Chapter 4 - Hope

Beberapa hari telah berlalu, Arvid sekarang berada di kamar apartemen yang ia datangi beberapa jam sebelumnya dan sedang melihat keadaan luar melalui jendela. Terlihat beberapa kawanan zombie sedang berjalan tanpa arah dan terkadang menyerang zombie lainnya dan memakannya seolah olah itu adalah makanan enak, Arvid hanya bisa menghela napas dengan berat melihat pemandangan tersebut dan mulai memeriksa perkembangan dirinya

[ Name: Arvid Avlore ]

[ Age: 16 ] [ Sex: Male ]

[ Race: Human ]

[ Core: None ( 163/1000 ) ]

(Attribute)

[ Strength: 24           Endurance: 35 ]

Agility: 26                  Sense: 25

Stamina: 24               Mana: 30

[ Vitality: 27              Durability: 33 ]

[ Attribute point: 20 ]

[ Fragment Upgrade: 7 ]

[ Reward:

- Comprehension Languange

- Mask 'The devil' ]

[ Ability: None ]

[ Skill:

- Pain reliever (mortal) ( 0/10,000 )

- last battle (mortal) ( 0/10,000 )

- combat master (mortal) ( 0/10,000 ) ]

[ Equipment:

- Chern (Broken) ( 0/1,000 )

- Warmer domination (mortal) ( 0/10,000 )

- shield of Jody'l (mortal) ( 0/10,000 ) ]

"Haa, Aku hanya bisa mendapatkan 63 pecahan walaupun aku sudah membunuh lebih dari 1000 zombie. Sepertinya aku harus beralih ke makhluk lain agar bisa bertambah kuat dengan cepat sambil memikirkan rencana selanjutnya untuk mencari kakakku" Katanya sambil berbaring di kasurnya dan memikirkan tentang kondisi kakaknya yang saat ini masih tidak diketahui, apakah ia masih hidup atau tidak dan dimana dia sekarang.

'Sebaiknya aku harus berhenti memikirkan nya dan kembali tidur, besok aku harus mengisi stok makanan dan minuman ku sekalian mencari petunjuk apapun mengenai kakakku'

pikirnya saat kelopak matanya perlahan menutup dan berhenti melihat dunia untuk sementara waktu.

Beberapa saat telah berlalu, saat ia ingin melanjutkan istirahat nya. Arvid tiba-tiba mendengar suara tembakan revolver beserta teriakan dari para manusia dibawah sana.

Ia pun spontan terbangun dan langsung melihat situasi dari atas apartemen terlihat sebuah kelompok yang berisi 12 orang sedang terjebak oleh ratusan zombie yang mengepung mereka dari berbagai arah bahkan salah satu dari mereka telah terbunuh yang membuat kelompok mereka makin terpukul dan tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

'Apakah aku harus membantunya atau menunggu sedikit lebih lama lagi agar sesuatu yang mengejutkan muncul' pikirnya saat melihat kelompok tersebut dari kejauhan,ia tidak ingin mati sia-sia hanya karena ingin menyelamatkan mereka semua dari para zombie. Walaupun arvid bisa saja menghabisi para zombie tersebut dengan cepat, bisa saja muncul hal yang lebih berbahaya dari pada ini. Untuk sekarang ia mungkin hanya mau mengamati mereka tanpa ikut campur urusan mereka. Setelah sekian lama menunggu, beberapa saat kemudian muncul kelompok yang berisi 3 orang dari belakang kawanan zombie dan mulai membunuh mereka dengan cepat dan tepat dengan mudah seolah itu adalah benda lunak bagi mereka.

Kelompok lain yang melihatnya segera bersemangat dan mulai bertarung sekuat mungkin agar bisa bertahan dan diselamatkan oleh mereka.

Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sudah membunuh semua zombie di tempat tersebut dan segera berpencar untuk mulai menjarah lembaran yang jatuh dari zombie itu.

Arvid yang melihatnya dari atas hanya bisa mengerutkan kening akan hal yang mereka lakukan.

