Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Asteriós : Birth of Calamity

🇮🇩Helixxxxx
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.4k
Views
Synopsis
Arc 1 - Search for Destruction : Setelah kematian adiknya, Noa pergi dalam sebuah perjalanan yang membawanya ke Avancee, kota besar yang dikenal sebagai kota para penemu. bagaimanapun, kisahnya di Avancee membawanya menemui Ivona Blythe dalam sebuah penelitian tentang bijih kuno Metirium. kisahnya di Avancee berjalan sangat cepat, begitu 'malapetaka' menunjukkan diri. Arc 2 - coming soon
VIEW MORE

Chapter 1 - - Prolog

***

   Di masa lalu. Ada sebuah kepercayaan yang menyebut kalau alam semesta adalah sebuah ruang yang terhampar luas dengan ukuran yang tidak terbatas yang di jaga oleh The Five Judges. Lima entitas misterius yang memiliki tugas masing-masing, mereka adalah

"Ru'Ta Yang memiliki"

"Verdenia yang melestarikan"

"Zuhgor yang membangun"

"Valdsorm yang mengancam"

"Serta..."

"[][][] Yang Melepas. Memusnahkan.

Menenggelamkan. Dan Melindungi."

- Catatan lama dari peradaban Kuno

   Orang-orang di masa itu meyakini mereka sebagai asal usul dari alam semesta yang diketahui, bahkan sampai di masa sekarang pun kepercayaan itu masih di anut oleh beberapa kelompok suku Bangsa di Dunia.

"Tuan. Sebenarnya seperti apa alam semesta kita itu?" Seorang anak laki-laki dengan pakaian yang rusak, dan sekujur tubuhnya yang kotor seperti tanah bertanya dengan penuh rasa penasaran kepada seorang pria yang duduk di sampingnya

"Pertanyaan yang bagus. Biar aku jawab untukmu" dia mengambil sebatang kayu, dan mulai melukis di tanah sambil menceritakan sebuah kisah. Sebuah kisah tentang bagaimana semuanya di mulai menurut kepercayaan lama

"Pada awal masa, semuanya hanyalah kekosongan. Tidak ada apa-apa, bahkan kegelapan yang identik dengan kata kosong pun tidak ada di waktu itu"

"Jadi... Apa yang memulai semuanya?" Tanya anak itu lagi dengan antusias

"... Sampai sesuatu terjadi. Dari kekosongan yang benar-benar kosong itu, sebuah kepalan tangan raksasa yang ukurannya tidak terbatas muncul. Itu membuka tangannya, memunculkan aliran gelombang yang kita kenal sebagai Waktu. Waktu mengalir dari telapak tangan itu menuju kekosongan yang tidak terbatas, menandakan di mulainya masa. Apa kamu tau? Tangan siapa itu sebenarnya?"

"Hmm... Kurasa tidak. Tangan siapa itu?" Anak itu kembali bertanya sambil kebingungan

"Sayangnya aku pun tidak tau. Tidak ada satupun yang tau. Catatan sejarah itu tidak pernah menjelaskan tentang kepalan tangan itu lebih jauh, yang pasti itulah yang memulai semuanya. Seperti tombol start pada sebuah mesin, dia menyalakan segala hal yang kita ketahui sekarang. Bahkan pada Dewa sekalipun"

"Apakah itu seperti seorang penulis? Maksudku, secara teknis seorang penulis bisa memulai apa saja dari yang dia tulis kan?" Tanya anak itu lagi

Pria itu dengan ramah tersenyum, dan tertawa lembut sambil memijat keningnya

"Ya. Kurasa memang seperti itu"

"Lalu. Apa yang terjadi setelahnya?" Dia kembali bertanya

"Aliran waktu mengalir ke dalam kekosongan, menciptakan susunan konsep satu hingga sebelas dimensi yang kita kenal sebagai Ruang. itulah bagaimana ruang dan waktu tercipta, dimana waktu mengalir, akan tercipta ruang-ruang baru. Dari sanalah Five Judges berasal. Ru'Ta, Verdenia, Zuhgor, Valdsorm, dan satu lagi yang tidak diketahui namanya. Mereka adalah entitas pertama yang mewakili berbagai konsep, dan merupakan para pencipta kehidupan"

***

   "Ulurkan tanganmu. Menggapai bumi yang diberkahi kehidupan, yang dibangun dari materi yang nyata, yang selalu terancam. Jawablah panggilan ini."

"Ru'Ta. menjadi pemilik dengan otoritas tertinggi diantara mereka"

   "Ketika tanah memohon, dan Langit menangis. Dia meneteskan darahnya yang menghidupkan harapan-harapan."

"Verdenia. yang menciptakan semua kehidupan di alam semesta. Dia yang menghidupkan, melestarikan, dan mematikan segala hal"

   "Ulurkan tanganmu. Berdoalah pada yang asli, yang menggenggam palu penciptaan. Dengan menyandang nama yang paling murni, yang paling agung."

