Bejo dan Fitri yang tengah duduk bersama lalu berdiri menyambut majikannya...
"Bi... istri saya lagi ngapain?"
"Non Enok baru saja masuk ke dalam kamarnya..."
"Bi... diapakan sama Kang Bejo...kok pucat wajahnya...Kang kenapa itu..."
"Maaf Mas...saya baru saja berembug sama Fitri...kami mau nikah"
"Ya baguslah...kenapa hamil ya Bi...hahaha... saya tahu... silahkan Kang urus surat surat lengkap dan daftar secepatnya ke KUA... nanti saya bayarin...jadi masalah uang tidak usah khawatir..."
"Serius Mas..."
"Terima kasih atas bantuannya Mas"
"Ya sudah tapi sekarang saja diurus secepatnya... tunggu sebentar"
Wawan masuk kedalam kamar... Enok yang kini terkejut sebab tidak biasanya suaminya pulang cepat...
Setelah mendaratkan ciuman hangat dibibir istrinya ia membuka lemari dan mengambil uang dilaci.
Enok melongo melihat suaminya mengambil banyak uang.
"Ipap... untuk apa uang sebanyak itu"
"Sayang...Bi Fitri dan Kang Bejo mau menikah sebab Bibi hamil hahahha..."
Enok ikut tertawa...
"Kok bisa Pap..."
"Jelas bisa sebab kita didalam mereka ikut masuk ke dalam kamarnya...Papii mau memberikan uang ini membantu mereka berdua menikah... ngga apa ya sayang..."
"Iya ngga apa... kasihan anaknya kalau orang tuanya belum menikah...tapi jadi lucu ya Pap..."
Wawan mencium bibir meksinya dengan lembut...Enok memang memakai baju tidur sebatas paha atas hingga meksinya menyembul keluar...itu sesuai permintaan suaminya tidak boleh memakai pakaian tertutup dirumah ataupun didalam kamar...
Melumat meksinya menjilati biji Meksi dengan lembut... baju transparan itu memperlihatkan Susti dan buah cerynya yang menantang...
"Tunggu sebentar... sabar ya sayang..."
Wawan keluar dari kamar membawa segepok uang ditangannya... berjalan menuju Bejo dan Fitri yang duduk diteras.
"Kang...ini sebagian buat Kakang dan sebagian Buat Bibi... masing-masing mendapatkan sepuluh juta...urus surat surat lengkap dan buat selamatan sederhana dan sisihkan uang untuk ditabung sebagai biaya persalinan nanti...ingat ya Bi..."
"Terima kasih Mas Wawan..."
"Bagaimana saya mengembalikan uang ini sebab jumlahnya cukup banyak"
"Ini sumbangan dari saya... sekaligus hadiah.... pergunakan dengan baik...ingat tabungan untuk biaya persalinan"
Keduanya mengangguk sambil menitikkan air mata...
"Eh...jangan nangis... sebaiknya waktu seminggu untuk mendaftar dan akad serta selamatan sudah cukup nanti kesini lagi sebab istri saya kayaknya juga sedang hamil"
"Baik Mas...kami permisi dulu"
"Ya silahkan sebab lebih cepat lebih baik supaya Kakang bebas nambang Meksinya Bibi...hahaha..."
Bi Fitri tersipu-sipu... tapi ia bahagia
Bejo yang melihat Calon Istrinya
wajahnya terlihat merona tak hayal
semakin gemas dibuatnya.
"Ehhemm...kok jadi pada liat liatan kaya gitu...wes Kang cepet itu ambil tas dan uangnya dimasukan dengan rapi dan Bibi segera persiapan sana ...awas lho ya
Jangan lupa... saya kasih waktu seminggu "
"Baiklah Mas... saya permisi pulang
kerumah tapi sekalian mengantar Fitri
....Dan malamnya melamar besoknya
Langsung mendaftar ke KUA..."
"Assalamualaikum..."
"Walaikumsallam...."
Bejo dan Fitri memasuki kamar masing-masing dan berganti baju...
Tak lupa ia mengambil tas dan memasukkan uang ditangannya
kedalam.
Lain dengan Fitri ia malah memakai kantong plastik hitam sebagai wadah
Uangnya...
"Fit...ayok... nanti saya mampir dulu ketoko Emas beli cincin kawin"
"Iya Mas..."
Keduanya pergi dengan menaiki sepeda motor milik Bejo...
uang itu dibungkus kantong plastik hitam dipegang oleh Fitri.
Senandung kecil keluar dari bibir Bejo mencurahkan rasa bahagianya.
Pertama kali melihatmu
Pertama kali menyentuhmu
Aku terbuai karenamu
Dewi pujaanku...
Lalala...syalala
Suara dan liriknya tak ada yang masukhanya sekedar mewakili perasaan akhirnya ia melepas masa lajang diusia yang tidak lagi muda...
