Malam hari yang dingin di iringi hujan di sebuah desa, yang dimana Ryuu sedang makan malam bersama kakenya. Di malam tersebut Ryuu berbicara yang terlihat seperti begitu serius.
"Nah, kake aku ingin bebicara sesuatu padamu"
"Apa yang ingin kamu bicarakan, sepertinnya ini akan menjadi pembicaraan yang serius" ucak kakenya.
"Baiklah kalo begitu, setelah lulus nanti biarkan aku yan mengurus/menjaga dojo mu kake" Ryuu memohon kepada kake nya.
"Jika ada pilihan lain selain mengurus dojo kake, kenapa kamu tidak memilih yang jauh lebih penting untuk mu nanti" ungkap kake sambil meminum teh.
"A. . Aaa. . Aku hanya tidak ingin jauh darimu, meskipun itu pilihan yang buruk bagimu tapi bagiku itu adalah pilihan yang terbaik" Ryuu mencoba menjelasakan nya.
"Kake adalah satu satu nya orang yang kumiliki, jadi jika suatu nanti kake jatuh sakit. Aku bisa merawat mu nanti, hanya itu yang ku minta aku tidak ingin merepotkan dirimu lagi, sudah cukup bagiku dan mulai sekarang akulah yang akan membantu mu, aku mohon biarkan aku yang mejaga dojo kake." Ryuu memohon di hadapan kake nya.
Awalnya kake Ryuu seperti tidak memperbolehkan Ryuu untuk menjaga dojo nya. Karena bagi kake nya masih banyak jalan yang jauh lebih bagus untuk masa depan Ryuu. Namun karna Ryuu adalah satu satu cucu yang dia miliki mau tidak mau dia harus percaya kepada cucu nya.
"Yaa, kau boleh mengurus dan menjaga dojo kake. Jika memang itu adalah pilihan yang bagus untuk mu maka kake hanya bisa mendukung mu" kake terseyum.
"Jika kita ingat dulu, lebih tepat nya waktu dirimu masih kecil, kake selalu membuat mu marah,menangis,bahkan takut saat latihan di dojo. Tetapi itu semua demi kebaikan mu, jika nanti ada masalah dengan orang jahat kamu bisa bertarung dengan ilmu yang kake ajarkan padamu." Tatapan kake nya berubah seperti merasa bangga.
"Tentu saja aku tidak akan melupakan kenangan itu. Yaa. . . Meskipun masalaluku yang amat menyeramkan heheheee. . . " Ryuu tertawa.
"Sekali lagi termakasih kake, terimakasih telah merawatkun dan lain segalanya. Kini giliran aku yang membalasa budi." Ucap dirinya sambil tersenyum.
Kake nya hanya bisa menganggukan kepalanya, dia berpikir memang saat dirinya beristirahat dengan penuh karna usia nya yang sudah tidak memungkinkan untuk selamanya menjaga dojo tersebut.
Kemudian setelah berbiacara satu sama lain dengan kakenya. Kini Ryuu pergi ke kamar untuk segera tidur. Sebab esok hari adalah hari terakhir dia akan bertemu dengan teman teman sekolah nya.
Ryuu yang akan tidur dia melihat sebuah foto ibu nya. Lalu dia meminta doa nya agar dirinya mampu bertanggung jawab apa bila dia sudah benar benar mengurus dojo milik kake nya itu.
"Sudah 13 tahun aku tidak melihat ibu, kini umur ku sudah 18 tahun, aku hanya meminta doa agar diriku mampu melaksanan tugas ku dan tanggung jawab ku, meskipun tanpa dukungan darimu aku akan tetap berjuang demi meraih mimpi ku. Meskipun itu tidak masuk akal setidaknya aku sudah membuktikan bahwa aku juga bisa, ibu apa kamu melihat ku darisana??. . Semoga kamu mendengar apa yang ku sampaikan ini" Ryuu pun menyalakan beberapa lilin di dekat foto ibunya. Dan sekarang Ryuu sudah bisa tidur dengan nyenyak.
