Chereads / Danaus Plexippus / Chapter 5 - 05 Plakat emas

Chapter 5 - 05 Plakat emas

"Pangeran, kita telah sampai di istana utama."

Rune memegang tangan Noah untuk membantunya turun dari kereta.

Dia menatap istana utama yang terlihat besar dan megah berada di hadapannya. Istana utama merupakan tempat tinggal bagi penguasa kerajaan, dan merupakan tempat tinggal untuk para dewan kerajaan.

"Pimpin jalan."

"Baik, Pangeran."

Rune mengikuti langkah kaki Noah dari belakang. Pintu besar istana langsung di buka oleh prajurit yang berjaga, karena mereka mengenali orang yang ingin masuk ke dalam.

Rune memperhatikan interior design istana yang terlihat mewah namun elegan. Lalu tatapan matanya melihat seorang wanita yang berjalan menghampiri.

"Saya memberi salam kepada bintang kerajaan."

Rune dapat melihat tubuh wanita itu sedikit membungkuk hormat saat memberi salam. Ada juga seorang wanita yang berada di sampingnya.

Seorang wanita yang mendapatkan izin untuk memasuki istana utama bahkan memiliki tempat tinggal di dalamnya. Itu artinya wanita tersebut merupakan anggota dewan kerajaan.

Maren Onella, seorang wanita berusia 29 tahun. Satu-satunya wanita yang menjadi dewan kerajaan Scorpio. Dewan ke-lima yang memiliki kemampuan dalam spesialis racun.

"Senang bertemu denganmu Dewan Onella."

Maren tersenyum tipis, dia menegakkan punggungnya. "Mengesankan dapat bertemu dengan anda di tempat ini."

Rune hanya meliriknya sekilas. "Aku tidak memiliki waktu untuk melakukan basa-basi denganmu."

Rune mengambil langkah maju meninggalkan Maren dan pelayannya di tempat.

Maren terdiam.

Apa dia baru saja dihiraukan oleh seorang anak kecil?

Maren menatap dua orang pria yang berada tak jauh darinya. "Pangeran, Yang mulia Raja sangat sibuk. Berhenti melakukan hal konyol."

Maren tersenyum tipis melihat langkah kaki pangeran ke-lima terhenti begitu mendengar perkataannya.

"Noah, apa kau mendengar ada suara? Sepertinya istana ini sedikit berhantu."

Rune menghela napas panjang.

"Sungguh menyebalkan."

Rune menggelengkan kepalanya, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Sudut mulut Noah sedikit berkedut. Dia merasa bangga melihat pangeran ke-lima menghiraukan keberadaan dari dewan Onella.

'Pangeran ke-lima sudah dewasa.'

Noah tersenyum kecil. Lalu memimpin perjalanan mereka menuju ruangan milik dewan ke-tujuh, yaitu dewan Ophir.

Maren mengeratkan rahangnya. Untuk pertama kalinya ada yang mengabaikan kehadirannya.

'Apa racunnya terlalu kuat? Sehingga membuatnya menjadi gila.'

Maren membalikkan badannya. Dia pergi meninggalkan istana utama untuk melakukan tugasnya yang telah diberikan oleh penguasa kerajaan.

Tok tok tok.

Seorang pelayan wanita terkejut melihat pangeran ke-lima begitu dia membuka pintu.

"Saya memberi hormat pada bintang kerajaan, silakan masuk."

Begitu Rune memasuki ruangan yang di huni oleh dewan ke-tujuh, aroma obat-obatan tercium oleh hidungnya.

Rune melirik pelayan wanita. "Panggilkan dewan Ophir, aku datang untuk bertemu dengannya."

"Di mengerti, Pangeran."

Pelayan wanita itu membungkuk hormat, lalu pergi untuk melakukan tugasnya.

Rune berjalan menuju kursi dan duduk di tempat yang menurutnya terlihat nyaman. Tak lama, dia melihat seorang wanita datang dengan ekspresi marah lalu melempar sepatu ke arahnya.

Rune menatap dengan ekspresi wajah datar, dia hanya diam saja di tempat tanpa bergeser sedikitpun. Itu karena...

Tap.

Noah menangkap sepatu tersebut sebelum mengenai wajah Rune. Wajah Noah terlihat tenang, tapi sepatu yang berada dalam genggamannya hancur menjadi serpihan debu.

"Kau! Beraninya kau datang kemari setelah melukai ayahku!"

Rune memperhatikan wanita itu yang mengatakan omong kosong dengan keras.

Di datang kemari secara baik-baik. Tidak di persilahkan duduk, tidak ada makanan, tidak ada air, di lempar sepatu, dan terakhir di teriaki.

Sepertinya etika kerajaan telah luntur.

Wanita itu mengeratkan rahangnya. Melihat pria di hadapannya mengabaikan ucapannya.

"Mengapa kau diam saja?! Apa perkataan ku benar? Kau itu-"

Ucapan wanita itu terhenti. Tubuhnya terhuyung ke depan dan jatuh dengan suara keras.

Bruukk.

