Chapter 2 - 1jt€

Malam pun berlalu sinar matahari menyinari kamar dimana Alia tertidur.

"Hoaammmm." lirih Alia dari tidurnya saat membuka mata di melihat tempat itu seperti bukan kamarnya.

"Aku ada dimana ini?"

"Astaga bajuku." ucap Alia terkejut kala melihat pakaian yang ia kenakan kemarin berbeda.

"Kalian siapa..??" pekik Alia menatap dua pelayan yang berdiri di samping ranjangnya.

"Maaf nona kami adalah pelayan yang diutus untuk mengurus nona." ucap pelayan itu.

"Dan sekarang aku dimana?" ucap Alia sedikit menekan.

"Nona ada di kediaman tuan Rafa Romano.., mungkin nona bisa menanyakannya nanti saat di ruang makan. Mari nona saya bantu untuk bersiap-siap." ucap pelayan itu.

"Kamar mandinya dimana?"

"Di sana nona mari saya antar." ucap pelayan itu sambil menuntun Alia menuju ke kamar mandi kamar itu.

Di saat ingin masuk ke dalam kamar mandi, pelayan itu pun ikut masuk ke dalam kamar mandi.

"Kau mau apa?" ucap Alia kepada pelayan itu.

"Tentu saja saya ingin membantu nano bersiap-siap."

Alia yang mendengar perkataan pelayan itu langsung menutup daerah dadanya dengan menggunakan kedua tangannya.

"Tidak.. Aku bisa melakukannya sendiri." ucap Alia terkejut langsung berlari menuju kamar mandi itu kemudian menutup pintu kamar mandi itu dengan sedikit kasar.

Di kamar mandi Alia menatap wajahnya di sebuah cermin.

"Mengapa aku bisa sampai di sini." gumam Alia mencoba mengingat kembali kejadian kemarin.

"Aku harus cepat bisa-bisa nanti aku di pecat setelah ini, kejadian kemarin pasti akan membuat bos marah karena aku tidak mengantarkan pesanan para pelanggan." ucap Alia bergegas membersihkan diri.

Saat selesai mandi Alia mengingat dia tidak memiliki pakaian.

Alia keluar menggunakan handuk kimono yang tersedia di kamar mandi itu. Saat membuka pintu kamar mandi Alia terkejut melihat kedua pelayan tadi masih setia berdiri di depan pintu kamar mandinya.

"Astagaaaa." pekik Alia sambil memegang dadanya karena terkejut.

"Hampir saja kalian berdua membuatku mati." lirih Alia kepada kedua pelayan itu.

"Ma-maafkan kami nona, tapi ini pakaian nona." ucap pelayan itu sambil memberikan paper bag kepada Alia.

"Apa ini?" lirih Alia yang masih belum paham dengan apa yang di berikan oleh pelayan itu.

"Pakaian nona.." ucap pelayan itu singkat.

"Oh baiklah, kalian tunggu di sana saja aku akan segera keluar." ucap Alia kembali lagi masuk ke dalam kamar mandi.

Lagi-lagi Alia terkejut, dress hitam yang diberikan padanya sangat cantik, terlebih lagi harga baju itu masih tertera 2000€.

"Haaaa???? Baju ini seharga 2000€." lirih Alia terkejut dengan harga dress hitam itu.

Alia memakai dress itu kemudian melenggang keluar kamar mandi.

Saat ingin keluar dia hendak menyisir rambutnya.

"Nona biar kami bantu.." ucap pelayan itu.

"Aku masih memiliki tangan, kau tidak perlu membantuku." ucap Alia kepada pelayan itu.

"Tapi nona, tuan menyuruh kami untuk melayani nona bersiap, jika tidak kami akan di tembak mati oleh tuan."

Mendengar kata di tembak mati membuat bulu kuduk Alia berdiri.

"Apa dia gila akan menembak kalian hanya karena tidak melayaniku!! Hentikan omong kosong itu." ucap Alia kepada pelayan itu.

"Kami mohon nona, kami masih ingin hidup.." ucap kedua pelayan itu memohon.

"Baiklah baik, aku tidak menyukai seseorang memohon seperti itu!!" ucap Alia pasrah.

Kini para pelayan mulai mendadani dirinya. Hanya menambahkan sedikit saja polesan membuat Alia sangat terlihat cantik.

"Nona sangat cantik." ucap pelayan itu.

"Kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan nona, panggil saja Alia." ucap Alia pada pelayan itu.

"Dimana aku bisa menemui tuanmu, aku ingin meminta izin untuk pulang." ucap Alia kepada pelayan itu.

"Mari saya antar nona." ucap pelayan itu sambil mengantarkan Alia menuju ruang makan.

Di sana Rafa sudah duduk di ruang makan itu. Terlihat auranya yang dingin membuat seluruh pelayan merasa takut pada Rafa. Berbeda dengan Alia dia menganggap bahwa Rafa adalah kesialannya kemarin.

"Ini sangat berlebihan." ucap Alia pelan kepada Rafa.