Di dalam tidur yang nyenyak itu. Ryuu bermipi sesuatu, dimana dia sedang berdiri di tempat yang begitu luas, banyaknya rumput tinggi, angin yang cukup kencang.
"Dimana ini???apakah ini mimpi??." Ryuu bertanya tanya.
"Tempat ini begitu luas, bahkan aku tidak melihat sebuah pohon satupun dan bukit. " lanjut Ryuu dengan penasaran.
Dari tempat yang begitu luas dan indah. tiba tiba menjadi tempat peperangan yang begitu mengerikan. Ada banyak sekali orang yang berperang bahkan tidak hanya manusia yang ikut berperang, ada berbagai mahluk lainya yang ikut serta dalam peperangan. Hal tersebut membuat Ryuu mejadi panik dia belari kesana kemari, namun itu hanya sia sia.
"Kenapa. . . . Apa yang sedang terjadi. . . Kenapa ada peperangan seperti ini dan mahluk apa mereka. Apakah ini sebuah mimpi??. . . Apa yang harus kulakukan." Ryuu benar benar bermimpi sesuatu yang buruk bagi nya.
Dia mencoba untuk bangun dari mimpi tersebut tapi itu hanya sia sia. Lalu dalam mimipi itu ada satu orang yang berbicara padanya dia mengatakan.
"Kau. . . Kau adalah anak dari ramalan itu kan??.."
Ujar orang tak dikenal itu.
Ryuu tidak begitu mengerti dengan perkataan orang tersebut. Lantas dia bertanya padanya.
"Apa yang kau maksud hah. . . Dan siapa kau ini."
Orang itu hanya tertawa kepadanya.
"Hahahaaaa. . . . Kau akan mengerti apa maksud mimipi ini, dan kau juga akan mengetahui siapa diriku. Setelah kau mengetahuinya kau akan menolak hal itu."
"Kau. . . . . Apa kau maksud aku tidak mengetahui nyaa. . . . . . . " seketika Ryuu pun terbangun dari mimpinya dan hari pun sudah pagi.
13-9 selasa hari akhir di sekolah.
Ryuu yang dalam perjalan sekolah terlihat banyak pikiran di tambah dia bermimpi hal yang aneh. Bahkan dia tidak mendengar ada seseorang yang memanggil nama nya.
"Selamat pagi Ryuuu. . . . . . " Alice bertiriak dari jauh kepada Ryuu.
Namun Ryuu tidak merespon hal itu. Dia tetap berjalan dengan lamunannya. Melihat tingkah laku Ryuu yang seperti tidak biasanya. Akhirnya alice belari kepada nya dan mencubit tangan Ryuu.
Rasa sakit yang tiba-tiba menyebar di lengan Ryuu, membuyarkan lamunannya. Dia menoleh, melihat Alice yang tampak khawatir. '
"Apa yang baru saja kamu lakukan, itu sakit lo... " ujar Ryuu, mengusap tempat yang dicubit Alice.
Dia mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya, berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa dia benar-benar terganggu oleh mimpi anehnya.
Ryuu menatap Alice, mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum berbicara.
"Tidak apa-apa, aku hanya gugup untuk kelulusan ku ini, itu saja. "ujarnya, berusaha untuk membuat suaranya terdengar meyakinkan.
Dia berharap Alice tidak melihat keraguan di matanya, atau merasakan getaran di suaranya. Dia tidak ingin Alice, atau siapa pun, tahu tentang mimpi anehnya dan kekhawatiran yang mulai tumbuh di dalam dirinya.
"Begitu yaa. . Aku pikir kamu sedang ada masalah, sebentar lagi bel sekolah akan bunyi, jadi cepatlah." Alice menggegam tangan Ryuu dan mengajaknya belari.
Acara kelulusan pun di mulai dari pesan pesan yang diberikan oleh guru gurunya pada para siswa sampai sebuah pidato dari ketua osis dan lain sebagainya.
