Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

STREET LIFESTERN

🇮🇩Dream_Tegnology
--
chs / week
--
NOT RATINGS
804
Views
Synopsis
LIFE STORY STREET

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - STREET LIFESTERN

(FATAMORGANA)

PERJALANAN SEMAKIN JAUH HINGGA KE NEGRI 3 BERSEJARAH DALAM HIDUP KU (MUSIUM TERSEMBUNYI)JADILAH DIRI KITA SENDIRI

Ada sebuah film yang dulu sangat saya sukai, pemainnya Lindsay Lohan 

ketika masih kecil. Judulnya PARENT TRAP (1998). Kurang lebih 

ceritanya seperti ini. Ada dua sejoli menikah di kapal pesiar, mereka 

berdansa dan kemudian foto berdua. Cerita berlanjut 11 tahun 9 bulan 

kemudian, di sebuah perkemahan musim panas di Amerika. Ada anak 

perempuan bernama Halley Parker dari California yang urakan dan selalu 

riang gembira, rambutnya terurai se bahu. Ada juga peserta dari London

anak orang kaya yang anggun, rambutnya disanggul, bernama Annie 

James. Dua anak ini sifatnya sangat berbeda. Di setiap kesempatan selama 

perkemahan ini keduanya sering bentrok dan bertengkar. Apa yang benar 

menurut Halley, akan dianggap salah oleh Annie, begitu juga sebaliknya. 

Kemiripan wajah mereka tertutup oleh sifat yang berlawanan itu. Sampai 

para pembimbing kuwalahan dan menghukum mereka dalam sebuah 

pondok hukuman yang jauh dari pondok pondok lain. Disinipun mereka 

masih terus bertengkar. Yang satu senang tidur dengan lampu mati, yang 

satu takut jika lampu dimatikan. Jadilah sepanjang malam lampu di 

pondok hukuman berkedap kedip hidup mati. Kemudian sesuatu 

mengharuskan mereka bekerja sama, yaitu menutup jendela yang berat

disaat hujan. Mereka mulai akur dan menemukan kesamaan, sama sama 

allergi pada sesuatu, sama sama berasal dari keluarga broken home. Annie

tidak punya ayah, Halley tidak punya ibu. Kemudian mereka menyadari 

Jadilah diri sendiri – dr Sigit Setyawadi SpOG Page 2

persamaan tanggal dan tahun kelahiran. Ketika Annie mengeluarkan foto 

ayah yang tidak dimilikinya dan Halley mengeluarkan foto ibunya, 

ternyata kedua foto itu adalah sobekan dari satu foto disaat pernikahan. 

Barulah mereka tahu kalau mereka saudara kembar. Mereka kemudian 

saling mempelajari kebiasaan masing masing dan bertukar tempat dengan 

rencana besar mempertemukan kembali orang tuanya. Akhirnya mereka 

berhasil.

Inti yang ingin saya sampaikan adalah mereka anak kembar, dipisah sejak 

bayi dan mendapat didikan yang berbeda. Keduanya menjelma menjadi 

dua individu yang berbeda dan selalu bertengkar.

Saat saya masih kecil, tetapi sudah cukup besar untuk bisa mengingat, 

saya diajak almarhum bapak saya ke rumah pakde Sujoto, kakak bapak 

nomor 2 yang tinggal di desa Krai, kec Yosowilangun Lumajang. Bapak 

adalah anak ke 6 dari 9 bersaudara. Seperti biasa, bapak bicara kromo 

inggil (bahasa jawa halus) ke kakaknya. Begitu juga adik adik bapak 

bicara kromo inggil ke bapak. Saat itu pakde memberi "kuliah" ke bapak 

untuk mencari jati diri kita ini sebenarnya siapa ?. Beliau bicara tentang 

"sopo ingsun", atau siapa kita ini ?. tentunya dari sudut pandang beliau 

yang islam kejawen. Saya sudah lupa karena disitu ada dunia besar dunia 

kecil dan sebagainya yang saya juga tidak mengerti artinya. Yang saya 

tangkap hanyalah carilah sopo ingsun atau siapa diri kita ini sebenarnya. 

