Chereads / RE-Modified / Chapter 76 - Cara Pandang | v5/Chs.5 | Panca INDERA

Chapter 76 - Cara Pandang | v5/Chs.5 | Panca INDERA

Seiring bertambahnya usia, ternyata aku tak memikirkan lagi pengakuan dari orang lain.

Dalam keadaan susah atau pun senang. Mereka juga tak merasakan apa yang sedang ku alami sedemikian rupa.

Ingin dipamdang mungkin manusiawi,

Tapi mau sampai kapan memaklumi seseorang yang haus validasi?

Dari pertanyaan itu aku membangun piramida untuk memumifikasi perasaan tersebut.

Jika kedua matanya pernah kelilipan, maka mereka adalah kumpulan yang sepaham.

Dan rupanya, orang lain lah justru yang paling perduli, ketimbang sanak saudara dalam tanda kutip.

Tentu, karena ada segelintir orang yang cenderung menutup diri pada lingkup keluarga.

Tapi, ada banyak cara asik dalam bersaudara, seharusnya.

Namun lagi-lagi kita tak bisa memaksakan sebuah paku yang patah ujungnya untuk menembus tembok beton, yang bahkan beberapa juta kali lipat tebalnya.Maka semua dikembalikan pada dirinya masing-masing.

Perbincangan ciamik itu dasarnya berbicara menggunakan seni. Meski bukan seniman, tapi psikologi juga kesinambungan dengan seni berbicara.

Mengamati tindak-tanduk manusia, juga menangani cara berpikir manusia dalam studi kasus tertentu, itu menurtku saja. Ada yang lebih berhak angkat bicara tentang keilmuannya.

Jadi, semua orang berhak mengemukakan pendapat dan gagasannya, mau bagaimana pun outputnya.

Adalah cara mereka memandang suatu hal, dari apa yang telah mereka pelajari dalam kapasitas manusia itu sendiri.