Kelangsungan acara tersebut bigitu cukup lama, disaat teman teman nya Ryuu mulai maju kedepan satu persatu. Ryuu di telpon oleh tetanga nya, dia memberitahukan bahwa kake nya sudah meninggal.
"Ryuu. . . Ini kabar buruk. . . Kamu harus menerimanya" ucap tetangga nya.
Mendengar hal itu Ryuu begitu panik dia tidak tahu apa apa.
"Apa yang kamu bicarakan, kabar buruk seperti apa dan kenapa aku harus menerinya apa yang kamu maksud." Air mata Ryuu begemilang.
Alice, Airis dan Karatsugi juga terlihat sedih mereka mengerti apa yang sedang terjadi.
Lalu sang tetangga itu melajutkan pembicaraannya.
"Ryuu. . . Kakemuuu sudah tidak lagi." Dia terdengar menangis dan tidak sanggup mengatakan nya lagi.
"Kake. . . In. . . Iniii bercada kan, itu semua hanya kebohongan biasa kan." Ryuu mencoba tegar namun tidak bisa. Air mata pun mulai keluar tak kuasa dia tahan. Ketiga teman nya juga tidak percaya dengan kejadian yang sedang berlangsung.
Ryuu pun berdiri dan meminta ijin kepada guru guru nya.
"Mohon maaf,atas ketidak sopanan saya. Saya meminta ijin untuk pulang sebentar ada sesuatu yang harus aku kulakukan di sana." Ryuu menundukan kepalanya.
Tanpa banyak bicara Ryuu pun belari secepat mungkin untuk kerumah nya. Disertai tangisan yang ia keluarkan di tambah ingatan di antara Ryuu dan kakenya muncul di isi pikiran nya.
Tidak lupa dengan ketiga teman nya meraka mengejar Ryuu. Mereka pikir seharus ini akan mejadi sesuatu hal yang baik dan indah. Akan tetapi sebaliknya. Dan benar setelah sampai dirumah dia sudah melihat sebuah peti mati di ruangan tamu. Ryuu benar benar terpecah tangisan nya melihat hal itu Ryuu pergi ke dojo kake nya untuk mengeluarkan semua tangisan nya dan juga penyesalan nya.
"Kenapa. . . . Kenapa. . . Selalu seperti ini. . . Hahhhhh"
"Apakah haya ini yang bisa kulakukan, menangis, menyesal, perjungan ku bertahun tahun berakhir begini. Aku hanya ingin melihat kake bahagia saat melihat ku lulus dari sekolah"
"Itu saja yang aku ingin kan. . . . Takdir, kenyataan aku selalu menerimanya. . . . Selalu dan selalu. . . "
"Aaaaaaaaaa. . . . . . . . . Siallll. . . . . . Kenapa tidak diriku saja yang matii. . . . . . Siallll. . . . ."
Ryuu benar benar sedih di iringi rasa penyesalannya. Dia melempar semua barang barang yang ada di dojo itu. Ryuu sudah kehilang jalan yang baru saja ia temukan.
Taka lama teman temannya juga datang. Mereka terlihat begitu sedih sekaligus tidak percaya.
"Ini. . . . Tidak mungkin kan??." Airis tidak kuasa menahan rasa sedih nya.
"Takdir tidak ada bisa di bantah, kita tidak tahu sampai kapan kita hidup dan mati." Karatsugi memeluk Airis.
Alice sedang mencari Ryuu. Sebab dia tidak melihat keberadaan Ryuu. Dia mencari kemana mana tetapi tidak menemuinya. Hingga tibalah Alice di sebuah dojo sedikit jauh dari rumah milik kakenya Ryuu. Alice pun masuk ke dalam dojo tersebut. Di dalam sana begitu berantakan barang barang berserakan dimana mana. Lalu dia pun melihat Ryuu yang sedang duduk di lantai disertai tangisan dan penyesalan nya.
Melihat hal itu Alice mencoba berbicara dengan nya.