"Zuhgor. mengangkat tangannya. Membangun seluruh materi yang menjadi fondasi awal bagi kehidupan. Dia membangun triliunan galaksi, serta planet-planet dan Bintang yang tidak terhitung jumlahnya"

   "Saat Milyaran bintang menutup matanya, riak-riak kehidupan akan menutup hati mereka. Tutup matamu, jangan biarkan kekosongan menelanmu."

"Valdsorm. merayap dari kegelapan yang hampa. Menjadi ancaman bagi ribuan hingga jutaan peradaban. Dengan dalih memberi keseimbangan untuk alam semesta"

***

   "Dari situlah, bintang seperti Asteriós serta planet-planet yang mengintarinya tercipta. Salah satu nya adalah Planet ini, Verden. Yang dinamai berdasarkan nama Verdenia, karena planet ini adalah satu-satunya Planet dengan kehidupan di tata Surya. Karena itu kita harus bersyukur dengan kehidupan ini"

"Cuma empat? Bagaimana dengan hakim kelima?"

"Aku tidak tau juga, hahaha. Sama seperti tangan tadi, tidak ada yang tau apapun tentang hakim kelima. Bahkan nama nya pun tidak diketahui" di waktu yang bersamaan, teleponnya berdering. Pria itu menjawab panggilan yang membuatnya segera beranjak dari tempat dia duduk dan meninggalkan anak itu, dia melambaikan tangannya pada anak itu sebagai ucapan selamat tinggal dan mungkin "Terimakasih karena sudah menemaniku di waktu istirahat yang sebentar ini"

Anak itu terdiam seperti tidak mengerti apa-apa. Di dalam hatinya, dia masih penasaran tentang hakim kelima yang menurutnya "Itu terasa sangat menyeramkan jika dipikirkan terus-menerus"

***

3 Jam kemudian

   Jauh ditengah samudera, diatas kapal pesiar yang sedang berlayar. Angin kencang berhembus dari Utara. Gelombang laut yang seakan mengajak kapal untuk berdansa terus-menerus menggoyangkan seluruh badan kapal.

"Terus amati, jangan tinggalkan tempat ini!" Seru seorang kapten pada anak buahnya yang sedang mengamati sesuatu dari kejauhan dengan teropong. Meskipun kabut menutupi pemandangan, dia tetap melakukan tugasnya agar keselamatan semuanya tetap terjaga.

'___wushhh'

Suara gelombang yang menabrak badan kapal terus terdengar, angin yang berhembus kencang menerbangkan bendera tanpa arah

"... Jadi, bagaimana pencariannya?"

Di sebuah ruangan yang sepertinya adalah sebuah restoran di dalam kapal, seorang pria berpakaian rapi tengah terduduk sambil menikmati minumannya. Pria itu bergumam seperti sedang berbicara dengan seseorang

"Apa... Kalian berhasil melacak lokasinya? Karena jika tidak, akan memakan waktu lebih banyak" gumam pria itu lagi

Pria itu mengangkat gelasnya, seperti sedang bersulang dengan seseorang. Di ruangan itu, pada waktu itu, tidak ada orang lain di sana selain dirinya. Suasana sepi ditambah aura dingin dari pria berpakaian rapi itu benar-benar memberikan dampak besar pada seluruh ruangan. Lalu, tak lama kemudian

"Hmm... Jadi begitu ya"

Dia tersenyum tipis, sambil bergumam seperti baru saja mendapat jawaban dari 'seseorang' yang sedang berbincang dengannya. Itu semua bukan hal yang aneh, apalagi mistis. Pria itu menggunakan sebuah alat komunikasi yang di pasang di telinganya, jadi dapat dipastikan kalau dia sedang mengobrol dengan seseorang dari kejauhan dengan alat itu

"Seharusnya dia sudah menerima barang nya. Dan penelitian sudah di mulai sejak seminggu lalu"

Suara samar-samar terdengar dari alat komunikasi di telinganya, suara seorang wanita yang seperti adalah seorang teman. Sedari awal tadi pria berpakaian rapi itu sedang mengobrol dengannya, nampaknya mereka sedang membicarakan sesuatu yang penting.

"Kirimkan pesanku padanya. Dan kuharap penelitian ini sukses, dengan begitu ini bisa menejadi langkah yang besar untuk kita para Arcanian."

Pria itu terdengar senang setelah mendengar beberapa kabar baik yang dilaporkan oleh rekannya, kebanyakan adalah soal penelitian, dan sesuatu yang berhubungan dengan 'Arcanian'.

"Maaf, aku harus segera pergi. Ada urusan mendadak"

Bersamaan dengan masuknya orang lain kedalam ruangan itu, pria berpakaian rapi itu menutup panggilannya. Seorang gadis dengan beberapa orang lain yang mengikutinya memasuki ruangan. Jika dibandingkan dengan pria itu, mereka terlihat seperti sekelompok gangster atau mafia. Gadis itu masih muda, dari tampang nya sepertinya dia masih berusia di bawah 20 tahun, membuatnya semakin menarik

"Maaf jika kedatangan kami mengganggu waktu santai tuan"

Gadis itu meminta maaf dengan anggun, benar-benar sesuatu yang tidak bisa ditebak, apalagi dengan penampilannya yang mengenakan pakaian jas rapi dan topi seperti seorang pemimpin mafia di era steampunk. Pakaian orang-orang yang mengikutinya pun tidak jauh berbeda, mereka benar-benar seragam. Gadis itu membungkuk saat meminta maaf, lalu hendak menanyakan sesuatu

"Apa tuan tidak keberatan. Jika saya ambil duduk di sini?" Tanya gadis itu sambil menunjuk dengan ramah kearah kursi di hadapan pria itu.