Selama bertahun tahun, ternyata diri kita ini berubah rubah. Awalnya saya 

menganggap saya ya saya, tidak bisa berubah lagi. Saya tumbuh menjadi 

orang yang selalu ingin meluruskan orang lain yang saya anggap bengkok. 

Sampai sampai waktu saya dokter muda (DM), yaitu mahasiswa klinik di 

kedokteran, ayah saya menyebut gelar DM di belakang nama saya itu

sebagai Dokter Maido, atau dokter yang selalu mencela. Saya terus 

berusaha mengoreksi kebiasaan hidup di rumah yang menurut saya kurang 

sehat, mengoreksi perilaku adik adik dan sebagainya. 

Waktu menjadi dokter puskesmas di Kerek - Tuban, seluruh gaji bulanan,

saya gunakan untuk membiayai puskesmas. Membeli meja, kursi, mesin 

tik, membayar tenaga honorer dan sebagai nya. Saat itu tidak ada uang 

yang turun ke puskesmas, dan puskesmas saya kosong melompong tanpa 

perabotan selama bertahun tahun. Karena praktek saya sangat ramai, 

akhirnya gaji bulanan sebagai pegawai golongan IIIA saya berikan pak 

perawat untuk dikelola. Itu berlangsung selama 2 tahun, kemudian mulai 

ada uang yang langsung masuk ke Puskesmas untuk biaya operasional.

Jadilah diri sendiri – dr Sigit Setyawadi SpOG Page 3

Membiayai puskesmas secara pribadi membuat saya merasa berhak 

mengatur orang lain untuk tidak memakan uang dinas. Saya menjadi 

"trouble maker" bagi kepala dinas karena saya tidak mau menandatangani 

SPJ penerimaan barang yang barangnya tidak ada. Padahal praktek itu 

sudah umum terjadi. Dokter puskesmas menanda tangani SPJ seolah olah 

menerima ban untuk mobil ambulans, padahal tidak.

Begitulah saya tumbuh sebagai pemrotes yang berusaha meluruskan 

segala hal. Ternyata tidak ada satupun yang bisa lurus. Semakin dicoba 

meluruskan justru semakin kukuh untuk "tetap bengkok". Di Network 21 

saya belajar dari Dale Carnegie dan Allan Pease bahwa SEMUA ORANG 

MERASA DIRINYA SUDAH LURUS DALAM SEGALA HAL. 

Percobaan orang lain untuk "meluruskan" justru dianggap sebagai 

percobaan untuk membengkokkan, sehingga dia semakin menguatkan 

kelurusannya tadi, yang menurut orang lain kebengkokannya itu. 

Saya belajar banyak dari buku buku dan pembicara seminar Network 

TwentyOne. Kemudian setelah saya pensiun dan berhenti praktek tanggal 

17 Agustus 2005, saya mulai bisa menggunakan waktu saya untuk belajar 

banyak tentang pikiran. Seminar apapun yang ada hubungannya dengan 

cara berpikir saya hadiri. Buku buku tentang berpikir saya beli dan baca. 

Disanalah saya bisa mulai merasa tahu sopo ingsun iki sebenarnya. Paling 

tidak menurut saya karena sayapun belum tentu benar. 

"Manusia adalah pikirannya", begitu kata nabi Sulaiman AS sekitar 3000 

tahun lalu. "Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah 

pemimpin, pikiran adalah pembentuk", begitulah kata guru besar Buddha 

Gautama 2600 tahun lalu.

Kesimpulannya kita adalah pikiran kita. Kemudian pikiran kita itu 

sebenarnya apa ?, itulah pertanyaan berikutnya. Kita perlu belajar 

bagaimana pikiran kita itu terbentuk atau lebih tepatnya lagi dibentuk.

PEMROGRAMAN DIRI.

