Chereads / Karma Will Find You / Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2 - Chapter 2

Billy mengajakku ketempat makan yang tidak jauh dari kampus, setelah dibonceng menggunakan sepeda motor dan sampai di rumah makan tersebut entah kenapa dadaku terasa berdebar, baru kali ini aku diajak keluar makan oleh lawan jenis

Karena orangtuaku orang yang sibuk namun strict aku tidak pernah berpacaran ataupun sekedar jalan bareng dengan lawan jenis, seakan aku dan kakakku adalah robot yang selalu di setir yang selalu punya jadwal tetap setiap harinya, bahkan kalau aku atau kakakku telat pulang ke rumah lebih dari 10 menit ibu ku akan ngomel tak henti selama 1 jam lebih, sedangkan ayahku, dia terlalu sibuk mencari nafkah, bukan berarti dia tidak sayang dengan keluarganya justru karena ia sangat menyayangi keluarganya ia rela kerja banting tulang di negeri orang untuk menghidupi keluarganya disini.

Namun karena sekarang aku tinggal di rumah kos sendiri, aku benar benar merasa bebas seperti burung yang lepas dari kandangnya, tidak ada lagi bayangan akan di marahi ibu jika ketahuan pulang malam atau bahkan pulang diantar oleh lawan jenis.

Aku dan billy pun akhirnya menyantap makanan kami masing masing walaupun menurutku suasannya sangat canggung dan rasanya susah sekali untuk bernafas, sesekali billy Bertanya mengenai keluargaku yang berada di bogor untuk mencairkan keheningan, mungkin ia bisa melihat betapa tegang nya aku saat ini,

"habis ini kamu mau kemana?" Tanya billy sambil menyeruput es jeruk dari sedotannya

"Aku mau pulang aja kak" jawabku sambil ikut menyeruput jus alpukat milikku.

"Anterin aku bentar yah, aku ada ketinggalan dokumen di kos, abis ini aku masih ke kampus lagi soalnya, abis ngambil dokumen nanti langsung aku anter kamu ke kos baru aku ke kampus lagi to" jelas billy sambil tersenyum berusaha meyakinkanku,

"ehh gausah deh kak aku jalan aja bisa kok, kosanku kan deket" sesopan mungkin aku berusaha menolak ajakannya sambil menyunggingkan senyuman tipis.

"Sebentar aja temenin yaah saa.. risaaa... Clarissaaa" timpal bill berusaha untuk terus membujukku agar menurutinya,

entah mengapa aku tersenyum melihat tingkahnya yang kekanak kanakan ini, karena selama inisiasi dia berusaha menunjukan imej yang garang dan tegas ya walaupun sebenarnya akan sulit dengan tampilan dia yang manis seperti ini, hingga akhirnya pun aku mengiyakan lagi ajakannya memang rumit jadi people pleaser susah untuk berkata tidak seakan ingin menyenangkan semua orang.

Dengan semangat billy beranjak dari kursinya lalu memboncengiku menuju kosannya yang berada agak jauh dari kampus.

Sesampainya di kosannya billy menyuruhku masuk kedalam kamarnya dengan alasan dokumen yang ia butuhkan ada di dalam laptopnya sehingga membutuhkan waktu untuk mencari dan juga mencetak dokumen tersebut, dengan perasaan yang tidak karuan aku mengikuti langkah billy menuju kamarnya.

"Duduk aja dulu sa, eh gapapa kan aku gak panggil dek lagi?" Kata billy, basa basi sambil menyalakan laptopnya

"eee.. iya gapapa kak" sahutku sambil duduk di kursi sofa kecil yang ada di kamarnya,

kamar billy lumayan luas bila dibanding dengan kamarku, begitu masuk pintu ada sofa mungil berwarna merah yang menyambut di ruang tengah di hiasi dengan TV flat yang menempel dinding berseberangan dengan kasur king size yang dipepetkan kedinding, di sebelah kasur ada pintu yang menghubungkan ke dapur kecil lalu disambung dengan pintu toilet sisi kiri nya.