"Ryuu. . . . Apa kamu baik baik saja?." Alice mendekti nya.
Namun Ryuu tidak merespon. Dia seperti mengabaikan nya.
"Mungkin ini berat bagimu, tapi bukan berarti kamu harus seperti ini kan?." Alice mencoba berbicara lagi.
"Nah. . . Alice aku ingin bertanya sesuatu padamu"
"Apakah aku . . . . . Apakah aku. . . Seseorang yang tidak berguna." Ryuu mulai berbica.
"Tidak. . . Kamu bukan orang yang seperti itu"
"Yaa. . . Kamu tidak salah. . Tapi . . . Kenapa ini selalu terjadi, kematian ibu adalah salahku. Disaat aku berumur 5-6 aku berhasil melakukan sesuatu yang membuat ibu bangga. Lalu dia menyuruhku untuk meminta sesuatu." Nada suara Ryuu yang begitu penuh penyesalan.
Ryuu pun melanjutkan cerita nya.
"Apakah kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya. . Alice?."
Alice tidak bisa mengatakan apa apa dia hanya terdiam.
"Saat itu aku meminta untuk jalan jalan dengan sebuh mobil dan cuaca saat itu tidak mendukung. Ibu menolak hal itu, aku menangis dan menangis agar apa yang kuminta di kabulkan oleh nya. Ternyata ibuku mengerti perasaan ku. Lalu ibu dan aku mulai berangkat untuk jalan jalan di tepian bukit yang cukup tinggi. Disinilah sesuatu yang mengerikan terjadi. Hujan yang begitu deras dan di iringi suara gemuru petir membuat ku takut. Ibuku memutar balik arah jalan ke arah jalan pulang. Tapi saat akan memutar ada sebuah mobil lain dari sisi yang berbeda dengan kecepataan yang cukup tinggi. Kedua mobil pun saling terbentur, di saat itu aku baru sadar dalam keadaan cukup parah, aku melihat ibu yang sudah tidak berdaya di depanku, aku tidak bisa berbuat apa apa, ini semua salah ku.
Aku adalah orang yang membuat orang terdekat ku pergi untuk selamanya, disaat aku akan meraih sesuatu pasti akan ada kematian."
Alice mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati saat Ryuu berbagi ceritanya. Dia mencoba memahami perasaan yang sedang dirasakan oleh Ryuu dan ingin memberikan dukungan.
"Aku bisa merasakan betapa beratnya beban yang kamu pikul, Ryuu." kata Alice dengan lembut.
"Tapi kamu harus tahu bahwa ini bukan sepenuhnya salahmu. Kematian ibumu adalah sebuah kecelakaan yang tidak bisa kamu prediksi atau kendalikan. Kamu hanya seorang anak kecil pada saat itu, dan tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk mengubah kejadian itu."
Alice melanjutkan,
"Kamu bukanlah orang yang tidak berguna, Ryuu. Kamu adalah seorang yang berharga."
Ryuu yang mendengar perkataan itu seketika membatah.
"Berisikkk. . . . . . . Kau tidak akan mengerti apa apa. Aku hanya ingin bahagia aku tidak peduli apa pendapat orang lain mengenai diriku." Ryuu pun pergi keluar meninggalkan Alice.
Alice yang mencoba untuk menenangkan Ryuu. Akhirya dia juga harus mengejar nya.
Ryuu yang terus belari tanpa sepengetahuan dirinya. dia telah sampai di sebuah persimpangan jalan. Sedangkan Alice tepat berada di belakang nya mencoba untuk menghentikan Ryuu.
"Ryuu berhenti. . . . . . Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu, jika memang itu berat bagimu biarkan aku membantu menanggung bebanmu juga." Ucap Alice dengan berteriak.
Apa yang telah Alice katakan tidak di dengar oleh Ryuu. Dia hanya terus belari dan belari.
Namun, saat mereka mencapai persimpangan jalan, Alice melihat Ryuu berjalan ke tengah jalan tanpa memperhatikan lalu lintas yang sedang berjalan. Alice berteriak dengan keras, "Ryuu, hati-hati!"