Pada saat manusia lahir, pikirannya benar benar masih kosong, putih 

bersih. Kita hanya dibekali reflek reflek untuk bertahan hidup. Jika 

telapak tangan disentuh, otomatis kita akan menggenggamnya dengan 

kuat. Jika bibir kita disentuh, otomatis mulut akan terbuka dan mulai 

menghisap apapun yang masuk ke mulut. Apakah itu puting susu ibu kita, 

atau mainan kakak kita, semua akan kita hisap dengan gerakan yang sudah 

Jadilah diri sendiri – dr Sigit Setyawadi SpOG Page 4

di programkan. Kita tumbuh sebagai sosok yang kuat dan selalu berusaha 

secara maksimal untuk belajar segala sesuatu dan menirukan apapun yang 

terjadi di sekitar kita. 

Kita melihat ibu kita, kakak kita atau siapapun tengkurap kalau sedang 

mengudang kita supaya bisa berhadapan muka, maka secara otomatis kita 

belajar tengkurap. Upaya pertama gagal, kedua gagal, ke tiga juga gagal, 

hampir berhasil dan jatuh sehingga kepala kebentur lantai. Kita menangis 

tetapi mencoba lagi dan mencoba lagi sampai berhasil. Tidak satupun bayi 

punya pemikiran seperti kebanyakan kita sekarang :"Iyaaa, ibu besar, 

kakak besar, mereka bisa tengkurap. Saya ini kecil, lemah, pasti nggak 

bisa tengkurap. Buktinya, saya sudah mencoba berulangkali, kepala 

kebentur lantai, sakit tahuuu .... Sudahlah saya tidak akan mencoba lagi. 

Saya sudah ditakdirkan untuk telentang terus". Kalau saja si bayi itu 

seperti kita yang sekarang, pastilah lebih enak telentang daripada mencoba 

tengkurap yang sering gagal. Belum lagi setelah tengkurap nanti harus 

bisa duduk, kemudian bisa merangkak . . . nggak habis habis masalahnya. 

Lebih enak seumur hidup telentang. 

Kemudian mulailah pemrograman pikiran oleh orang sekitar kita. Oleh 

pembantu kita diajak mengunjungi temannya. Disana mereka bergunjing 

tentang sulitnya cari uang, bekerja keras dengan hasil sedikit, majikan 

yang jahat. Kemudian kita diajak ibu untuk pinjam uang ke tetangga. 

Ketika ditolak, ibu marah marah dan ngomel sepanjang jalan :"Orang 

kaya pelit, uang nggak dibawa mati saja". Guru ngaji kita cerita tentang 

nabi Muhammad SAW. Kesukaannya cerita tentang bagian bagian ketika 

nabi miskin. Karena gurunya belum kaya, tentu mencari contoh contoh 

yang sesuai dengan kondisi dirinya. Mereka cerita perut nabi diganjal batu 

bata karena lapar. Padahal nabi miskin itu hanya sebentar, ketika baru 

hijrah ke Madinah dan meninggalkan ibu Khadijah (+ kekayaannya) di 

Makkah. Mereka tidak berani cerita bahwa nabi itu kaya tetapi hidup 

sederhana. Akhirnya kita berpikir bahwa lebih mulia menjadi miskin 

dibanding menjadi menjadi kaya. Di agama kristen juga ada tuntunan 

yang mengatakan "lebih mudah memasukkan onta ke lubang jarum 

dibanding memasukkan orang kaya ke surga". Di Islam juga di takut 

takuti bahwa orang kaya akan dihisap lebih lama. Mereka lupa bahwa 

Allah itu maha cerdas. Untuk apa Dia tanya tanya kepada kita apa yang 

kita lakukan di dunia ?. Dia pastinya sudah memasang chip canggih di 

kita dan tinggal melihat apa yang tercatat di chip itu. 

Jadilah diri sendiri – dr Sigit Setyawadi SpOG Page 5

Ayah kita yang pekerja keras selalu mengatakan bahwa orang nganggur 

itu hina. Orang harus bekerja keras mencari nafkah, pensiun itu berarti 

akhir dari segalanya, begitu kata embah kita yang baru pensiun. 