Aku berusaha duduk senyaman mungkin dan tidak terlihat tegang di hadapan bill, tak lama setelah bergumul dengan laptopnya ia menuju pintu kamarnya dan 'click' ia mengunci pintunya, jantungku berdegup sangat kencang menyadari kebodohan yang kulakukan karena mau mengikutinya masuk kedalam kamarnya

'mampus lo sa, bego banget kenapa ga nunggu di depan kosannya aja tadi' gumamku dalam hati. Tak lama bill mematikan lampu kamar dan mengganti nya dengan menyalakan lampu tidur yang redup.

"Ka.. aku.. mau pulang" kata kata itu keluar dari mulutku dengan terbata bata seraya melihat ke arah bill yang terus mendekat,

aku pun langsung berdiri dari sofa yang kududuki dan berusaha berjalan mundur selangkah demi selangkah yang bodohnya malah mengarah ke kasur besar milik bill, dengan bill yang terus mendekat tanpa berkata sepatah katapun selain tatapan mata coklatnya yang terlihat berapi api, aku mulai panik badanku terasa lemas hingga akhirnya kakiku menabrak kasur bill dan aku terduduk dikasurnya dengan mata yang lembab.

"Ka.. mau ngapain?" Tanyaku dengan suara ketakutan sambil menahan air mata ingin memastikan kalau billy tidak akan melakukan hal jahat padaku.

Apa yang kuharapkan? Billy pun mendorongku yang terduduk dikasur hingga badanku terjatuh dikasurnya lalu menaruh kedua tangannya diantara kepalaku untuk menopang badannya agar tidak menimpaku,

"clarissa .. aku udah perhatiin kamu dari hari pertama inisiasi, kalo gak gara gara inisiasi gak guna itu udah dari kemaren aku bakal bawa kamu kesini" kata bill sambil tersenyum sinis diatas muka ku yang kini berhadap hadapan dengan mukanya,

pikiranku kosong aku terlalu takut untuk melawan billy karena aku pasti kalah jika dilihat dari posturnya saja billy yang memiliki tinggi hampir 180cm itu pasti akan dengan mudah memegang kendali sedangkan aku hanya 168cm, 170 aja gak nyampe.

Dengan mudah billy mengangkat badanku yang tertidur diujung kasurnya dan memindahkannya ketengah kasur lalu ia berbaring di sebelah kananku menghadap kearahku dimana tangan kananku ditindih menggunakan badannya dan tangan kiriku dipegang dengan tangan kirinya sehingga tangannya yang kanan bebas bereksplorasi diatas tubuhku karena kedua tanganku sudah dikuncin dan tidak bisa bergerak sedikitpun,

" kak .. please jangan kak ... Aku gamau" pintaku dengan suara bergetar, dan tidak terasa akhirnya air mata yang daritadi berusaha ku sembunyikan akhirnya mengalir

"sssst jangan berisik" bisik bill yang membuat bulu kudukku berdiri semua,

bayanganku tentang bill yang kekanak kanakan dan lucu saat di rumah makan tadi pun lenyap begitu saja, aku berusaha sekuat tenagaku menggerakan seluruh badanku agar tanganku bisa lepas dari kunciannya namun bill malah semakin meremas kencang tangan kiriku.

Tangan kanannya mulai menari bebas diatas tubuhku, ia melepaskan satu persatu kancing kemeja sekolah SMA lamaku yang perlahan mulai terlihat bra warna hitam favoritku yang mulai menyembul keluar hingga akhirnya kancing terakhirpun berhasil dilepasnya hingga terlihatlah dengan jelas bra warna hitam dengan hiasan pita kecil di tengah tengah nya, aku yang tidak pernah menunjukan bra ku pada lelaki manapun merasa malu, ini pertama kalinya ada lelaki yang berbuat seperti ini padaku, jantungku seperti mau meledak rasanya.

