Chereads / Ushinawareta Aijou: Mahou No Sekai No Tansaku / Chapter 3 - Sekolah Sihir Celestia

Chapter 3 - Sekolah Sihir Celestia

Setelah melalui kejadian yang hampir tidak masuk akal. Ryuu yang terbangun dengan keadaan tidak bisa berbicara dan bahkan dia hanya bisa menggerakan tubuhnya sedikit. Lalu terkejut bahwa dia telah terlahir kembali menjadi bayi.

Seolah olah tak percaya hal itu dirinya mengatakan sesuatu.

"Apa... Jadi yang orang katakan Itu memang lah benar."

"Kalo begitu.... " Ryuu melihat ke arah sekitarnya.

"Mereka pasti adalah keluarga baru ku, ada seorang ibu, anak perempuan??? Apa dia kakak ku juga."

"Lalu..... Ada paman??? Kake, dan pembantu. Hmmmmm.... Sepertinya di keluarga ini ada yang kurang."

Ibu yang melahirkan Ryuu. Telihat cemas melihat tingkah laku anak nya. yang seperti memikirkan sesuatu.

"Kake, apa yang terjadi pada anak ku?."

"Memangnya kenapa dengan nya."

"Hanya saja dia terlihat sedang memikirkan sesuatu."

"Hahaahaaa.... Itu hanya menurut mu saja, mungkin dia bingung kenapa di sekitarnya banyak orang."

"Hmmm... Begitu ya."

Mendengar hal itu Ryuu lupa bahwa dia harus melakukan sesuatu yang sama seperti anak bayi pada umum nya.

"Sepertinya aku harus menangis agar tidak ada orang yang merasa aneh dengan ku."

Di saat yang bersamaan. Hal yang tidak terduga terjadi. Dimana Ryuu kencing dan itu membuat dirinya merasa malu.

"Mmmm.... Dasar merepotkan sekali."

Ryuu pun menangis sambil kencing.

8 Tahu kemudia di kerajaan Celestia.

Kerajaan Celestia adalah kerajaan terbesar ke 12 setelah kerajaan Eldoria. Kerajaan Celestia di pimpin oleh raja Zepyhrus dan ratu Elsyia. Kerajaan Celestia juga memiliki sebuah sejarah yang mendalam dari peperangan, pemberotakan dan lain nya. Tak hanya itu kerjaan Celestia memiliki para pejuang yang hebat, mulai dari prajurit, lalu kesatria normal dan kesatria sihir. Hal ini membuat kerajaan nya menduduki peringkat ke 12.

Ryuu telah mengetahui hal itu dari kaka nya. Bahkan dia selalu bertanya ada apa saja di dunia ini, tidak lupa dia juga bertanya bagaimana cara menggunakan sihir.

Dalam perjalanan hidup nya. Ryuu selalu berlatih bersama kakanya serta kakenya. Kake Ryuu memiliki pengalaman yang luas dalam menggunakan sihir maupun tidak. Oleh karena itu dia mau memberi latihan kepada kedua cucunya tersebut agar seatu saat nanti mereka mampu melalui dirinya yang dulu.

Di belakang rumah keluarga Ryuu. Ada sebuah tempat bagi latihan mereka. Terlihat Ryuu dan kakanya yang sedang bertanding satu sam lain. Serta di wakili oleh kake nya.

"Eeee.... Apa ini akan baik baik saja? Bukanya ini terlalu cepat bagi kita" Ryuu bertanya pada kakenya.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, apa mungkin kamu takut pada kakamu itu."

"Bukan begitu, mmmm..... Hanya saja-."

Ryuu yang belum selesai berbicara langsung di serang oleh kakanya. Dia tidak dapat menghindari maupun menahannya karna itu sudah terlambat baginya.

"Ahh!." Ryuu terjatuh dan tersandar di tanah.

Kemudia kakanya menghampiri Ryuu dengan pedang kayu latihan

"Apa kamu baik-baik saja, Ryuu?."

Ryuu menggosok kepalanya yang terkena pukulan.

"Aduh, sakit sekali. Tapi aku baik-baik saja. Kenapa kamu memukul kepalaku dengan pedang kayu secara perlahan?."