Kalau ada orang bertanya ke kita :"Besok kalau besar akan jadi apa ?", 

hampir pasti kita diwajibkan menjawab jadi dokter, tentara, hakim, 

pengusaha dan lain lain. Kalau ada anak yang menjawab dengan benar 

yaitu menjadi kaya supaya bisa membantu banyak orang, pasti dilanjutkan 

dengan pertanyaan :"Iya . . . untuk menjadi kaya itu kamu menjadi apa ?".

Begitulah masukan masukan salah tentang uang dan kaya masuk ke 

pikiran kita. Kita diprogram untuk sekolah yang pintar supaya besok 

mendapat pekerjaan dengan gaji tinggi dan menjadi kaya. Padahal tidak 

ada orang bisa kaya dengan cara itu. Semakin besar penghasilan (aktif) 

kita, semakin besar pula masalah keuangannya. Itu sudah terbukti.

Begitulah kita sejak lahir diprogram oleh lingkungan kita. Sampai usia 7 

tahun, kita menyerap semuanya tanpa filter. Kemudian pola pikir yang 

sudah masuk tadi akan membentuk filter sampai usia 13 tahun. Filternya 

adalah pemikiran yang sama, sedangkan pemikiran yang berbeda dilarang 

masuk. Usia 13 -18 filter tambah sempurna dan sejak usia 18 tahun kita 

sudah sulit untuk berubah.

Di bidang yang lain kita juga mendapat masukan tergantung lingkungan 

kita. Baik di bidang keluarga, sosial, kesehatan fisik, kesehatan mental, 

agama maupun yang lain. Tidak ada satupun yang ada di pemikiran kita 

ini yang asli dari kita. Semua hasil pemrograman dari orang lain.

Kalau ada yang bertanya sopo ingsun ? atau siapa diri kita ?

Jawabannya adalah :"Kita ini makhluk ciptaan Allah yang paling 

sempurna, selalu berhasil mencapai apa yang kita inginkan, disukai 

semua orang dan menyukai semua orang, tidak memiliki musuh, semua 

adalah saudara dan teman . . . . kemudian pikiran kita diisi dengan 

pikiran pikiran milik orang lain dan jadilah kita seperti sekarang".

Jika kita lebih senang bekerja mencari uang dibanding bekerja 

membangun aset, itu disebabkan karena kita lahir, besar dan dewasa di 

lingkungan seperti itu. Akibatnya kita menjadi yang 95% orang berebut 

5% kekayaan dunia. Disisi lain ada 5% orang yang sejak kecil atau 

ditengah kehidupannya menemukan mentor yang tepat, yang bekerja 

Jadilah diri sendiri – dr Sigit Setyawadi SpOG Page 6

membangun aset, dan mereka memiliki 95% kekayaan dunia. Yang satu 

harus bekerja sampai tua/mati, yang satu bisa santai dan menikmati hidup.

Sekarang kita sudah bisa memilih mau menjadi yang mana ?

Jika kita menjadi predator anak, maka pasti ada pengalaman kita dengan 

predator anak di masa kecil kita. Jika kita senang menyiksa isteri, pasti 

dulu kita pernah bergaul dengan penyiksa isteri, atau kita pernah disiksa 

sehingga ada perasaan harus membalas dendam kepada sesuatu. 

Jika kita memusuhi orang Yahudi, atau orang Arab, atau orang Jepang, 

atau orang Rusia, atau orang Korea, atau orang Malaysia, atau orang Cina, 

atau orang Padang, atau orang Sunda. Maka hampir pasti dalam 

perjalanan hidup kita, kita pernah berkumpul atau berguru kepada orang 

yang membenci orang Yahudi, atau orang Arab atau orang Cina, atau 

orang Jepang, atau orang Rusia, atau orang Korea, atau orang Malaysia, 

atau orang Padang, atau orang Sunda yang memperkuatnya dengan dalil 

dalil adat, patriotisme, kebangsaan atau agama. Itulah yang kemudian kita 

anggap sebagai kebenaran. Kalau yang berhubungan dengan agama, 

dianggap sebagai iman yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Di ajaran 

