Bel pulang sekolah telah berbunyi tetapi masalah yang dialami Edrea dari masuk sekolah hingga saat ini belum beres.
"Javier lo bisa gak sih stop patuh dalam hal apapun?" Kesal Edrea, dia sangat geram dengan Javier yang selalu menuruti perintah Daddynya.
Javier hanya berdeham dan tetap menuntun Edrea masuk kedalam mobilnya.
"Gue mau jalan sama Darren." Edrea memandang mata Javier yang seolah-olah dia tidak memperdulikannya.
"Jav—"
"Rea, gue udah bilang kalo mau jalan gue juga ikut dan lo gak ijinin, yaudah kita langsung pulang." Jawab Javier
"Cih."
Edrea memandang sengit kearah Javier, gue sumpahin lo jadi cewek biar tau betapa ribetnya jadi gue.
"Edrea." Seseorang memanggilnya dengan lantang dari arah belakang
Keduanya menengok ke sumber suara
"Darren."
"Javier, mau lo bawa kemana cewe gue." Darren menghampiri Edrea dengan langkah lebarnya.
Javier menatap Darren "cewe lo?"
Darren semakin mendekat "ya cewe gue, lo gak bisa seenaknya ngatur-ngatur Rea."
Sudut bibir Javier terangkat "kalo lo bener-bener mau berangkat tanpa gue, jemput Edrea di rumahnya."
Setelah itu Javier segera menarik Edrea masuk kedalam mobil dan dia melanjutkan mobilnya meninggalkan area Sekolah.
Darren hanya menatap kepergian mereka dengan suasana hati yang kacau.
Didalam mobil suasana menjadi hening, Edrea sudah kelewat kesal dan dia harus mengadu kepada Christian tentang hal ini, mana ada orang pacaran harus bawa orang ketiga, ga lucu.
"Rea gue—"
"Diam, gue denger suara lo pengen gue tonjok tuh mulut." Peringatan Edrea.
Karena yang keluar dari mulut Javier hanya membuat otak Edrea mendidih.
Javier tidak melanjutkan kata-katanya lagi, tetapi dia mulai menambahkan kecepatan mobilnya.
Javier dan Edrea dikatakan dekat bahkan semenjak bayi, Edrea dulu sangat berteman baik dengan Javier sebelum dia mengenal apa itu kebebasan didunia luar.
Edrea mulai paham, dirinya terus-terusan dikurung entah maksud apa yang pasti dia mulai tertekan.
12 menit berlalu kini mobil Javier telah sampai dikediaman Edrea.
Rumah mewah itu terlihat sunyi, karena yang lainnya belum pulang dan mungkin saat malam hari baru pulang.
Edrea keluar mobil lebih dulu dan berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Javier.
Memasuki kamar pribadinya dan mengunci dari dalam, Edrea merebahkan dirinya dikasur kesayangannya.
Suara langkah kaki Javier menggema di lorong, mengetuk pintu kamar Edrea.
"Rea, lo belum makan." Ucapnya
Hening
Tidak ada sahutan di dalam kamar, Javier tetap mengetuk pintu kamar
"Rea."
"Nanti gue makan, tapi lo harus pulang." Jawab Edrea dari dalam kamar
Tidak ada jawaban apapun dari Javier dan Edrea memilih memainkan ponselnya.
Chat.
Edrea: Kalian dimana?
Mikael: Cafe D'Aleo.
Mikael: uma gue sama Gea.
Mikael: Kenapa?
Edrea: Mikael jemput gue
Mikael: Kayak lo di ijinin aja.
Mikael: gue tadi liat lo dianter Javier.
Mikael: Males gue ketemu ketos manikin.
. .
Edrea menatap layar handphonenya dengan tatapan kosong.
Dia berpikir sejenak, apa ini yang dirasakan ibunya dulu dan memilih pergi dari kekangan ayahnya?
Semua itu masih menjadi pemikiran random, tidak ada kejelasan tentang ibunya pergi.
Edrea mulai merasakan lapar dan dia berniat untuk turun.
Dia pikir Javier akan pergi saat 10 menit yang lalu, nyatanya Javier menunggunya di meja makan sambil bermain handphone.
"Javier."
Javier menoleh kearah Edrea "sini."
Edrea duduk berhadapan dengan Javier "gue bilang kan lo harus pulang. " Selidiknya.
"Nanti, makan dulu." Javier ingin menyiapkan lauk dipiring Edrea tetapi segera ditahan.
Edrea mengambil lebih dulu dan menghiraukan kehadiran Javier.