Sang kaka menatap serius kepadanya.

"Ryuu, ini adalah latihan yang penting. Aku ingin menguji kekuatan dan ketahananmu. Dalam pertempuran nyata, kamu harus siap menghadapi segala kemungkinan. Latihan ini akan membantumu mengasah refleks dan konsentrasimu."

Ryuu mengangguk, sambil mencoba bangkit dari tanah.

"Aku mengerti, kak. Aku tahu kamu hanya ingin membantuku menjadi lebih kuat dan siap menghadapi tantangan. Tapi, apakah tidak ada cara lain yang lebih lembut untuk melakukannya?."

Lalu kakanya mengambil tangan Ryuu, dan membantunya berdiri.

"Maaf, Ryuu. Mungkin aku terlalu keras padamu. Tapi percayalah, latihan ini akan membantumu tumbuh dan berkembang. Aku akan berusaha lebih sensitif dalam memberikan latihan ke depannya."

Ryuu menghela nafas lega.

"Terima kasih, kak. Aku tahu kamu hanya ingin yang terbaik untukku. Aku siap melanjutkan latihan ini dan belajar menjadi lebih kuat. Aku percaya padamu."

Kakaknya pun tersenyum hangat.

"Aku bangga padamu, Ryuu. Kita akan terus berlatih bersama dan saling mendukung. Bersiaplah untuk tantangan yang lebih besar di masa depan!."

Melihat kerjakeras mereka berdua sang kake seperti bangga dengan kedua cucunya itu. Ia berkata di dalam hatinya.

"Sepertinya mereka akan baik baik saja tanpa kake tua ini heheheeee..... "

Hari demi hari latihan mereka membuat hasil yang cukup bagus. Dimana sang kaka mampu mempelajari semua pelajaran dari kakenya mulai dari sihir dan cara menggunakan pedang. Akan tetapi itu berbeda dengan Ryuu, yang dimana dirinya tidak mampu menggunakan sihir maupun berpedang, hal itu tidak membuat dirinya merasa sedih justru itu membuat dirinya bersemangat.

Mungkin Ryuu tidak memiliki bakat dalam sihir maupun berpedang. Seberapa banyak usaha yang telah dia lakukan akan terasa sama saja.

Di malam hari sebelum masuk sekolah sihir.

Ryuu, kakanya dan juga ibunya sedang merayakan hasil latihan yang telah mereka berdua lakukan. Dengan cara makan bersama.

Ibunya ingin mengetahui apa saja yang telah mereka pelajari dalam latihan bersama kakenya. Ibunya bertanya lebih awal kepada sang kaka.

"Akio apa saja yang telah kamu pelajari selama latihan ini??."

Akiko (kaka) menjawab dengan penuh semangat.

"Aku mempelajari banyak hal dari kake, aku juga sudah bisa menggunakan sihirku sendiri dan juga cara bertarung yang hebat untuk melindungi orang lain."

Sang ibu begitu bahagia mendengar hal tersebut. Dirinya pun menaruh harapan kepada kakanya Ryuu.

"Begitu yaa... Jika suatu saat nanti kamu menjadi seorang kesatria sihir, ibu harap kamu bisa melindungi orang orang yang ada di kerajaan ini serta lindungilah adik mu dan bantulah."

"Baik bu, aku akan melakukan itu semua dan aku akan bertanggung jawab jika ada seseorang yang tidak bisa ku lindungi."

Ryuu hanya bisa tersenyum dan bangga kepada kakanya.

"Aku akan selalu mendukungmu kak, apapun yang terjadi."

Kakanya hanya bisa terdiam dan tidak banyak berbicara. Karena dia sudah tahu mengenai kekurangan Ryuu.

Melihat gerak gerik kakanya itu membuat sang ibu bertanya apa yang sedang di rahasiakan oleh mereka bedua.

"Akio, Ryuu apa yang sedang kalian rahasiakan."

"Tidak ada yang kami rahasiakan ko bu, kan Ryuu."

Ryuu merasa seharusnya ibunya tahu tentang dirinya yang tidak memiliki bakat, tidak seperti kakanya.

"Sepertinya ini sudah waktunya untuk ibu tahu, kak."