agama manapun memang ada bagian bagian ajaran yang tidak suka 

dengan etnis tertentu. Penyebabnya mungkin karena ada satu dua orang 

dari etnis itu yang dulu berbuat kurang baik pada tokoh atau masyarakat 

saat itu. Padahal hampir semua etnis selalu ada orang baik dan orang yang 

buruk. Di tahun 1942 - 1945, semua orang Jepang di Amerika mengalami 

perlakuan buruk. Semua orang Jepang dianggap tidak bisa dipercaya, 

karena tentara Jepang menyerang Pearl Harbour tanpa peringatan. Strategi 

perang membuat semua bangsa Jepang dianggap sama yaitu curang dan 

tidak bisa dipercaya. 

Selama ratusan tahun, Jawa dan Sunda secara kultural bermusuhan karena 

efek perang Bubat di jaman Mojopahit. Sampai saat ini Anda tidak akan 

menjumpai jalan Gajahmada atau Majapahit di Bandung. Begitu juga 

gadis Sunda dan jejaka Jawa masih sering dihambat oleh keluarganya 

untuk menikah. Perang ratusan tahun lalu mempengaruhi pola pikir kita 

sampai sekarang, karena terus dipertahankan lewat kidung kidung, rontal

dan kitab kitab.

Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, ada 4 bidang kehidupan 

yang kita sepenuhnya dikendalikan oleh bawah sadar kita. Yaitu sex, 

agama, politik dan keuangan. Tidak ada logika disini. Kalaupun ada dan 

berlawanan dengan program bawah sadarnya, tidak akan bertahan lama 

Jadilah diri sendiri – dr Sigit Setyawadi SpOG Page 7

karena pasti tidak tahan menghadapi penolakan penolakan di bawah sadar. 

Kecuali bawah sadar Anda yang dirubah untuk menyesuaikan dengan 

kebutuhan Anda sekarang. Khususnya di bidang keuangan.

Jadi, kalau kita bertanya lagi :"Siapakah aku ?", jawabnya :"Aku ini 

makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, selalu berhasil mencapai 

apa yang aku inginkan, disukai semua orang dan menyukai semua orang, 

tidak memiliki musuh, semua adalah saudara dan teman . . . . kemudian 

pikiranku diisi dengan pikiran pikiran milik orang lain dan jadilah aku 

seperti yang sekarang ini. Seandainya pikiranku diisi oleh orang yang 

berbeda, akupun akan memiliki pemikiran yang berbeda pula".

Di dunia ini sebenarnya tidak ada kejadian yang benar atau salah, tidak 

ada hal baik atau buruk. Semua kejadian itu netral. Kita hanya 

menafsirkan kejadian kejadian itu berdasarkan masukan dari pancaindra 

kita yang kemudian dinilai oleh norma norma di pikiran bawah sadar kita. 

Kita anggap benar atau baik jika cocok dengan program di bawah sadar 

kita yang diisi oleh orang lain. Kita anggap salah atau buruk jika tidak 

cocok dengan program bawah sadar kita yang diisi oleh orang lain juga. 

Apapun yang kita katakan benar, selalu ada orang di luar kita yang 

mengatakannya salah. Belum pernah ada satupun hal benar atau hal salah

yang disepakati seluruh orang di dunia. Kalau toh ada, itupun belum tentu 

benar dan belum tentu salah. Hanya Allah yang mengetahui nya.

Sebagai penutup, jadilah diri Anda sendiri sebagaimana ANDA 

DICIPTAKAN ALLAH, bukan Anda yang diprogram oleh sesama 

manusia. Anda adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, 

selalu berhasil mencapai apa yang Anda inginkan, disukai semua orang 

dan menyukai semua orang, tidak memiliki musuh, semua adalah saudara 

dan teman Anda. Stop sampai disitu, karena kelanjutannya hanyalah 

pemrograman orang lain.

Ada pepatah cina yang mengatakan bahwa seribu teman itu masih 

kurang, satu musuh sudah kebanyakan.