"Duduklah Nona muda, saya tidak keberatan. Pasti anda ingin membicarakan sesuatu dengan saya, maka dari itu duduklah"

   Salah satu pengikutnya bergerak kedepan, menarik kursi yang kemudian di duduki gadis itu. Ruangan itu kembali hening, baik si pria maupun gadis itu tidak membuka pembicaraan, sampai akhirnya pria itu membuka mulutnya

"Apa kalian ada perlu denganku?" Tanya pria itu sambil memejamkan matanya. Gadis itu menjawab dengan mengangguk kearah pengikutnya, lalu menjelaskan alasan kedatangan mereka dengan singkat dan jelas

"Maaf mengganggu waktumu tuan. Kami datang kemari untuk menanyakan beberapa hal berkaitan dengan bijih Metirium. Kudengar dari salah satu pengikut ku, kalau anda adalah seorang peneliti yang tengah meneliti Metirium. Apa itu benar?"

"... Tidak." Pria itu menjawab dengan tegas

"... ? Apa maksudmu tidak?"

"Aku tidak bisa memberikan informasi apapun tentang benda itu. Sebaiknya kalian melupakan itu, dan lakukan hal lain." Pria itu tiba-tiba merasa terganggu, dia mengangkat kakinya lalu beranjak dari tempat itu.

"Nona muda, tolong lupakan semua ini. Anggap saja informasi yang kau terima itu salah. Ini demi kebaikanmu"

Dia berjalan meninggalkan mereka. Sambil menarik rokok dari jaketnya, dia bergumam "Tsk. Dasar bodoh, informasi sepenting ini sampai bocor."

Suasana kembali hening. Gadis itu hanya terdiam setelah mendengar penolakan dari pria itu. Dia mengepalkan kedua tangannya diatas meja, sambil mengurung emosi nya agar tidak lepas kendali.

"Bodoh..."

   Ruangan itu hening, begitu hening sampai-sampai suara angin dari luar pun tidak bisa terdengar. Suara deburan ombak yang awalnya menemani keheningan pun seakan di matikan. Gadis itu menghela nafas.

"Jangan lepaskan dia." Bisiknya.

Diikuti oleh para pengikutnya yang tiba-tiba lenyap dari tempat itu, seperti telah menyatu dengan udara. Gadis itu berdiri lalu melepaskan topi nya, dia menaikkan tubuhnya keatas kursi yang tadinya ia duduki. Sambil menyeruput secangkir kopi sisa pria itu yang sepertinya tidak dihabiskan.

"... Ctring!"

   Dia membanting cangkir kopi ditangannya dengan keras ke lantai, memecahkannya berkeping-keping. Keningnya berkerut kesal, gadis itu melompat lebih tinggi keatas meja di depannya, lalu mulai menyuarakan kekesalannya di tengah ruangan kosong itu.

   "1027... 1028... 1029... 1030. Akan ada 1030 orang yang mati malam ini. AKAN KU PASTIKAN!"

Sebuah kalimat yang tidak terdengar ramah untuk keluar dari mulut seorang gadis yang masih muda. Kecuali gadis itu adalah sesuatu yang lain.

"Targetnya sudah ditemukan. Aku hanya perlu mendapatkan informasinya, lokasi asli dari Metirium."

"Wush____"

Gadis itu menghilang. Sama seperti para pengikutnya, dia menghilang bagaimana menyatu dengan angin di sekitarnya. Kemampuan seperti itu tidak mungkin dimiliki oleh orang biasa.

***

   Di tempat lain di kapal. Pria berpakaian rapi yang sebelumnya meninggalkan ruang makan tengah berjalan menuju kamar tidurnya. Banyak orang berlalu lalang di kapal itu, mereka semua sedang dalam perjalanan menuju tujuan yang sama. Sebuah pulau tropis di Selatan Verden.

"Orang-orang tidak berguna. Menyingkir lah!" Ucapnya di dalam hati. Pria itu dibuat kesal dengan kondisi kapal yang begitu sibuk, bahkan orang-orang mengantri hanya untuk masuk ke ruangan lain. Diantara sekumpulan orang itu, dia merasakan ada yang aneh. Seperti 'sesuatu' sedang mengawasinya, instingnya yang sudah professional bisa merasakannya

"Seseorang sedang mengawasi ku."

Dia dengan sigap masuk kedalam kerumunan, lalu memanfaatkannya untuk menyamarkan keberadaan. Sambil melepas jas nya, dan membuka topi nya, lalu mengacak-acak rambutnya. Dia sedang mencoba mengubah penampilannya, agar di mata-mata bisa kehilangan jejaknya.