"Tapi Ryuu apa ini tidak masalah."

"Tenang saja kak."

Lalu Ryuu pun memberitahukan rahasia mereka berdua kepada ibunya.

"Jadi, sebenarnya aku tidak bisa melakukan apa apa selama latihan ini, aku sudah mencoba dan terus mencoba akan tetapi itu tetap sama saja."

Ibunya merasa tidak mengerti dengan perkataan Ryuu.

"Apa maksud Ryuu, ibu tidak mengerti."

"Intinya aku tidak bisa menggunakan pedangku, aku juga tidak bisa menggunakan sihirku bahkan aku tidak mampu merasakan energi sihirku sendiri.

Tapi ibu, percayalah padaku besok aku bisa membuat hal yang ajaib dimana aku bisa di terima sebagai murid sihir." Ryuu menangis.

ibunya langsung memeluk Ryuu dan memberikan semangat kepadanya.

"Teruslah berjuang, jangan pernah mencoba menyerah hanya karna dirimu tidak bisa melakukan apa apa, kamu boleh menangis tapi jangan pernah menyesali takdir mu sendiri, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi padamu nanti."

Sang kakapun ikut memeluk Ryuu dan meminta maaf.

"Maafkan kakamu ini, aku tidak bermaksud untuk tidak membantu, tapi aku juga merasa sedih dengan dirimu, jika kamu perlu bantuan minta tolong padaku."

Ke esokan harinya. Ryuu dan kakanya sudh siap untuk berangkat ke sekolah sihir. Tidak lupa mereka juga membawa senjata untuk tes masuk sekolah sihir.

"Baiklah.... Seharusnya ini sudah cukup, bagaimana dengan mu ryuu."

"Yaa, aku juga sudah membawa apa yang ku butuhkan."

"Kalo begitu sebaiknya kita segera berangkat Ryuu."

"Yaa... "

Lalu ibu mereka keluar rumah dan ingin mengatarkan mereka sampai depan ibu kota.

"Ibu akan mengantarkan kalian, sebelum kalian tidak tinggal lagi di rumah."

"Baiklah tapi hanya sampai depan sana, jangan terlalu jauh."

"Iyah, iya."

Kemudian merekapun berangkat.

Setelah sampai di ibukota kota kerajaan Celestia. Sang ibu berpamitan kepada mereka berdua.

"Dari sini ibu tidak akan lagi melihat kalian berdua. Kalian begitu cepat tumbuh ya."

"Kami pasti akan menjenguk sesekali kerumah."

"Ibu harap kalian bisa lulus dalam tes masuk sekolah ini, dan ingat apa yang di sampaikan ibu pada kalian."

Dengan penuh semangat Ryuu dan Akio.

"Tentu saja bu."

"Jaga diri kalian dan jangan terlalu memaksakan diri" sang ibu pergi meninggalkan mereka berdua.

Kini waktunya untuk bergegas cepat ke sekolah sihir. Dalam perjalanan Ryuu sempat menyuruh kakanya untuk pergi lebih dahulu.

"Sepertinya lupa sesutu waktu di jalan tadi, jadi kamu duluan saja kak."

"Hahhh..... Bukanya tadi kamu bilang sudah tidak ada lagi yang ketinggalan."

"Entahlah tapi aku yakin ada barang yang ketinggalan, jadi duluan saja" Ryuu pun berlari pergi.

"Dasar!!!..." dan pada akhirnya kakanya juga berlari menuju sekolah.

Ryuu sedang berada di tempat penempa besi. Dia pun masuk dan memberi salam kepada pemilik toko tersebut.

"Selamat pagi paman, bagaimana dengan pesanan ku."

"Ohh... Ryuu, pesananmu sudah selesai ku buat, ternyata memang susah untuk membuat nya, tapi itu bukan masalah bagiku."

"Begitu ya paman."

"Nah Ryuu, jika dipikir lagi apakah senjata mu itu benar benar kuat?? Bagiku itu terlihat lemah."

"Emmm.... Aku juga tidak tahu, tapi akan ku buktikan jika senjataku jauh lebih kuat dari yang lain."

Mendengar jawaban Ryuu pemilik toko itu tertawa.