" Sepertinya para 'the watcher' sudah mulai membeberkan hal-hal yang berhubungan dengan 'owner letter'.

Sekarang rencanaku untuk mengelabui mereka untuk mendapatkan lembaran itu mungkin tidak berguna. " Katanya dengan desahan lemah yang terdengar di ruangan itu. Entah kenapa, Saat ia sedang mulai menutup tirai kamar tersebut.

Tanpa diduga, hal mengejutkan lainnya muncul di depan matanya.

Saat mereka sedang menjarah harta itu,mereka menyadari ada yang mendekat ke arah kelompoknya dengan kecepatan tinggi. Sekelompok yang berisi tiga puluh hingga tiga puluh lima orang laki-laki yang datang entah dari mana muncul di hadapan kelompok tersebut dengan cepat dan mulai mengepung mereka dari berbagai arah. Kemudian seorang laki laki yang berumur pertengahan tiga puluhan maju diantara mereka dan memulai pembicaraan mereka.

" Perkenalkan nama saya rev orwal, saya sebagai pimpinan divisi dari organisasi 'the cried' ingin.... "

" Langsung saja ke inti permasalahannya, rev orwal " Sela laki laki itu yang sepertinya pemimpin dari kelompok lawannya. Rev yang mendengarnya hanya bisa menghela napas dan mulai menunjukkan warna aslinya

" Hahahaha, sepertinya kalian memang tidak bisa bekerja sama ya. Sepertinya kami harus menggunakan cara paksa " Katanya dan mulai memanggil senjatanya. Terlihat sebuah gada dengan warna hijau kehitaman muncul ditangan kanannya, sambil mengarahkan senjatanya ia berkata

" Intinya Aku ingin jika kalian menyerah dan menyerahkan perempuan serta lembaran yang ada di tangan kalian. Dengan itu mungkin kami akan membiarkan kalian hidup dan menjadi budak kami. Iyakan teman-teman? " Sorak rev dengan teriakan keras dan tertawa yang membuat kawanannya segera ikut tertawa dan mulai mengangguk akan perkataan pemimpin mereka itu.

Disisi lain, kelompok yang dirundung itu mulai marah hingga 3 orang kuat di kelompok itu mulai menggenggam senjata mereka lebih kuat lagi dan menatap mereka dengan ekspresi tajam yang membuat lawan mereka segera diam untuk sesaat hingga pimpinan mereka segera menghela napas dan mulai menunjukkan giginya yang mengerikan.

Kemudian muncul seorang wanita yang merupakan pimpinan dari kelompok itu. Ia mulai mengeluarkan Rapier nya dan mengacungkan nya ke arah mereka. Rev yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan berkata

"Jadi kalian tidak mau menyerah ya, sepertinya aku harus mengajari kalian kapan harus menyerah " Katanya dan segera berteriak yang menandakan dimulainya perang.

Orang dari kelompok Rev segera maju dan mulai menyerang lawannya dengan gila, walaupun mereka memiliki pasukan yang lebih banyak. Mereka masih belum bisa untuk menumbangkan kelompok lawan

Setelah beberapa saat , segera itu berakhir dengan cepat ketika kelompok yang lebih sedikit mulai kehilangan anggota nya satu per satu hingga tersisa 3 pimpinan tadi dan 4 wanita yang ada di kelompok tersebut. Kondisi mereka sangat parah, bisa dilihat dengan banyak luka yang didapatkan di tubuh mereka.

Rev yang menyadari hal tersebut mulai menghentikan anggotanya dan berdiri menghadap kelompok yang mengalami kekalahan tersebut. Ia mulai mengeluarkan sebuah seragam yang sama dengannya dan melemparkannya ke tengah.

" Jika anda membunuh salah satu dari kelompok anda dan membawa nya kesini. Anda dapat bergabung dengan kami " Ujarnya sambil tersenyum kecut yang membuat seluruh orang di kelompok itu seketika merinding dan mulai menatap sesama kelompoknya satu sama lain.

