Dylan Morgan. Ia adalah pewaris tunggal dari Morgan Motor Co., perusahaan otomotif keluarga yang telah berdiri sejak lama. Namun, kehidupan Dylan tidak seindah gambaran kebanyakan orang tentang kehidupan seorang pewaris.
Dylan kehilangan ibunya pada usia muda, dan sejak saat itu, ia hidup bersama ayahnya, Edward Morgan. Edward adalah sosok ayah yang penyayang, tetapi pekerjaannya yang sibuk sebagai kepala perusahaan otomotif ternama membuatnya sering terpisah dari Dylan. Meskipun demikian, setiap kali mereka bersama, Edward selalu berusaha memberikan perhatian dan kasih sayang yang maksimal kepada anaknya.
Namun, nasib berkata lain ketika sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawa Edward Morgan. Dylan yang saat itu baru berusia 18 tahun, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia sekarang menjadi pewaris tunggal Morgan Motor Co. Meskipun memiliki kekayaan dan kekuasaan, kebahagiaan Dylan berkurang drastis karena kepergian ayahnya.
Masalahnya tidak berhenti di situ. Dylan, yang hidup sebatang kara setelah kehilangan ibunya, harus berhadapan dengan kenyataan bahwa Ibu Tirinya, Isabella, sekarang menjadi satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Isabella, yang sejak awal tidak menyukai Dylan, memperlakukannya dengan keras dan seringkali memanfaatkan situasi untuk kepentingannya sendiri.
Keseharian Dylan penuh dengan penderitaan. Ia harus menjalani tekanan dari segala arah, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Meskipun memiliki harta yang melimpah, kehidupan Dylan menjadi kesepian dan terisolasi. Ia mencoba mempertahankan warisan keluarganya, namun setiap langkahnya dipantau dan dipersulit oleh Isabella.
Suatu hari, Isabella, ibu tiri Dylan, yang selalu penuh intrik, melihat peluang emas untuk merebut kendali penuh atas Morgan Motor Co. Melihat Dylan yang belum menikah dan terkesan lemah di mata hukum perusahaan, Isabella menyusun rencana liciknya. Ia menjodohkan Dylan dengan keponakannya, Sisca Magdalena, anak dari adik kandungnya, Josep Breaf.
Josep Breaf, adik kandung Isabella, ternyata memiliki dendam terpendam terhadap keluarga Morgan. Pada masa lalu, ayah Dylan, Edward Morgan, pernah memenangkan persaingan bisnis yang membuat Josep merugi besar. Kini, mereka melihat peluang emas untuk balas dendam dengan merampas kendali perusahaan dari tangan Dylan.
Isabella, yang selama ini berperan sebagai ibu tiri yang penuh intrik, bekerja sama dengan Josep untuk menjalankan rencana busuk mereka. Mereka memanfaatkan Sisca, anak perempuan Josep, sebagai alat untuk mendekati Dylan. Isabella berperan sebagai dalang di balik layar, sementara Josep memanipulasi situasi bisnis secara diam-diam.
Dylan, yang masih berduka atas kepergian ayahnya, menjadi target empuk bagi rencana mereka. Isabella terus memperburuk hubungan Dylan dengan memanfaatkan perjodohan ini. Sisca, meskipun mengetahui bahwa perjodohan ini tidak didasarkan pada cinta, tetap setia pada rencana bersama mereka.
—-----------------------
Freya berhasil mencari informasi yang ku minta, termasuk Gustav. Ternyata Gustav adalah Supir keluarga yang dipecat oleh Ibu tiri Dylan sehari setelah meninggalnya Edward Morgan.
Dari sini aku berkesimpulan bahwa, Gustav adalah orang yang dipercayai Dylan. Kalau begitu aku akan mencari cara untuk menemuinya. Pertama-tama aku harus menemui si Jalang dan ayahnya dulu agar mereka tidak curiga.
—--------------------
"Sayang, mau ikut menemaniku jalan-jalan hari ini?"Ajakku kepada Sisca.
Sisca sedikit mengernyit dan tersenyum kecut, kemudian mengiyakan ajakanku.
"Ah.. baiklah, kau mau kemana hari ini ?" jawabnya
"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke Taman Edelweis dipinggir kota" bujukku tersenyum.
Tertegun sejenak. "Baiklah aku akan bersiap" dia tersenyum.
Entah ini pertama kalinya Dylan mengajaknya atau bagaimana? aku belum tahu pasti kisah mereka. Pelan-pelan akan ku cari tahu.
—---------------------------
Sengaja ku pegangi tangannya sepanjang perjalanan dengan mobil melaju. Awalnya dia terkaget, menatapku aneh namun ku abaikan saja. Mataku menerawang jauh ke luar jendela, memandangi pemandangan yang tidak ku nikmati di kehidupan lainku. Ada hal-hal yang ku rindukan, namun aku menyukai pemandangan ini.