"Ahaaahaaaahaaa.... Kau sangat menarik sekali, tunjukkanlah perkataan mu itu."

"Baiklah paman jika aku berhasil, suatu saat nanti tokomu jadi terkenal."

"Itu lah yang aku inginkan sedari dulu, sekarang pergilah sebelum terlambat."

"Baiklah paman, terimakasih banyak."

Lalu Ryuu pun bergegas pergi.

Pemilik toko melihat Ryuu pergi dengan senyuman bangga di wajahnya. Setelah itu, dia berbalik ke arah karyawannya yang lain.

Lalu Karyawan bertanya.

"Tuan Hiroshi, apakah kamu yakin dengan keputusanmu untuk membantu Ryuu?"

"Tentu saja. Aku melihat potensi besar dalam dirinya. Dia memiliki semangat dan tekad yang langka. Saya yakin dia akan mencapai kesuksesan besar di masa depan."

Karyawan itu merasa ragu dengan senjata yang baru saja Ryuu dapatkan. "Tapi senjata yang dia pesan terlihat biasa saja. Apakah dia benar-benar bisa membuktikan kekuatannya?"

Sang pemilik tokoh itu begitu percaya pada Ryuu.

"Kekuatan sejati tidak hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada hati dan semangat seseorang. Aku percaya pada Ryuu, dan aku yakin dia akan membuktikan dirinya suatu hari nanti."

Tepat pada waktunya Ryuu hampir saja terlambat. Dirinya melihat begitu banyak sekali murid yang akan mengikuti tes sekolah sihir tersebut. Dia tidak melihat kakanya karna terlalu banyak murid murid lain yang akan mendengar pidato dari para ksatria sihir.

"Sepertinya aku harus berpisah dengan kaka ku."

Kemudian semuanya mulai berbaris di depan taman sekolah sihir. Mereka semua begitu bersemangat setelah melihat 5 kesatria sihir dan 5 kesatria Pilar.

Salah satu dari kesatria itu maju dan memperkenalkan dirinya.

"Selamat pagi..... Dan selamat datang di sekolah sihir! Saya adalah Lucius Frostblade seorang kesatria sihir. Lalu mereka berempat adalah kadidat yang saya pilih Damian Thunderclaw, Gabriel Stromrider, Asher Nightshade dan Luna Moonfire. Hari ini adalah hari yang istimewa, di mana kita semua berkumpul di sini untuk merayakan semangat dan keajaiban sihir yang ada dalam diri kita. Saya, sebagai salah satu kesatria sihir, ingin berbicara kepada kalian semua."

Murid-murid bersemangat mendengarkan

"Pertama-tama, yang ingin ku ucapkan terimaksih kepada kalian semua yang telah berkumpul untuk mendengar pidato ini.untuk tes masuk sekolah sihir ini. Kalian harus melalui beberapa tes dan di akhiri dengan pertandingan duel dengan kandidat sihir. Jika kalian mampu membuat kadidat sihir itu mengakui kalian itu berarti kalian lulus tes tersebut.

Jika tidak maka kalian akan di pulangkan. Maka dari itu tunjukan lah kekutan kalian jangan ragu dan jangan tertekan."

Murid-murid Berteriak dengan penuh percaya diri

"Buktikanlah jika kalian juga mampu melalui kami dan yang lainya. Kita semua berdiri disini untuk menjaga perdamaian yang ada di kerajaan ini dan membasmi kejahatan yang ada.Kami, kesatria sihir, hadir di sini untuk memberikan bimbingan dan melindungi kalian dalam perjalanan kalian menjadi ahli sihir yang hebat. Kami telah melalui banyak petualangan dan tantangan, dan sekarang saatnya bagi kalian untuk mengikuti jejak kami."

Murid-murid Antusias

"Jika ada dari kalian yang tidak bisa menggunakan sihir, kalian tenang saja. Disini tidak hanya ada kesatria sihir aja, disini juga ada kesatria pilar, yang mempunyai kekuatan fisik yang luarbiasa. Meskipun kami berbeda akan tetapi kami saling melengkapi satu sama lain. Jadi ketika tes di mulai kalian akan di bagi menjadi 2 yang mempunyai sihir dan yang tidak mempunyai sihir. Apakah kalian semua mengerti."