Instingnya benar. Dari kejauhan, sekitar 5 meter di belakang tempatnya berjalan. Seorang pria yang merupakan salah satu pengikut gadis muda yang sebelumnya ia tinggalkan rupanya sedang membuntutinya. Namun orang itu telah kehilangan jejaknya, pria yang awalnya berpakaian rapi itu sekarang hanya berpenampilan biasa, dan menyatu dengan kerumunan penumpang lainnya.

"Sekarang semuanya sudah aman"

Pria itu akhirnya kembali ke kamar tempat dia istirahat. Setelah kejadian itu, pikirannya tiba-tiba saja menyadari sesuatu

"Jadi... Gadis itu adalah seorang Arcanian, ya" gumamnya

Ungkapan nya soal gadis muda itu yang adalah seorang Arcanian membuat semua ini masuk akal. Setidaknya itu menjelaskan bagaimana gadis yang kelihatannya masih remaja itu memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia biasa. "Itu bukan soal kemampuan menghilang nya, melainkan-"

"Bruak-"

Tembok tebal di sampingnya telah di bobol. Sebuah benda hitam besar menghantam tubuhnya, meluncurkannya sampai terbentur ke tembok di sisi lain ruangan kamar itu

"A- apa?!" Ekspresinya menunjukkan betapa terkejutnya dia dengan apa yang baru saja terjadi. Di hadapannya, ada sebuah lubang besar di tembok, tembok yang kuat dan tebal itu telah di bobol oleh sesuatu yang jauh lebih kuat.

Kejadian itu tentunya mengejutkan orang-orang di ruangan lain. Mereka berhamburan keluar meminta tolong. Dari dalam lubang itu, udara berputar membantu sebuah tornado kecil. Dari tengahnya muncul gadis yang sama yang sebelumnya dia tinggalkan. Gadis muda itu telah menemukan keberadaan pria yang menjadi incarannya itu.

"Kau... Sudah kuduga!"

"Jhonny Diavera?"

Gadis itu menyebutkan sebuah nama. Sebuah nama yang membuat pria itu gemetar ketakutan.

"Bagaimana- ? Tidak mungkin..."

"Jhonny. Itu namamu, bukan?"

"Ya. Itu namak-"

"Bruakkkk-"

   Dari belakangnya, sebuah tangan menembus dinding dan merenggut tubuhnya. Dia ditarik begitu kuat sampai menghancurkan dinding itu, lalu di banting dengan keras sampai terbaring lemas. Disekelilingnya, dia menyadari keberadaan sekitar delapan orang, ini lebih banyak dari jumlah pengikut yang dibawa gadis itu ketika menemui nya sebelumnya. Tepat dibelakangnya berdiri orang yang sama yang sebelumnya membuntutinya, sepertinya dialah yang menarik Jhonny sampai ke tempat itu.

"Apa-apaan ini...? Apa aku akan di eksekusi?"

Masing-masing dari mereka benar-benar menatap keji kearahnya, dengan aura membunuh yang kuat. Bahkan ketika dua orang petugas yang baru saja datang untuk menanggapi laporan penumpang lain yang sebelumnya berlarian menyelamatkan diri. Mereka tiba di tempat itu untuk memeriksa keadaan, setidaknya itulah yang awalnya akan mereka lakukan

"Brakkkkkkk-"

Serangan energi kuat dilancarkan dari salah satu pengikut, seketika menghancurkan tubuh kedua petugas itu. Dan mewarnai lantai yang bersih dengan darah merah yang segar

Menyaksikan itu, Jhonny tercengang, posisinya sekarang berada diantara hidup dan mati. Dia mengarahkan pandangannya ke sekeliling, mencoba mencari celah untuk melarikan diri

"Tidak. Aku harus menghadapi mereka agar bisa membuka jalan untuk kabur"

Delapan lawan satu, posisinya sangat tidak diuntungkan. Apalagi gadis muda yang sebelumnya menyerangnya masih berada di sana, memperhatikan mereka di sudut ruangan.

"Swinggg__"

Suara ayunan pedang terdengar. Masing-masing dari pada pengikut gadis itu mengeluarkan senjata mereka. Ada yang memegang pedang, kapak, hingga sebuah pistol yang sepertinya sudah dimodifikasi agar jadi lebih kuat.

"Arcanian... Arcanian... Mereka memang selalu jadi yang paling antusias jika itu berhubungan dengan Metirium."

"Wushh_"

Pria berbadan besar dibelakangnya mengangkat kapak lalu mengayunkannya dengan kekuatan penuh kearah Jhonny, yang kemudian dia tanggapi dengan hindaran cepat.

"...?!"

"KENA KAU!" Jhonny berteriak.

Dia membalas ayunan kapak yang berhasil dihindari itu dengan sebuah tinju uppercut yang melesat kencang ke dagu pria yang menyerangnya. Tidak ingin kalah, para pengikut lain mulai melancarkan serangannya secara serentak kearah Jhonny.