"Kak .. lepasin aku ... Maaf kalo aku buat kesalahan sama kakak.. tapi jangan gini" aku memohon pada bill sejadi jadinya berharap ia akan melpaskan cengkramannya.

"Clarissa, aku gak akan lepasin kamu, mulai sekarang kamu milikku" bisik bill penuh nafsu,

ia lalu menyesap leherku hingga aku merasakan sensasi geli luar biasa yang belum pernah kurasakan, akupun terus berusaha menjauhkan leherku dari mulutnya namun semakin aku menghindarinya badan bill semakin bergerak kearahku dan menghimpit tubuhku dari atas sehingga aku benar benar tidak bisa bergerak karena dihimpit oleh tubuhnya. Tangannya mulai melakukan pergerakan lagi kali ini kedua tanganku di cengkram sekaligus diatas kepalaku menggunakan tangan kirinya,

"mmmh ....mmmhhh" aku cuma bisa berteriak dengan bibir terkatup karena billy membungkam mulutku dengan bibirnya,

akhirnya aku merasakan juga yang namanya ciuman pertama, hanya saja tidak semanis yang diceritakan teman temanku dulu saat aku masih SMA. Terlalu sibuk berteriak dengan mulut yang masih dibungkam, aku merasakan pergerakan lain lagi, kali ini tangan kanannya menuju kearah pahaku menarik keatas rok SMA ku dan mulai meraba segala isinya yang masih tertutup oleh celana dalamku.

Tanpa memperdulikan air mataku yang terus mengalir di pipiku, tangan billy akhirnya meraih tujuannya dari awal, ia berhasil membuka celana dalamku dari samping tanpa harus melepasnya dan langsung meraba milikku lalu tanpa ragu memasukan kedua jarinya kedalam miliku seraya menarikan kedua jarinya tersebut didalam milikku. Tangisku pun pecah, aku menangis sejadi jadinya yang membuat kedua jari bill berhenti menari di dalam sana, bill menghentikan semua pergerakannya dan kini menatap kearahku yang sedang menangis sesenggukan,

"a..aku ... Mau pulang ..kak" kata kata terbata bata diselingi sesenggukan dan tarikan ingus itu pun keluar dari mulutku lagi sembari berusaha mendudukan posisiku yang tadinya terbaring lalu membenarkan posisi rok dan menutup bra ku yang sedari tadi terpampang jelas dengan kemejaku,

pikiranku kosong aku tidak tahu apa yang harus kulakukan karena aku tidak pernah ada di posisi ini dan tidak ada satu orangpun yang pernah memberitahuku bahwa ada hal seperti ini yang bisa terjadi di kehidupanku. Mungkin itu sebabnya ibu selalu khawatir kalau kalau aku terlambat pulang kerumah.

"Kali ini aku lepasin kamu, tapi inget aku gak mau kamu lari dari aku kalau besok kita ketemu dikampus, kamu udah janji bakal nurut sama aku kan?" bill memberi peringatan sambil tersenyum padaku

'gila.. beneran udah gila nih cowok. Mampus gua kalo sampe besok ketemu di kampus' gumamku dalam hati sambil terus tertunduk tidak berani menatap mata indah nan menyeramkan itu sembari sesekali menghapus sisa sisa air mataku dan air liur bill yang membasahi mata, bibir dan leherku. Aku tersentak saat tangan bill menyentuh daguku lalu mengagkat daguku agar mukaku bertemu dengan mukanya

"jawab" ketus billy dengan muka yang tidak lagi tersenyum,

"i..iya kak" jawabku enggan, senyuman itu langsung muncul kembali di wajahnya bill,

ia langsung mengecup keningku dan mengelus rambut coklatku yang berantakan, aku hanya bisa terdiam tidak berani bergerak, mengeluarkan suara bahkan aku bernafas sepelan mungkin agar tidak didengar olehnya.