Bejo si bujang tua
berumur 46 tahun dan
Si Fitri janda berumur 42 tahun ditinggal oleh suami
dan dimadu lebih tepatnya setelah bercerai ia memilih bekerja
jadi pembantu untuk mencukupi kebutuhan sendiri namun
kelupaan jika meksinya
perlu Konti dan Bejolah
si pemenangnya.
Fitri tidak memiliki seorang anak dari pernikahan terdahulu karena perjanjian suaminya dengan madunya boleh menggauli istrinya tapi jangan sampai hamil dan jangan tembak dalam...
Wah kasihan bener ya si Fitri....
Jujur saja sebagai author sedih tapi biarlah kan ada yang membalasnya dan kita ngga rugi hanya karena Meksi nganggur hahahha....
Sementara dirumahnya Karmun mengamuk pada ayahnya Darso ia tidak terima jika sebab kepergian Enok selama ini membuat ia bingung...
Padahal Enok sudah hampir tiga tahun pergi dari rumah dan hidup bersama dengan suaminya...
Tapi Karmun yakin jika Enok sengaja dipisahkan oleh Tiwen ibunya.
Ia tidak mau perduli meskipun sekarang Enok sudah menikah...ia ingin merebutnya kembali... padahal mereka tinggal di kota yang sama cuma beda kecamatan dan perjalanan lumayan ada sekitar 150 kilometer.
Setelah memutuskan menikah Siri dahulu memang sengaja Wawan menempatkan Enok dikota yang sama dengan jarak yang berbeda... supaya tidak diketahui istri pertamanya dulu.
Ia memang memiliki dua kendaraan sekaligus.... motor untuk bekerja dan mobil untuk pergi bersama Enok.
Ia yang awalnya hanya main main dan menjajagi Meksi Buster endoy milik Enok justru kini malah kaya orang kesetanan.... Kontinya hanya mau Meksi punya Enok dan sebagai pelampiasan nafsu justru berakhir pada Sri Lestari anak Pak Dirman yang hobinya dandan minta uang dan sok paling cantik dan merasa anak orang kaya.
"Pak...aku mau menikah dengan Enok.... mulai sekarang Bapak ngga usah lagi punya hubungan khusus dengan Bu Tiwen...."
Suara kerasnya dengan menendang
pintu membuat ayahnya geram..
karena bodoh marah kok sampai ngerusak rumah....
"Goblog... Enok sendiri sudah menikah
Kamu jangan mimpi... Suaminya
orang kaya dan jelas punya pekerjaan
tetap... sedang kamu ini apa....
Sekolah lulusan nilai dibawah standar
cari yang lain..."
"Aku ngga perduli Enok sudah menikah
Aku mau dia...Tari pilihan Bapak itu
Kerjaannya cuma minta uang,dandan
Belanja beli ini itu ngga jelas... belum
lagi si Dirman bakekok... minta jatah
Rokok dua bungkus sama bensin satu
Liter setiap hari...Itu anaknya kenapa
Tidak dijual sekalian... pokoknya aku
hanya mau Enok..."
Darso geleng geleng kepala dengan
Tingkahnya... umur sudah matang tapi kelakuan...
Yuti yang kebetulan sedang pergi sama sekali tak mengetahui setiap pertengkaran keduanya.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar
Darso yang pertama kali mendengar langsung membukanya...
Ceklek...
"Lho Pak Dirman... silahkan masuk"
Tapi yang tidak diketahui olehnya si Tari berada dibelakang punggung ayahnya
Ia menangis... melihat itu Darso mengernyitkan dahinya... pikiran dia tertuju pada anaknya.
Keduanya masuk dan duduk setelah dipersilahkan pemilik rumah.
"Ada Pak Dirman... kenapa Tari menangis apakah yang diperbuat oleh Karmun?"
Wajah Pak Dirman pias merah padam
Giginya gemeletuk berkali kali.
"Sabar...
biar saya panggilkan Karmun"
Darso masuk kedalam...
"Hiks hiks hiks... Bapak..."
"Diam ..biar Bapak yang bicara..."
"Mas Karmun... bilang jika dia tidak mau menikah dengan Tari... hiks..."
"Sekarang jadi urusan orang tua...kamu cukup diam saja"
Darso keluar dengan Karmun...
Wajah Karmun santai saja... dia terlihat cuek dan tidak mau perduli apalagi menatap Tari yang kini sedang menangis
Semua tak lain karena ia merasa main dan membayar dobel pada anak dan Bapaknya sekaligus.
"So... tujuan saya dan Tari tak lain ialah meminta pertanggung jawaban... sekarang ia hamil dan ini..."
Seraya mengeluarkan alat tes kehamilan yang rupanya ada strip merah dua...
Karmun masih cuek dengan menghisap rokok ditangannya.
Darso geram dengan kelakuan anaknya... sebagai lelaki harusnya dia takut dan merasa bersalah tapi ini justru sebaliknya Karmun cuek tidak perduli.