"Dua orang dengan pedang. Tiga orang menggunakan pistol? Lalu... Satu lagi bertangan kosong."

Dengan profesional dia menganalisa enam musuh yang menyerangnya dengan serentak. Lalu mulai bertarung

"Bruakkkkk-"

Setelah menghindari semua serangan jarak dekat yang menerjangnya, dia menarik tangannya kuat-kuat. Jhonny dengan kuat menghantam salah satu lawannya yang menggunakan pedang. Sepertinya mereka tidak begitu pandai, setidaknya sebelum tembakan peluru menghujaninya.

"Dor- Dor- Dor-"

Sebuah pistol yang seharusnya hanya menembakkan satu peluru setiap kali pelatuknya ditarik, kali ini menembakkan sampai lima peluru sekaligus. Peluru melesat dengan cepat, dan salah satunya menembus pundak Jhonny.

"Sial! Pistol itu... Pasti sudah di Enhance! Kalau begitu...."

Tidak ada pilihan lain, dia menarik tubuh orang yang baru saja dia hantam dengan kuat, lalu memanfaatkannya sebagai pelindung untuk melindungi dirinya dari serbuan peluru.

"?!"

Sekali lagi, Jhonny menerjang musuhnya dengan sangat cepat. Kali ini dia memanfaatkan tubuh lawannya yang sudah mati sebagai perisai, lalu menggunakannya untuk menghantam para penembak. Hantamannya berhasil menumbangkan kedua penembak, lalu di waktu yang bersamaan dia mulai merapalkan sesuatu diluar mulutnya

"Api penciptaan yang agung... Ceritakan padaku kisahmu! Enhance Material!"

Sebuah rapalan mantra yang seketika memunculkan pola abstrak di lantai, lalu mengikat dan membakar kedelapan lawannya dan membuat melemahkan tubuh mereka. Yang awalnya mencoba untuk kembali menyerang tiba-tiba jatuh tak berdaya, bahkan pria besar yang sebelumnya menyerang dengan kapak pun tidak bisa apa-apa.

"Itu dia! Harusnya ini akan menyibukkan kalian."

"Angin penciptaan yang berhembus... Tunjukkan padaku jalanmu! Enhance-"

Rapalan mantra nya yang kedua terganggu begitu serangan lain menghantamnya dengan kuat

"Ap- a?! Tidak mungkin!"

Serangan itu dilancarkan oleh gadis muda yang sedari awal dimulainya pertarungan hanya memerhatikan mereka di sudut ruangan. Sebuah benda hitam kembali menghantam Jhonny untuk kedua kalinya. Benda itu menerbangkannya sampai menembus tembok, sampai menghancurkan atap yang kuat, meninggalkan Jhonny yang terkapar lemas di lantai. Sekali lagi.

"Enhance? Bukankah itu sihir? Sayang sekali, kukira kau seorang Alkemis." Ucao gadis itu dengan geram

Jhonny kembali berdiri, meskipun tubuhnya sangat kesakitan akibat serangan tadi. "Serangan seperti itu lagi...? Sial. Itu benar-benar menghancurkan ku."

"Hmm. Kukatakan sekali lagi. Aku butuh lokasi pasti dari Metirium yang kalian simpan." Gadis itu mengancam sambil perlahan mengikat tubuh Jhonny dengan materi berwarna hitam yang membentuk tali, sambil perlahan-lahan mengikat dengan begitu kencang.

"Itu... Ada disana, kan?" Tanya gadis itu sambil menunjuk kearah saku celana Jhonny.

"Tidak! Tunggu dulu!"

Sebagian dari materi hitam itu merayap ke bagian bawah tubuh Jhonny, memasuki kantung celananya. Dia meraih sesuatu, sebuah Disk kecil yang didalamnya menyimpan banyak informasi, termasuk informasi yang sedang dicari gadis itu.

"Tunggu dulu! Mengetahui lokasi Metirium itu tidak akan membuat kalian mendapatkannya! Korporasi pasti akan melindungi benda itu dengan hidup merek-" ucapannya terpotong begitu materi hitam yang sama yang mengikatnya menutup mulutnya. Benda itu mulai mengikatnya semakin kencang, rasanya seperti tulang Jhonny akan remuk jika diteruskan seperti ini. Tapi gadis itu adalah orang yang kejam. Dia tidak peduli, lalu mengepalkan tangan kanannya di udara

"Krakkkkl-"

Suara yang begitu jelas terdengar, dari luar mungkin tidak terlihat, karena seluruh tubuhnya sedang diikat oleh materi hitam itu. Tapi dari dalam, tubuh Jhonny telah hancur. Matanya terbuka dengan begitu lebar seperti orang yang sedang syok, tubuhnya tidak menunjukkan pergerakan apapun setelah dihancurkan.

"Terimakasih. Jhonny Diavera."

Gadis itu melepaskan ikatan Jhonny. Tubuhnya yang sudah tidak berbentuk berjatuhan ke lantai. Tidak ada darah yang mengalir, karena yang benar-benar hancur adalah bagian dalam tubuhnya, tepatnya seluruh fondasi tulangnya. Matanya masih terbuka lebar, mulutnya menganga tanpa mengeluarkan udara lagi. Sudah bisa dipastikan kalau dia telah tewas dengan begitu mengenaskan.