".... A heart full like a dumping ground
A job that's a slow demise
Bruises that won't rebound
You seem so weary, no joy in your eyes
Overthrow the ruling hand
They don't, they don't voice our demand
I'll embrace a calm, quiet life
A breath laced with carbon monoxide
And no alarms and no surprises
No alarms and no surprises
No alarms and no surprises
Silent, silent…"
Tanpa sadar aku menceracau lagu favoritku, Audio Head - A lack of surprises. Lagu ini belum exist di masa Dylan ini tapi biarlah.
" Kau menyanyi? lagu yang bagus" Sisca menyukainya.
"Aku menikmati lagu itu, liriknya aku suka" jelasnya sambil tersenyum.
"O…ya… lain kali aku akan menyanyikannya lagi dengan alat musik" tambahku.
"Kau? sejak kapan kau bisa main musik sayang?"
Mati aku. Aku tidak tahu kalau Dylan sangat tidak berguna. Astaga.
"Oh.. sebenarnya aku bisa, hanya saja sudah sangat lama aku tidak memainkannya. Terbangun dari kondisi ini membuatku ingin melakukan beberapa hal, termasuk jalan denganmu" aku berkilah. Dan Siska hanya menghela nafas dan tersenyum kecut seolah menyepelekannya. Ya, aku paham karena Sisca tidak memiliki rasa pada Dylan si tak berguna ini, tapi lihat saja nanti.
—-------------------------------------------------------
Pertama-tama mari taklukkan hati si Jalang ini dulu.
"Sayang,... "Aku memberikan es Stroberi. Aku tahu apa yang jalang ini sukai. Freya cukup tangkas mengumpulkan informasi terkait musuhku. Dan akan ku manfaatkan ini.
"Eh? dari mana kau tahu? aku tidak pernah mengatakannya" Sisca mengernyitkan dahinya dan menyeringai.
"Ada ingatan-ingatan kecilku tentang dirimu, beberapa kali sepertinya terlihat kau sangat suka es Stroberi."
Sekilas wajah kakunya mulai melunak. Sepertinya aku mulai mampu mendekati pintu hatinya. Oke selanjutnya cukup pembicaraan ringan.
"Sayang, jujurlah… Aku yang biasanya bagaimana? Aku ingin tahu pandanganmu "
Dia menatapku agak lama dan kembali mengernyit. Kemudian dia mulai mengkritik habis si Dylan lemah ini. Masih ada yang jelas ditutupi, tapi biarlah yang penting dia bercerita.
"Wah.. ternyata banyak sekali kekuranganku, maaf ya sayang. Aku akan menjadi lebih layak nantinya…" Aku kembali memegang tangannya dan tersenyum. Sedangkan Sisca terlihat lelah dengan Poker Face nya, ia menghela nafas.
—-------------------------
"Gustav?" panggilku pada pria setengah baya yang melintas.
Matanya terlihat tersenyum walaupun ia menahan raut wajahnya untuk itu.
"Ah Tuan, bagaimana kabarmu?" tanyanya datar.
"Ya Gustav aku sehat" jawabku tersenyum. Aku tidak tahu maksud dari respon datarnya itu. Apakah karena Sisca di dekatku?
"Selamat sore Nyonya" sapa Gustav kepada Sisca.
"Selamat sore Gustav, kelihatannya kau sehat" Sisca tersenyum, namun bagiku itu hanya cibiran.
Gustav tersenyum kecut.
Sebelumnya aku memang sudah membuat janji dengan Gustav tanpa sepengetahuan Sisca. Freya mengurus semuanya untukku. Tapi Gustav juga tidak mengetahui kalau aku akan membawa Sisca.
"Maaf tidak pernah mengunjungimu Gustav."
"Tidak perlu khawatir tuan. Aku baik-baik saja seperti yang kau lihat. Nyonya Sisca mengurus aku dan keluarga ku dengan baik" Gustav tersenyum
Aku paham, kalimat Sarkas itu bagi orang di zaman ini adalah kesopanan. Tapi bagi aku yang hidup di era yang lebih maju memahami bahwa ini adalah sarkas, yang berarti Sisca dan keluarganya memperlakukan Gustav dengan buruk.
"Ah, aku senang mendengarnya. Hari ini aku sedang menikmati hari bersama Istriku tercinta. Sudah lama aku tidak melihat langit merah dan matahari tenggelam"
Ini adalah kalimat yang menurut Dylan harus diucapkan kepada Gustav kalau sesuatu yang buruk terjadi. Semoga Gustav masih mengingatnya.