Para murid berteriak

"Kami mengerti."

"Namun, ingatlah Sihir dan kemampuan fisik juga mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, dan kebaikan. Gunakan sihir dan kemampuan fisik kalian untuk melindungi yang lemah, membantu yang membutuhkan, dan menjaga keseimbangan dunia ini."

Murid-murid mendengarkan dengan serius

"Itu saja yang ingin ku sampai kan. Kami akan menunggu dan menyaksikan kemampuan kalian. Nah... Perlihatkanlah kekuatan kalian."

Para kesatria sihir dan kesatia pilar pun pergi. Sedangkan para murid murid sudah tidak sabar untuk menyelesaikan tes tersebut, mereka begitu penuh semangat yang tinggi.

Ryuu begitu terpukau melihat para kesatria.

"Jadi itu, para kesatria sihir kerajaan ini."

"Kelulus tes ini adalah berduel melawan salah satu dari mereka dan jika orang itu mengakui kehebatan kita maka kita berhasil lulus dari tes ini. "

Entah kenapa dirinya sedikit kebingungan dan terlihat panik.

"Oii!!!... Oiii!!!... Ini akan sedikit merepotkan." Ucap dirinya dalam hati.

Pendaftaran murid sedang di mulai, seperti yang di katakan kesatria sihir lucius, mereka akan di bagi menjadi dua kubu. Kubu pertama khusus orang orang yang mampu menggunakan sihir sedangkan kubu kedua di isi oleh orang orang Dengan kemampuan fisik yang luarbisa disertai gaya bertarung yang hebat.

Setalah para murid selesai mendaftarkan dirinya masing masing kini mereka, mulai memasuki aula tes kemampuan yang berbeda. Disana juga terlihat Ryuu yang sedang akan memasuki aula tersebut. Namun saat ia hendak masuk sang kaka memanggilnya terlebih dahulu.

"Ryuu!!!!!.... Tunggu sebentar."

Mendengar kakanya berteriak memanggil namanya Ryuu berhenti.

"Ohhh.... Kakak, ada apa?."

Kakanya begitu marah saat dia menghampirinya.

"Kau ini..... Darimana saja, aku sangat mencemaskan mu."

"Aaa.... Ahhh... Bukanya aku sudah memberitahu mukan?..hehe."

"Jadi!!!! Apa yang kamu tinggalkan."

"Yaaa.... Eeeee... Ituuu.... Eeee." Ryuu ingin memeberithu kakanya soal senjata yang dia ambil dari penempa besi tadi. Tapi dia pikir kakanya tidak akan tahu soal senjatanya.

Tanpa pikir panjang Ryuu memperlihatkan senjata yang dia bawa, dalam keadaan di bawa olehnya.

"Tadi aku mampir ke toko penempa besi untuk mengabil barang ini."

Sesuai yang dipikirkan olehnya. kakanya tidak tahu senjata itu.

"Ehhh..... Apakah ini benar benar sebuah pedang??? Kenapa ini berbeda dengan yang lainnya."

"Emmmm... Ini memang bukan seperti milikmu, Tapi ini sesuatu yang aku ingin kan, itu dia benar sesuatu yang ku inginkan." Jawaban Ryuu tidak masuk akal, dia tidak ingin kakanya tahu tentang senjata miliknya.

"Ooohh.... Ya sudah... Mulai sekarang kita harus melakukan yang terbaik, agar kita dapat masuk sekolah ini."

"Memang itukan tujuan kita kak."

"Yaaa..... Saat aku bertanding nanti jangan lupa lihat pertandingan ku."

"Maaf kak... Mungkin akan sulit bagiku, karna aku akan berlatih, ketika ada waktu luang."

"Mmmm.... Baiklah, aku mengerti maksudmu, kalo begitu bairlah aku yang menyaksikan pertandingan mu nanti."

"Terimakasih kak."

"Baik..... Mulai sekarang kita akan berpisah terlebih dahulu dan kembali lagi jika berhasil." Kakanya pun pergi meninggalkan Ryuu.

"Sekarang apa yang harus kulakuakan."

Ryuu bergegas dengan wajah yang begitu serius.