"Baiklah, sekarang aku hanya harus membuka data di dalam benda ini..."

Gadis muda itu tersenyum puas, dia mengangkat disk yang sudah dia rebut dari tangan Jhonny sambil tertawa jahat.

"Hahahaha! Haha-"

"?!"

Tawanya terhenti. sesuatu yang tajam baru saja menusuk dari belakang tubuhnya, tidak lain lagi, itu adalah serangan kejutan dari lawannya.

"Bb- bagaimana bisa-?" Dia memutar tubuhnya menghadap kebelakang, ternyata dibelakangnya sudah berdiri seorang pria. Pria yang sama yang baru saja ia bunuh, tapi kali ini ada yang berbeda dari pria itu, dia terasa lebih kuat.

"J- Jhonny...?!"

"Tsk. Jadi begitu ya. Yang baru saja ku bunuh itu ... Bukan tubuh aslimu."

   Jhonny telah kembali. Seperti baru saja bangkit dari kubur, dia tersenyum lebar sambil menusukkan pisau di tangannya ke tubuh gadis itu. Dia membuka mulutnya "Nona muda. Sebenarnya aku tidak bisa melukai perempuan, apalagi seorang gadis kecil seperti mu... Tapi aku tidak punya pilihan lain!"

Gadis itu menarik pisau yang ditancapkan di punggungnya, lalu mendorong Jhonny dengan kuat untuk membuat jarak diantara mereka.

"Sebelumnya... Kau sempat mengira aku ini seorang Alkemis, kan? Ya. Aku adalah seorang penyihir Alkemis! Jhonny Diavera!" Jhonny menyebutkan namanya dengan lantang.

"Ini adalah aku yang asli. Yang baru saja kau bunuh hanyalah pion yang ku buat dengan teknik Alkimia, dia tidak lain hanya umpan untuk menarik kalian!"

lalu dia menunjukkan sebuah kuda-kuda sebelum menyerang gadis itu. Kuda-kuda dari salah satu teknik bela diri paling populer di Verden. Sebagai seorang Penyihir Alkemis, dia juga di latih untuk menguasai beladiri.

"Tsk. Kuda-kuda itu..."

"Baiklah! Jika kau ingin benar-benar bertarung! Aku akan sungguh-sungguh menghadapi mu!"

"Wushhhhh__"

Dengan kuda-kuda itu, Jhonny melesat begitu cepat kearah gadis itu. Tangannya mengepal begitu berhadapan dengan wajah gadis itu, sebuah hantaman kuat akan dia berikan pada lawannya. Tapi tidak semudah perkiraannya, gadis itu menarik tubuhnya kebelakang dengan kecepatan yang sama, lalu memanggil materi hitam yang membentuk pelindung didepannya.

"Hh- gadis pintar." Serangannya telah berhasil dihadang.

Tanpa basa-basi, gadis itu segera membalas dengan pukulan lain kearah perut Jhonny. Dia menggunakan materi hitam untuk menutupi tangannya dan memperkuat kekuatan fisiknya, dan hasilnya pukulan itu berhasil ditangkis oleh Jhonny yang sigap mendorong lututnya untuk menangkis serangan itu.

Jhonny melanjutkan perlawanan dengan meregangkan kakinya, menendang wajah gadis itu dengan keras sampai mendorongnya beberapa langkah kebelakang. Sayang sekali kerusakan yang dihasilkan serangannya berhasil di kurangi karena materi hitam yang terus melindungi tubuh gadis itu setiap kali dia mencoba menyerangnya.

"Benda hitam itu... Sebenarnya apa?. Sihir? Tidak, aku bisa merasakan kekuatan fisik di dalamnya-"

Dia terlalu sibuk berfikir. Tanpa dia sadari, gadis itu melancarkan serangan lain berupa puluhan materi hitam yang ditembakkan membabi buta mengelilingi tempat Jhonny berdiri.

"?!"

"Tsk. Perhatikan kawanmu ketika sedang bertarung!" Seru gadis itu

"Angin penciptaan... Enhance- Boreas!" Begitu merapalkan mantra, tubuhnya melesat dengan cepat menghindari serangan yang membabi buta itu

"Dia menghindarinya?!"

Jhonny kembali membalas serangan dengan memanfaatkan sekali lagi mantra Enchance Boreas untuk menyerang gadis itu.

"...?!"

Sebuah serangan yang begitu kuat dan bising berhasil mengenai gadis itu. Dia terpental dengan hebat sampai menembus setiap lapisan dinding ruangan di kapal itu. Tubuhnya yang terpental melesat di lorong lalu berhenti di ruang lobby yang luas, tempat para penumpang sedang berkumpul. Para penumpang disana berteriak ketakutan ketika melihat gadis itu menghantam salah satu meja. Situasi di kapal menjadi semakin tidak kondusif begitu para kru kapal mulai bekerja dan mencoba menahan gadis itu.

