Aku tetap berlari di lapangan, meski penontonnya Tunanetra.
Aku akan tetap berjalan, meski langkahku dipatahkan.
Dan, aku masih menari dalam gelas yang didiamkan jadi pajangan.
Meski begitu, ternyata aku masih sangat lama.
Hingga ia menceritakan perjuangannya.
Benar sekali, ia sangat memperjuangkan semua perihalnya yang tak bisa ku utarakan.
Sampai-sampai ku ambil lakban, dan membungkam mulutku sendiri.