harus mengurus Johan dan Ranti. Kalau urusan rumahmu nanti biarlah keluargamu yang menentukan saja, itu sama sekali bukan hakku"

"Aku janji bakal menjaga kamu, dan memenuhi segala kebutuhanmu. Itu sudah menjadi kewajibanku." Kata Bima meyakinkan Rima.

"Bolehkan aku pikir-pikir dulu mas?" tanya Rima.

"Tentu saja sayang, kamu pasti bisa memutuskan yang terbaik. Itu yang bikin aku yakin bahwa kamu adalah pendamping ku. " kata Bima.

Itu adalah obrolan Bima dan Rima sebelum mereka mantap memutuskan untuk menikah.

Setelah pertimbangan yang sangat matang, Rima memutuskan untuk mengikuti Bima tinggal di kota S bersama kedua orang tua Bima. Hal ini juga mengharuskan Rima resign dari tempat kerjanya. Namun biarlah toh cita cita Rima memang menjadi istri sholehah. Patuh pada suami adalah syarat wajib menjadi istri sholehah. Rumah yang dibangun ibunya untuk Rima telah dijual, dan hasil penjualannya diberikan semua pada Rima untuk membeli rumah di kota S kelak.

Bima tetap bekerja ditempat kerja yang lama, jarak yang ditempuh nanti untuk pulang pergi lebih jauh dan akan memakan waktu cukup lama. Tapi itu sudah menjadi konsekuensi yang harus dijalani, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.

Mas Ridho sudah mencarikan rumah untuk Rima dan suaminya tinggal di kota S, namun Bima masih enggan untuk pindah ke sana karena masih enggan meninggalkan ayahnya meski rumah Rima masih di kota yang sama.

Hari pernikahan tiba, setelah akad nikah pagi dilanjut dengan acara kumpul keluarga. Ini pertama kali acara kumpul kedua keluarga untuk pertama kali. Tidak banyak keluarga dari pihak pengantin laki-laki hanya ada sekitar 20 orang. Dari pihak pengantin wanita pun hanya kekuarga inti yang hadir ditambah beberapa teman Rima dan Bima.

Setelah acara selesai, Rima langsung mengikuti Bima pulang ke rumah orang tuanya di kota S. Rima berpamitan kepada seluruh keluarganya. Ibunya menangis sedih karena anak terakhirnya harus pergi hidup di kota lain tidak seperti ketiga anaknya yang meski tinggal terpisah masih berada di satu kota yang sama.

"Ayah ibu, Rima pamit ya. Ibu dan ayah jaga kesehatan baik-baik ya. Ayah jangan makan makanan yang terlalu manis, ingat diabetes ayah. Ibu juga jangan terlalu makan yang berminyak minyak." sambil meneteskan air mata Rima menguatkan bibirnya untuk bicara meski dengan bergetar menahan sedih.

"Mbak, mas titip ayah sama ibu. Tolong sering sering dijenguk, kalau ada apa-apa segera telepon aku ya, nanti aku pasti langsung datang." pamit Rima pada seluruh kakak-kakaknya. Tangis haru bercampur sedih pecah di rumah bu Tini melepas kepergian Rima.

Rima dan keluarga Bima telah meninggalkan rumah bu Tini dengan mengendarai mobil. Seluruh keluarga bu Tini mulai masuk ke rumah satu persatu, tinggalah pak Jaka menatap kepergian mobil rima sampai menghilang dari pandangannya.

Gubrak... tiba tiba pak Jaka jatuh pingsan.