Tapi sayangnya, Ryuu tidak mendengar teriakan Alice. Ryuu melahat kebelakang dan menatap Alice dengan mata yang penuh air mata dan mengatakan.
"Terimakasih. . . Alice kamu selalu peduli padaku." Ryuu tersenyum lebar.
Suara klakson mobil berbunyi ker
"Bip bip bip! (suara klakson mobil terus berbunyi)"
"Kreeeek! (suara rem mendadak)"
benturan keras pun terjadi dan pecahan kaca mobil dimana mana. Yang mengakibatkan kematian Ryuu.
Ryuu Terbangun dalam alam sadar, melihat seorang wanita misterius di hadapannya.
"Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?." Tanya Ryuu kepada wanita itu.
"Aku adalah seseorang yang telah hadir dalam alam sadarmu, Ryuu. Aku datang untuk membantumu dalam perjalanan hidupmu yang baru." Wanita misterius itu mencoba memberitahukan dirinya.
"(Tertegun) Bagaimana kamu tahu namaku? Apa arti dari semua ini?" Ryuu kembali bertanya.
"Aku memiliki pengetahuan tentangmu, Ryuu, karena aku adalah pandanganmu sendiri yang bijaksana. Aku hadir untuk membimbingmu melewati masa lalu yang sulit dan membantumu menemukan jalanmu yang sejati." Wanita itu mencoba membantu Ryuu.
"Tapi apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa memulai hidup yang baru setelah semua kesalahan yang telah aku lakukan?." Ryuu terlihat bingung.
"Pertama, Ryuu, kamu harus belajar memaafkan dirimu sendiri. Kesalahan adalah bagian dari kehidupan, dan mereka membentuk kita menjadi orang yang lebih baik. Terimalah masa lalu dan gunakan pengalamanmu untuk tumbuh." Jelas wanita misterius.
"Tapi bagaimana aku bisa melupakan semua kesalahan yang telah aku lakukan? Bagaimana aku bisa menemukan tujuan hidup yang baru?." Kali ini Ryuu merasa ragu.
"Kesalahanmu adalah bagian dari perjalananmu, Ryuu. Mereka tidak mendefinisikan siapa kamu. Cobalah untuk melihat ke dalam dirimu, temukan kekuatanmu yang sejati, dan ikuti panggilan hatimu. Hanya dengan melihat ke dalam, kamu akan menemukan tujuan hidupmu yang sejati." Wanita tersebut memberitahukan kesalahan apa yang telah dibuat oleh Ryuu.
Ryuu memandang wanita misterius dengan penuh harap.
"Apakah kamu bisa membantu aku menemukan jalan hidupku yang baru?."
"Aku akan membimbingmu, tetapi ingatlah bahwa perjalanan ini adalah milikmu sendiri. Aku hanya bisa memberikan petunjuk, tetapi kamu harus menemukan jawabannya sendiri. Percayalah pada dirimu sendiri, Ryuu, dan jangan pernah takut untuk mencari kebahagiaan yang sejati." Jelas wanita itu.
Ryuu mengangguk dengan tekad.
"Terima kasih, aku akan mencoba. Aku berharap bisa menemukan kedamaian dan makna hidup yang baru."
"Percayalah pada proses ini, Ryuu. Jangan pernah berhenti mencari dan berusaha. Kamu memiliki potensi yang luar biasa, dan aku yakin bahwa kamu akan menemukan jalanmu yang sejati." Wanita tersebut menghilang.
Tak lama setelah menghilangnya wanita misterius itu. Ryuu terbangun dan dia tidak percaya bahwa apa yang dikatakan oleh wanita itu memang lah benar. Yang dimana Ryuu telah terlahir kembali di dunia barunya sebagai bayi kecil dari keluarga suzuki yaitu:
Yumiko Suzuki (ibu) dan Akiko Suzuki (kaka perempuan).