Wanita itu terkejut. Dia tidak bisa mengeluarkan suaranya, dan melihat sesuatu yang gelap melilit lehernya.

"Venita."

Lucian tercengang melihat putrinya terbaring di lantai dengan bayangan hitam yang melilit leher dan tubuhnya.

Dia memang mendengar suara teriakan dari putrinya, itu sebabnya dia datang dengan cepat.

Lucian melihat Noah yang berdiri di belakang Pangeran kelima dengan ekspresi tenang.

"Noah, lepaskan putriku."

Tidak ada tanggapan yang keluar dari mulut Noah, bahkan tubuhnya tidak bergerak sedikit pun.

Lucian memandang pangeran ke-lima yang sedang duduk santai di kursi panjang.

"Pangeran ke-lima, saya mohon, tolong perintahkan pelayan anda untuk melepaskan putriku."

"Noah."

Lucian melihat bayangan hitam yang melilit tubuh putrinya secara perlahan-lahan menghilang. Wajah Venita terlihat sangat pucat setelah terbebas dari kekuatan Noah.

"Pelayan, antar putriku ke kamarnya. Dan siapkan kudapan kue untuk Pangeran kelima."

"Baik Tuan."

Lucian menghela napas lega. Dia pun duduk di kursi yang berhadapan dengan pangeran ke-lima.

"Saya minta maaf atas ketidaknyamanan yang anda rasakan akibat perilaku dari putri saya."

"Lupakan itu, aku datang untuk menagih utang."

Lucian terdiam. Dirinya terkejut mendengar ucapan pangeran ke-lima yang langsung mengatakan maksud dari kedatangannya, tanpa melakukan percakapan basa-basi.

"Kalau boleh tahu, bagaimana cara saya untuk melunasi utang kepada anda?"

Rune tidak langsung menjawab pertanyaan dari Lucian.

Itu karena seorang pelayan wanita datang menyajikan secangkir teh dan beberapa kudapan kue kering. Setelah itu pergi begitu selesai melakukan tugasnya.

Rune mengambil cangkir yang berisi teh, lalu meminumnya. Keningnya berkerut begitu merasakan teh buatan dari pelayan yang terasa sangat manis.

Rune mengembalikan cangkir teh di atas meja.

"Seperti yang kau ketahui, aku sudah tidak memiliki magis lagi di dalam tubuhku. Untuk itu aku membutuhkan sebuah senjata."

"Aku meminta plakat emas sebagai bayarannya."

Sebuah plakat emas hanya di miliki oleh penguasa kerajaan dan dewan kerajaan. Setiap plakat memiliki fungsi yang berbeda tergantung pemiliknya.

Dan plakat emas milik Dewan Ophir memiliki fungsi untuk bisa memasuki perpustakaan istana secara bebas.

Itu sebabnya Rune menginginkan plakat emas milik Dewan Ophir.

Lucian mengerutkan keningnya.

"Pangeran ke-lima, bila anda membutuhkan sebuah senjata mengapa anda mendatangi tempat saya? Seharusnya-"

"Dewan Ophir."

Rune memotong perkataan Lucian dengan memanggil namanya.

"Yang memiliki utang itu anda, bukan orang lain."

Lucian di buat bungkam oleh ucapan pangeran ke-lima. Memang, dia memiliki hutang kepada pangeran ke-lima. Karena berkat bantuan darinya, dia berhasil mengetahui niat buruk dari sekertaris pribadinya.

Meskipun, Lucian tidak tahu darimana pangeran ke-lima mendapatkan informasi tentang hal itu.

"Pangeran ke-lima, seperti yang anda tahu bahwa plakat emas hanya di miliki oleh Dewan kerajaan."

"Benda seperti itu tidak diizinkan untuk diberi kepada orang lain."

Rune mendengarkan dengan tenang.

"Untuk itu, saya hanya akan memberikan anda izin untuk memasuki perpustakaan istana sebanyak tiga kali."

Bibir milik Rune melengkung membentuk senyuman. "Itu terdengar bagus."

Lucian dapat melihat mata pangeran ke-lima yang berbinar begitu dia memberikan izin untuk memasuki perpustakaan istana.

'Sepertinya pangeran ke-lima sangat menyukai buku.'

Dan sepertinya Lucian telah salah menilai pangeran ke-lima.

Pangeran ke-lima terlihat sangat polos layaknya seorang anak kecil yang mendapatkan permen manis.

"Pangeran ke-lima, tolong tunggu sebentar. Saya ingin mengambil tanda perizinannya."

"Tentu."

Rune melihat kepergian Lucian yang masuk ke dalam ruangannya. Sebentar lagi dia akan mendapatkan sebuah artefak senjata kuno yang berada di dalam perpustakaan istana.

Itulah yang Rune pikirkan. Sayangnya, setelah keluar dari ruangan milik Dewan Ophir dirinya di hadang oleh sekelompok kesatria pribadi milik Raja.

"Saya mendapatkan perintah dari yang mulia Raja untuk membawa pangeran ke-lima ke ruangannya."

'Sialan! Apa sih yang dipikirkan oleh pria tua itu?!'