Untuk sesaat mereka tidak menyadari apa yang ia katakan tetapi segera mereka langsung waspada satu sama lain, mulai takut ada salah satu dari mereka yang berkhianat dan menyerang mereka.sementara para wanita sedang waspada dan khawatir dengan apa yang terjadi,pemimpin wanita itu masih memikirkan rencana untuk melarikan dari situasi ini Tetapi segera seolah-olah ada yang menjawab pertanyaannya dua laki-laki yang merupakan pimpinan dari kelompoknya segera tersenyum lebar mengarah ke salah satu pimpinan yang merupakan wanita. Seolah menyadarinya, wanita itu sedikit gemetar dan mulai menatap kedua laki-laki itu. Ia kemudian bisa mendengar kata kata yang dilontarkan mereka. Itu berisi

' sampaikan permintaan maaf kami '

Wanita itu hanya bisa menggertakkan giginya dan bertanya mengapa ia harus mengorbankan temannya disini dan mengapa mereka tidak bisa berjuang bersama-sama. Seolah-olah ada yang menjawab isi hatinya ia melihat para wanita tersebut sedang menatap ke dirinya dengan mata harapan dan meminta pertolongan darinya. Ia kemudian baru menyadari bahwa ada beban yang harus ia pikul saat melindungi mereka dan ia harus membuat pilihan sekarang. Setelah beberapa saat ia hanya bisa mengganguk pelan atas kata kata mereka. Seolah senang dengan keputusan yang ia ambil, kedua laki laki itu mulai bersiap-siap dan segera melemparkan serangan kuat mereka sambil memberikan waktu yang lainnya untuk lari.

Rev yang melihat hal itu mulai geram dan mulai menyuruh para anak buahnya melawan kedua anak laki laki itu, sedangkan dirinya pergi untuk menangkap kelompok yang kabur tersebut.

Saat laki laki itu ingin mencegah hal itu, mereka langsung diserang dari berbagai arah yang membuat mereka alhasil terluka dan mulai kehilangan dirinya disini.

' apakah kami akan mati disini ' pikirnya, saat melihat ke bawah dengan tatapan yang menandakan bahwa ia akan menyerah tetapi ia segera menyadari bahwa ia harus memberi waktu kepada temannya agar bisa keluar dari situasi ini. Ia pun kembali dan melihat kesamping dan menemukan temannya sedang gemetar dengan mata terpaku ke depannya dan tangan menunjuk sesuatu, seolah ia tertarik dengan itu. Ia mulai melihat kedepan dan melihat pemandangan mengerikan terpampang di matanya.

Sekelompok prajurit milik Rev tersebut sudah menjadi Mayat yang berserakan di tengah jalan dan ditengah tengah ada seseorang dengan topeng menyeramkan di wajahnya sedang menatap ke arah mayat dengan tatapan kosong sambil menggenggam pedang yang berlumuran darah tersebut. Untuk sesaat ia mulai bergetaran dan tidak bisa bergerak dari tempat tersebut seolah-olah jika ia bergerak ia akan mati. Tetapi terornya tidak habis sampai disitu, sosok tersebut mulai mengangkat kepalanya dan mulai menatap ke arah mereka yang sedang tidak bisa bergerak tersebut. Tempat tersebut menjadi hening untuk sesaat karena hal itu. Kemudian setelah beberapa detik, ia mulai kehilangan minat diantara mereka berdua dan pergi dari tempat tersebut.

Setelah ia pergi, kedua orang tadi langsung terjatuh dengan banyak keringat dingin menetes dari tubuhnya. Mereka tak bisa tidak memikirkan banyak hal tentang tadi, ia memikirkan banyak pertanyaan yang terbesit di kepalanya tentang siapa dia, kenapa dia disini, bagaimana ia membunuh kelompok tersebut dan lain sebagainya. Walaupun begitu itu sia-sia untuk memikirkannya, karena ia tau ia tidak akan bisa mendapatkan jawabannya seberapa keras ia mencoba.

Tetapi satu hal yang ia tau dan mungkin tidak bisa dibantah adalah ia telah melihat 'monster' pada malam tersebut