"Tsk. Pengganggu"

"Sruakkkkk___"

Gadis itu merobek setiap petugas yang menghampirinya, lalu mulai menyebarkan materi hitam ke seluruh ruangan, menjadikan pada penumpang sebagai sandera untuk mengancam Jhonny.

"Sekali lagi! Tunjukkan kemampuanmu, Jhonny Diavera!"

Jhonny yang baru saja tiba di sana lantas terkejut melihat kondisi para penumpang yang terikat oleh kekuatan materi hitam milik gadis itu. Dia sadar akan posisinya yang maju kena, mundur pun kena. Karena itu dia memikirkan cara lain, untuk mengalahkan gadis itu tanpa membahayakan para penumpang

"..."

"...? Kenapa kau diam saja?!"

Sikap Jhonny yang dingin semakin menyulut emosi gadis itu. Dia menarik salah satu penumpang lalu merobeknya dihadapan para penumpang lainnya, menghujani puluhan penumpang di ruangan itu dengan darah segar.

"HENTIKAN!"

"?! Akhirnya kau bangun juga..."

Jhonny melompat keatas salah satu meja, lalu mengangkat kedua tangannya di udara.

"Tidak ada pilihan lain."

"Bersiaplah Nona muda. Aku akan menunjukkan kartu AS ku!"

"Kalau begitu... Aku akan menerimanya dengan senang Hati!!"

Dia menarik nafasnya dalam-dalam, lalu meneriakkan kalimat-kalimat. Sebaris rapalan mantra yang dia sebut sebagai kartu as. Dengan penuh kepercayaan diri, dia berdiri dengan tegak lalu merentangkan tangannya, sambil perlahan menekuk tangan kanannya untuk membentuk pose seseorang yang sedang menarik anak panah.

"Murka-nya adalah murka alam."

"Jiwa-nya bertanya padamu. Siapa namamu?" Dia menarik tangan kanannya seakan-akan ada sebuah busur di genggamannya. Bersamaan dengan tarikan nafasnya, dia menarik udara yang kosong di sekitarnya, membentuk pusaran energi seperti sebuah anak panah tangan ujungnya mengarah tepat kearah kepala gadis itu

"Namaku... Jhonny Diavera!"

"Woshhhhhh____"

Begitu tarikannya dilepaskan, anak panah yang terbentuk dari kumpulan energi dan udara itu melesat dengan cepat menerobos ruang mengarah tepat ke kepala gadis itu. Tapi, begitu panahnya hampir mengenai gadis itu, benda itu meledakkan diri menciptakan sebuah ledakan besar yang melukai wajah gadis itu dengan sangat kuat. Akan tetapi, serangan itu tidak melukai para penumpang yang justru melepaskan mereka dari ikatan materi hitam yang mengikat tubuh mereka

Tubuh gadis itu terpental begitu kencang menembus sampai ke ruang penyimpanan di lambung kapal. Begitu tubuhnya menghantam tumpukkan barel yang di simpan di tempat itu, suara tulang hancur dapat terdengar dengan jelas. Kesunyian yang bising mungkin bisa menggambarkan kondisi gadis itu saat ini. Dia mencoba mengangkat tubuhnya yang terluka parah, tapi itu hanya berakhir pada kegagalan. Dia jatuh dan jatuh lagi.

"Aku... Apa aku sekarat...?"

Dirinya bertanya-tanya, apakah dia sekarat. Sementara Jhonny melompat ke hadapannya dengan posisi kuda-kuda yang sama yang dia gunakan sebelumya

"Orsng ini... Jhonny Diavera. Apa dia akan menghabisi ku sekarang...?"

Jhonny mengangkat dagunya, lalu mengepalkan tangannya bersiap untuk menghabisi gadis itu. Jhonny, dia adalah seorang pria yang sudah tidak lagi muda, tapi dia bisa sanggup melawan bahkan sampai hendak menghabisi seorang gadis muda tanpa ragu. Apakah itu karena gadis itu adalah seorang Arcanian yang secara teknis adalah musuhnya? Atau karena gadis itu yang memulai duluan? Tiba-tiba Jhonny bertanya pada gadis muda yang terkapar di hadapannya itu

"Apa yang kalian cari?"

"Apa yang kalian para Arcanian sembunyikan selama ribuan tahun?"

"TIDAK!"

"?"

Suaranya terdengar begitu lantang, meneriakkan kata "Tidak". Kata yang diucapkannya itu membuat udara menjadi sangat dingin, suasana menjadi lebih suram, bahkan Jhonny tiba-tiba merasakan aura yang tidak normal dilancarkan gadis itu. Tangannya bergetar tanpa henti, padahal dia sudah tidak merasa takut sama sekali

"Tidak!"

"Tidak!"

"Tidak!"

"Tidak!"

"Tidak!"

"Tidak!"

"Tidak!"

"A- apa yang terjadi padamu?!"

Dari tubuh gadis itu, keluar lebih banyak materi hitam yang dengan cepat dapat menyelimuti seisi ruangan, membuat tempat itu gelap secara utuh tanpa menyisakan cahaya sedikitpun. Tidak ada Yang bisa dilihat, kecuali seorang gadis muda yang sedang terkapar lemah tak berdaya

"Tidak..."