"Mun...Tari hamil...kamu harus bertanggung jawab... jadilah lelaki sejati jangan begitu..."
"Saya sudah bayar lunas bahkan lebih perlu diketahui semuanya...Apa Pak Dirman tidak tahu berapa saya membayar Sri Lestari anak Bapak setiap sekali main... jujur saja...beli diluar lebih murah dan lebih hot lagi..."
"Bajingan...kamu anggap saya jualan!"
"So... peringatkan anakmu!"
"Saya bayar dia Tiga juta sekali main...itu bisa buat nyicil rumah KPR.. belum lagi untuk dua bungkus rokok dan seliter bensin yang Bapak minta setiap hari..."
"Tapi Mas...kan Mas berikan untuk biaya kecantikan Tari supaya saat menikah Tari terlihat fresh "
"Otakmu dimana..."
"Heh...jangan tunjuk tunjuk otak anakku "
"Hahahha... Bapak tanya sama anak Bapak ini...penipu!"
"Stop hentikan...."
Darso menghela nafas berat...ia semakin panas telinganya setelah mendengar perkataan anaknya.
"Maaf Pak...saya sebetulnya mau membela Tari tadinya tapi begitu mendengar jika Karmun sekali main membayar tiga juta... jujur saja saya kecewa....dan kamu Tari... ketahuilah harga emas saja 125 ribu pergram....kamu sudah dapat emas 25 gram sekali main....mahal sekali...ini kalau Ibunya tahu saya angkat tangan..."
"Sebagai lelaki... kita bekerja mencari uang pagi sampai sore dan memberikan semua yang kita hasilkan untuk istri...jangankan uang... gunung saja kita berikan jika untuk wanita yang kita sayangi tapi... perkataan anakmu tentang banyaknya uang diberikan olehnya membuat saya berfikir untuk membatalkan perjodohan ini... bayi itu masih bisa Tari gugurkan.... kasihan jika lahirpun tak dianggap oleh ayahnya "
"Hiks hiks...Bapak..."
"Kita pulang... persiapan gugurkan kandungan itu jalan terbaik..."
Tari pingsan begitu mendengar perkataan ayahnya....Pak Dirman telah memutuskan perjodohan... padahal ia tengah hamil.
Darso diam tapi Karmun santai...ia tetap menghisap rokok ditangannya
"Puhh..."
Plak...
Plak...
Dua kali tamparan mendarat dipipi Karmun oleh Ayahnya.... sampai rokok yang dihisap mental entah kemana....
Darso masuk kedalam rumah ia tak mau perduli lagi dengan masalah Anaknya yang menurutnya memang bodoh.
Dirman membangunkan anaknya....
Setelah ada lima menit akhirnya Tari bangun dan dipapah oleh ayahnya menuju kepintu dan pulang.
Tari membalikkan badannya dan memandang Karmun yang masih terdiam setelah ditampar oleh ayahnya.
Dirman menarik tangan anaknya dan membawanya pulang....
Kecewa itu jelas terlihat diwajah keduanya sedang Karmun tetap diam.
"Apa yang salah....!"
"Aku bayar kenapa aku salah hah....!!"
"Jualan Meksi pakai alat kontrasepsi jangan asal bisa enak...!!"
"Perjodohan bangke... kaya begitu calon istriku apa ngga habis tenagaku jadi sapi perah keluarganya....!"
Melayang asbak dimeja ke kaca depan rumah....
Praaang....
Clashh...
Mendengar kaca pecah Darso keluar menuju ruang tamu...dia terkejut melihat kaca depan pecah oleh anaknya.
"Kamu ....kalau marah jangan rusakin rumah keluar sana..."
Dengan kaki maju diayunkan keras ke pundak anaknya....
Karmun terjungkal ke depan...ia bangkit sambil memegang pundaknya sendiri.
"Baik...aku pergi sekarang saja... sampaikan salam pada Ibu"
Seraya memegang pundaknya ia masuk ke dalam kamarnya dan memasukkan baju ada lima pasang...dompet dan surat-surat penting.
Keluar dari kamar menuju kepintu sambil memandang wajah Ayahnya dengan sinislalu keluar dari rumah....menaiki sepeda motornya.
Darsono terduduk lesu...ia bingung dan juga kesal dengan kejadian hari ini... sedang istrinya Yuti tengah merawat Bapaknya yang bolak balik keluar masuk Rumah Sakit akibat Penyakit Diabetes.
Iapun ikut keluar rumah dan menaiki mobilnya menuju ke gudang beras miliknya....
Dirman yang saat ini telah sampai di rumah... menatap tajam pada anaknya.
Inah istrinya berkali kali mengusap air mata....
"Sekarang jujur sama Bapak...dimana uang tiga juta pemberian Karmun setiap kalian berdua keluar"