6 bulan berlalu sejak kami bertiga mulai berpetualang bersama, hari-hari kulalui dengan latihan dan berburu makanan dihutan.
kami menghindari untuk menetap dikota, cukup berbahaya untuk seorang buron tinggal dikota dan berjalan-jalan disekitar kota.
tiupan angin kencang menggoncang tendaku. Membuatku terbangun dari tidur nyenyakku.
"hmm... ada apa..." ucapku.
aku beranjak dari tendaku melihat keluar tenda, tempat kami telah teracak-acak oleh angin.
"hei pluto, apa ini ulahmu?" ucap xenia.
"aku baru bangun" ucapku. Menggosok mataku dengan suara menguap yang keluar dari mulutku.
"coba lihat belakangmu!" ucap xenia.
aku berbalik. Melihat pusaran angin besar dibelakangku, anehnya aku tidak ditarik olehnya.
"ini apa xenia?" ucapku sambil menunjuk ke pusaran angin dan menatap wajah xenia.
"BODOH! ITU ANGINMU!"
"tapi bagaimana bisa aku mengeluarkan angin sebesar ini? bukankah aneh?"
"iya aneh. ANGIN BERADA DIDEPANMU TAPI KAMU MASIH SAJA PASANG MUKA SANTAI BEGITU!!!" ucap xenia.
xenia berbalik mencari sarah, sarah duduk sambil meminum kopi dan menonton pusaran angin.
"BODOH! SEJAK KAPAN ADA KOPI?" ucap xenia. "EH!? BUKAN ITU MAKSUDKU!!"
"pluto, matikan pusarannya" ucap xenia sambil mengusap keringatnya.
"bagaimana?" ucapku.
"bagaimana ya... BAGAIMANA MATAMU!!!"
xenia berhenti mengoceh dan berjalan kearah sarah sambil meminum secangkir kopi, menatapku dengan wajah tanpa ekspresi.
aku segera menghancurkan pusaran angin.
melihat kearah sarah dan xenia yang duduk sambil meminum kopi, aku berjalan kearah mereka dengan ekspresi menahan ketawa.
"ada apa dengan wajahmu?" ucap sarah.
aku menahan tawaku, mulai tertawa kecil, akhirnya aku benar-benar tertawa.
"Ahahahahahaha"
"ada apa denganmu pluto?" ucap xenia.
"aku mengingat hal lucu 2 tahun lalu" ucapku sambil tertawa kecil.
sejak bertemu dengan xenia kami berdua jadi lebih sering tertawa, mentertawakan hal yang tidak lucu.
aku merasa kami bertiga seperti saudara, bangun tidur ditempat yang sama, makan bersama, tertawa bersama, benar-benar seperti keluarga.
kami baru saja selesai sarapan, dengan makanan bakar yang enak buatan sarah.
"sarah, pluto, pergi berburu sana..." ucap xenia." aku mau tidur" menguap.
"baik!" ucapku dan sarah.
mengambil pedangku dan sarah membawa tali dan pisau.
"mungkin kita pulang sore aja" ucapku.
"boleh" ucap sarah.
kami berdua berjalan dijalan setapak yang sebelumnya kami buat, tujuan kami membuat jalan setapak ini adalah untuk membuat hewan lain berjalan dijalan kami.
aku melihat jejak kami. "sarah, lihat ini" ucapku sambil menunjuk tapak kaki.
"beruang?" ucap sarah.
"ya, ini santapan lezat" ucapku.
kami lanjut berjalan menuju kedalam hutan, melihat banyak cakaran dipohon-pohon didekat kami.
"sepertinya sudah dekat ya" ucapku.
sarah mengangguk dan menaikan penjagaannya.
kami mengikuti setiap cakaran yang ada dipohon.
aku melihatnya, sebuah beruang besar berdiri ditengah hutan. Beruang itu terlihat seperti sedang memakan sesuatu.
"dia terlihat lengah" ucapku. "ayo!"
aku mengangkat pedangku dari kejauhan. Merapalkan sihir angin milikku.
pedangku diselimuti oleh angin yang mengelilingi bilahnya.
aku berlari kearah beruang sambil membawa pedangku. Aku mengayunkan pedangku tepar kekepala beruang, memotong kepalanya dan membuatnya terlepas dari tubuhnya.
"huh...sepertinya malam ini akan ada pesta!" ucapku.
sarah diam berdiri disampingku. "Pluto...Apa itu..." ucap sarah sambil menunjuk kearah kepala beruang yang tergeletak.
"bukannya itu kepala beruang?" ucapku.
"bukan itu maksudku..." ucap sarah.
aku menatap kepala beruang itu, melihat hal yang harusnya tidak kulihat.
aku berlari kearah sarah dan memeluknya. "sudah..sudah.. itu bukan apa-apa" ucapku sambil mengelus kepalanya.
"tutup matamu, biar kubereskan segera" ucapku.
aku berjalan kearah kepala beruang yang sudah tergeletak, ada mayat manusia yang sudah menjadi 2 bagian, setengah badannya ada dimulut beruang dan setengahnya lagi ada ditanah.
aku segera menyapu sampah itu dengan sihir anginku.
"sudah selesai, ayo bawa beruangnya"
kami berdua mengangkat beruang ini dan membawanya ketenda.