"Ribuan tahun...? Tidak!"

"Bahkan setelah milyaran tahun, jutaan dunia, tidak ada satupun yang benar!."

"Pada akhirnya selalu sama. Yang kuat akan melahap yang lemah. Kegelapan akan menutupi cahaya. Yang hidup akan dimatikan. Yang percaya akan menjadi pendusta. Satu... Dua... Tujuh... Sepuluh..."

Semua kalimat yang dikeluarkan dari mulut gadis itu benar-benar tidak masuk akal, dan sulit dipahami. Jhonny hanya bisa berdiri disana, tanpa berkata-kata, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Dirinya seperti dibawa kedalam alam yang berbeda, pikirannya tiba-tiba dipenuhi dengan informasi, yang sedikit demi sedikit mulai merusak otak nya.

"Apa-?! Apa yang kau lakukan?!"

"ÆGHHHHHHHHH"

Rasa sakit itu menampakkan dirinya. Kepalanya seperti sedang dihujani anak panah dengan kecepatan tinggi, dan wajahnya seperti sedang dipukuli ribuan orang secara bersama terus menerus. Lalu di saat terakhir, pikirannya seperti ditarik keluar secara paksa.

"Hm... Begitu ya. Jadi... Ada disana." Gadis itu berbisik

"Terimakasih banyak."

Tubuh gadis itu kembali sembuh, lukanya hilang begitu saja, bahkan dia mampu berdiri dengan normal seperti sebelumnya. Dia mengangkat kepalanya, memperlihatkan ekspresi wajahnya yang polos tanpa memperlihatkan emosi apapun. Tubuhnya bergerak perlahan menghampiri Jhonny yang sedang meraung kesakitan. Gadis itu menyebutkan sesuatu, dia meneriakkan namanya dengan lantang di hadapan Jhonny

"Namaku... SYMFORA!"

"Inilah Kartu AS ku, Jhonny Diavera. Dengan ini aku akan mengakhirinya. Aku sudah mengetahui lokasi Metirium, sekarang aku hanya perlu menghabisimu- dan seluruh penumpang kapal ini untuk melanjutkan langkah ku"

   Cahaya merah bersinar dari ujung jari telunjuk Symfora yang diangkat, melepaskan ruangan itu dari kegelapan, lalu menciptakan bencana yang lebih besar. Cahaya merah itu ditembak melesat seperti laser menembus cakrawala, melewati bintang-bintang dengan kecepatan yang bahkan melebihi cahaya itu sendiri. Laut disekitarnya bergerak tanpa arah, mengobrak-abrik kapal yang mereka naiki. Seluruh awak kapal dan penumpang berlarian ketakutan, di setiap tempat dan ruangan kapal telah terjadi kepanikan massal. Lalu dari langit diatas mereka, sebuah kilatan cahaya, yaitu cahaya yang sama yang sebelumnya dia tembakkan ke langit.

"Ini dia... Bentuk kepedulian-ku"

Cahaya itu kembali dengan kecepatannya yang begitu cepat, mungkin hingga sepuluh kali lebih cepat dari kecepatannya ketika ditembakkan.

"Sing_____"

Cahaya yang bergerak puluhan kali lebih cepat dari cahaya sendiri, itu menembus menghancurkan seluruh kapal hanya dalam kedipan mata, lalu terus melesat membelah lautan bahkan sampai menembus planet Verden. Cahaya itu benar-benar secara harfiah telah menembus Planet ini, lalu mengakhiri perjalanannya begitu mencapai Asteriós. Semua itu terjadi hanya dalam satu kedipan mata.

"Inilah..."

"Kekuatan paling mutlak."

***

15 Menit setelahnya

   Di sebuah kapal kecil, masih di laut yang sama. Sekelompok orang yang diantaranya yaitu Symfora tengah berlayar seakan tidak terjadi apa-apa. Orang-orang selain Symfora itu bukanlah para pengikut atau anak buah seperti sebelumnya. Mereka adalah rekannya

"Bagaimana, Symfora?" Salah satu temannya yang merupakan seorang pria paruh baya bertanya padanya

"Huff... Aku menemukannya. Meskipun untuk itu, aku harus melakukan semua itu. Maafkan aku, Doktor Halid."

"Tidak apa, yang terpenting adalah kau selamat, dan berhasil mendapatkannya"

"Jadi... Dimanakah bijih Metirium itu disimpan?"

Setelah mendengar pertanyaan itu, Symfora mengangkat sebuah gulungan peta lalu membukanya. Dia menunjukkan sebuah lokasi di peta. Sebuah tempat di Barat daya Verden, di sebuah benua yang luas.

"Tempatnya dekat dengan kampung halamanmu, Zakhira Doktor"

"Hmm... Jadi mereka menyimpannya di sana ya...?"

"Benar. Bijih Metirium itu disimpan di-"

"Avancee, Republik Damacia."

______________________________________________

Next : #1 The Start of a Story

To be Continued...