Javier hanya melirik Edrea sebentar lalu duduk kembali sambil memainkan handphone.
Javier akhir-akhir ini dilanda kesibukan sebagai ketua OSIS akibat penerimaan peserta didik baru.
Edrea melahap makanannya pelan, sejujurnya dia ingin melahap semua nya karena lapar tetapi dia harus menjaga image didepan Javier.
Tidak terasa akhirnya Edrea memakan habis makanannya dan dia ingin mengusir Javier lagi.
"pulang sana gue mau istirahat."
Javier berhenti memainkan ponselnya dan beralih menatap Edrea.
"Gue mau bahas soal Darren."
"Gak usah berpendapat soal urusan gue." Tukas Edrea memandang Javier sengit
Javier menghela nafas "apa yang lo pertahanin dari cowok kayak dia?"
"Jav—"
"Cowok yang berani ngajak berduaan doang, lo udah liat sekarang, dia gak berani datang kesini."
"Ya karena dia males ketemu sama lo, kalo dia ngejelasin juga lo gak mau setuju." Jawab Edrea
Kedua kini saling tatap, Edrea benci dengan sikap Javier yang merasa paling benar.
" Istirahat sana, gue disini sampai bang Alston sama Bang Christian pulang, dan lo jangan lupa mandi." Javier mengalihkan pembicaraan, karena dia malas meladeni keras kepala Edrea.
Edrea tertawa masam, dia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Javier sendirian.
Edrea merebahkan dirinya dikasur, hingga bunyi notifikasi berbunyi dihandphonenya
Darren: Rea, maaf.
Edrea: Yaiya.
Darren: Aku tau kamu kecewa.
Darren: sabar dulu yaa.
Ting!
Ting!
Bunyi dari notifikasi chat lain mengalihkan pikiran Edrea
Ada nomer tak dikenal yang menchatnya
+62xx
Hai kak Rea
Aku Harvey
Kak
Balas
Edrea: Jason ya yang kasih?
Harvey: Iya nih
Save kak
Itung-itung rezeki
Edrea: Udah
Edrea mematikan layar ponselnya, dia tidak peduli dengan notifikasi yang terus berbunyi.
Lebih baik dia tidur untuk menyegarkan kembali tubuhnya.
Diluar kamar tempatnya di ruang tamu, Javier masih setia duduk dengan tenang.
Hingga ada suara mobil terdengar di telinganya, menandakan Alston dan Christian sudah pulang.
"Loh, mana Rea?" Tanya Christian yang baru saja memasuki rumah
Biasanya Edrea akan ada bersama Javier menunggu keduanya pulang, tapi yang dia lihat sekarang hanya ada Javier.
Javier bangkit dari duduknya "dia dikamar, lagi istirahat katanya."
Christian sontak melihat kearah jam tangannya, masih belum terlalu sore dan Edrea biasanya masih semangat.
Alston juga mulai memasuki rumah "Rea?"
"Di kamar." Sahut Christian.
Alston hanya mendengarkan.
Alston dan Christian bisa dibilang seminggu 2× pulang terlambat, jadinya setiap kali mereka terlambat Javier yang biasanya menemani Edrea sampai mereka berdua pulang.
"Thanks ya Vier buat nemenin Rea." Christian menepuk-nepuk pelan punggung Javier.
"Iya-iya, udah dari dulu kali." Jawab Javier santai
"Gue balik bang." Javier mengambil tas sekolah bergegas untuk pulang.
"Hati-hati lo." Alston melirik kepergian Javier.
"Siapp."
Keadaan rumah kembali hening.
Christian memutuskan untuk pergi kekamar dan membersihkan dirinya.
Sedangkan Alston mencek sebentar ke kamar Edrea untuk memastikan dia benar-benar beristirahat.
Pemandangan yang Alston lihat sangat kacau, Edrea masih mengenakan seragam sekolahnya dengan tidur posisi yang acak-acakkan.
Ini membuat Alston geram dengan prilaku Edrea, apa waktu hampir sejam tidak cukup untuk dia membersihkan diri?
Dengan segera Alston mendekati adiknya "Edrea." Tegasnya.
Mendengar ada yang memanggilnya tepat didepan telinga, Edrea perlahan membuka matanya.
Padahal dia baru 15 menit tertidur pulas.
Kesialan apa yang menimpanya, kini di depannya ada wajah kakaknya Alston yang melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Edrea segera bangun dari tidurnya, dan dia ingat sekarang, dia belum membersihkan dirinya akibat terlalu fokus pada masalahnya sendiri.
•••