"Makanlah!! Aku tidak suka ada suara saat sedang di meja makan." ucap Rafa datar.

Alia yang mendengar itu sedikit kesal.

"Ingin sekali aku menghajar wajahnya." gumam Alia dalam hati.

Sambil makan sandwich yang tersedia di hadapannya. Setelah memakan satu Alia langsung meminum susu yang di sediakan. Dia ingin rasanya cepat keluar dari kediaman itu tapi melihat Rafa yang masih sibuk dengan sarapannya memaksa Alia untuk bersabar.

"Apa-apaan ini mengapa hari-hariku saat ini sangat buruk!!" gumam Alia frustasi dengan kejadian yang dia alami dua hari secara berturut-turut.

Akhirnya yang di tunggu-tunggu selesai sudah menyelesaikan makanannya.

Kini Alia mengikuti pergerakan Rafa menuju ruang tamu.

"Apakah aku sudah bisa berbicara?" ucap Alia pada Rafa.

"Ekhemm.." deheman Rafa yang membuat Alia sedikit kesal.

"Aku rasa ini sangat berlebihan, jadi aku ingin mengucapkan terimakasih. Aku ingin pulang!!" ucap Alia pada Rafa.

"Baiklah!! Matteo mana?" ucap Rafa merentangkan tangannya meminta sesuatu dari sang asisten pribadinya.

"Ini tuan." ucap Matteo memberikan sebuah cek dan pulpen.

Rafa menuliskan angka 1jt€ di dalam sebuah cek itu. Kemudian memberikannya pada Alia.

"Ini sebagai ganti rugi atas kejadian kemarin." ucap Rafa sambil meletakan sebuah cek di hadapan Alia.

Alia yang melihat itu mengambil cek itu, kemudian dia melihat jumlah yang tertera di dalam cek itu.

"Ini berlebihan!! Kau bayar saja sesuai yang kau rugikan!! Aku ini bukan wanita yang mengemis untuk ini." ucap Alia mengembalikan cek itu, menganggap uang yang di berikan pada Rafa sangatlah berlebihan.

Meskipun uang itu cukup untuk dia membeli rumah sederhana untuk dia tempati agar bisa terlepas dari rumah yang dia anggap tempat paling menjijikan.

"Sudahlah ambil saja itu tidak seberapa." ucap Rafa yang memberikan cek itu kembali pada Alia.

"Aku tidak bisa menerima ini."

"Tapi sayangnya aku tidak suka penolakan."

"Kau hanya cukup menggantinya 500€ saja bukan 1jt€." ucap Alia menatap tajam ke arah Rafa.

Rafa menatap heran wanita yang satu ini, bagaimana tidak di luar sana banyak wanita yang tergila-gila dengannya karena kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya, bahkan dulu Valeria sangat menginginkan yang selalu Rafa berikan, tapi justru Valeria sendirilah yang meninggalkannya.

"Apakah kau ini wanita gila?" ucap Rafa dengan begitu santainya pada Alia.

"Kau yang gila!!" pekik Alia.

"Sudah jelas kau yang gila aku mengganti kerusakanmu lebih dari yang kau butuhkan dan kau malah menolaknya!!" pekik Rafa.

"Kau pikir aku ini wanita pemeras!! Aku hanya butuh kau mengganti kerugian ku bukan harga diriku." Alia berteriak.

"Sekarang mana 500€ aku akan segera pergi. Lama-lama di sini membuat aku gila!!" umpat Alia kesal pada Rafa.

"Berikan kepada wanita ini apa yang dia minta!!" perintah Rafa pada ajudannya Matteo.

Kemudian Matteo memberikan 5 lembar uang 100€ untuk biaya mengganti pesanan yang tidak jadi di antar dan kerusakan motornya.

Tiba-tiba saja Alia teringat dengan motornya.

"Hei motorku mana?" pekik Alia pada Rafa.

"Nona, motor nona ada di depan, semua sudah kembali seperti semula." ucap Matteo pada Alia.

Kini Alia melenggang pergi menggunakan motor itu dengan gaun hitam mahal itu.

Bertemu dengan bos part timenya berharap dia tidak akan di pecat.

"Maa-aaff pak, saya minta maaf tidak melakukan tugas dengan baik kemarin." ucap Alia menundukkan kepalanya pada kepala pemilik kafe itu.

"Kau beristirahatlah, tuan Lucius Draco sudah mengganti semua kerugianmu, kau bisa beristirahat untuk dua hari ini, dan itu adalah perintah tuan Lucius Draco. Jika kau tidak cuti maka cafe ini akan di tutup olehnya, jadi mengertilah dan pulanglah kau bisa hadir setelah dua hari lagi." ucap kepala pemilik kafe itu.

Merasa heran dengan siapa tuan Lucius Draco, dengan cepat Alia mengambil pakaiannya di loker karyawan cafe itu, kemudian saat dia ingin mengecek telepon genggamnya ternyata telepon itu lowbat sehingga Alia memutuskan untuk pulang kemudian beristirahat. Dan uang 500€ kini dia gunakan untuk membayar setengah uang sekolahnya.