Chereads / Dipersunting Gus Tampan / Chapter 1 - Bab 01

Dipersunting Gus Tampan

🇮🇩Daoistovzdb
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 894
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 01

Bug!!

"Aw.." ringis gadis cantik itu saat terjatuh dari atas kasurnya.

Gadis cantik itu bernama Titah Kesumawardani (Titah), gadis itu baru pertama kalinya terjatuh dari atas kasur.

Walaupun sudah terjatuh, namun gadis itu tetap melanjutkan tidurnya seperti tidak terjadi apa-apa.

"Titah.. Bangun nduk." teriak perempuan paruh baya, namun masih terlihat sangat cantik yang berjalan menuju ke kamar Titah.

"Hoam.. Amih, Titah bangun." dengan sangat malas, Titah harus membuka matanya dan ia terkejut karena tertidur dilantai.

'Astaghfirullahalazim, bisa-bisanya aku ketiduran dilantai.' umpat Titah dalam hati merutuki dirinya sendiri yang bodoh karena ketiduran dilantai.

Perempuan paruh baya itu masuk ke dalam kamar Titah dan memberikan susu pada gadis cantik tersebut.

"Kamu kenapa nduk, kok tidur dibawah?" tanya wanita paruh baya dengan hijab syar'i nya itu pada Titah dan Titah hanya nyengir saja.

"Hehe aku sendiri tidak tau amih, kenapa aku bisa tidur dibawah." jawab Titah dengan nyengir kuda.

"Yasudah sekarang bersiaplah, amih ingin mengajakmu berbelanja nduk." perintah wanita tersebut pada putri bungsunya itu.

"Kemana amih?" Titah yang mengelus punggungnya karena sakit akibat terjatuh dan ketiduran dilantai.

"Sudah ikut saja, jangan membantah!!" perintah sang amih dan mau tidak mau Titah harus menurutinya.

"Tapi amih, Titah kan harus ke rumah sakit." ucap Titah berusaha menolak perintah sang amih, karena dia paling malas jika di ajak berbelanja ke pasar.

"Alasan!! Amih tau kamu enggak ada jadwal pagi ya nduk, sudah sekarang kamu mandi lalu habis itu siap-siap Amih tunggu di luar." ucap wanita tersebut dan di balas anggukan oleh Titah, walaupun terpaksa ck!.

Titah bergegas mandi, kalau tidak ia akan di jewer oleh amih nya dan akan di laporkan pada aba' nya.

Tidak perlu waktu lama bagi Titah menyelesaikan ritual mandinya, karena dia bukanlah tipikal wanita yang hobi berlama-lama di kamar mandi.

Titah meminum segelas susu yang dibawakan oleh amih nya, ia memang tidak bangun pagi seperti biasanya karena sedang fase istimewa. Biasa perempuan.

Setelah meminum susu Titah menuruni tangga sebelum di jemput oleh amih nya atau akan tamat riwayat Titah.

"Pagi amih, pagi juga aba'." sapa Titah ketika sudah berada di lantai bawah.

"Pagi sayang, sudah rapi saja nih mau ke rumah sakit ya?" ucap aba' Titah dan Titah memberi isyarat bahwa diajak amih nya untuk berbelanja.

Aba' Titah hanya tertawa geli melihat putri bungsunya itu sedang badmood karena ulah sang istri.

"Jangan di tekuk gitu wajahnya, nanti cantiknya hilang loh." god sang aba' dan membuat Titah terkekeh mendengarnya.

"Kalian masih mau ngobrol atau makan? Hem?" kini giliran amih nya yang angkat bicara, Titah langsung mengambil selai kacang cokelat ke roti dan memasukannya ke dalam mulut dengan lahap.

"Amih, memangnya gak bisa ya, kalau Titah gak ikut ke pasar? Titah lagi ada tugas." pinta Titah pada amih nya dan berujung kena cubit plus omelan.

"Sudah berani bohong sama amih ya, hem? Amih tau semua jadwal mu di rumah sakit, orang amih yang buat." ucap amih Titah mencubit pelan pahanya.

Ya. Begitulah nasib jika bekerja satu departemen dengan amih nya sendiri, enaknya kalau istirahat Titah tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang dan tidak enaknya Titah harus menerima kenyataan bahwa ia akan ikut berbelanja ke pasar."

"Sudah kamu ikuti saja perintah amih mu nduk, nanti di terkam loh." ucap aba' Titah memperagakan bagaimana seekor harimau menerkam, kemudian ia pamit pergi atau akan kena omelan sang istri.

"Aba' pergi dulu ya, nanti minta saja supir untuk mengantar kalian berdua ke pasar, assalamu'alaikum." ucap aba' Titah namun di hentikan oleh amih nya.

"Wa'alaikumussalam, eh aba' jangan pulang telat ya, ingat loh ada janji makan malam." teriak amih Titah dan di balas acungan jempol oleh suaminya. Titah yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala saja.

"Cepat habiskan rotimu, setelah sarapan kita berangkat." perintah amih nya dan di balas anggukan oleh Titah.

Setelah sarapan Titah menaruh piring kotor ke dapur, ia ingin mencucinya namun di larang oleh amih nya dan langsung di tarik ke dalam mobil. Padahal niat Titah baik, yaitu untuk membantu meringankan pekerjaan bi Darmi dan tidak jadi pergi ke pasar bersama amih nya.

Titah bukan merasa jijik masuk ke pasar, hanya saja tidak tahan dengan rasa panas jika berada di pasar. Apa lagi amih nya kalau sudah berbelanja akan lama, sebelum keliling satu pasar maka jangan harap bisa pulang.

....

Mereka berdua tiba di pasar, sinar matahari pagi masuk menembus kulit Titah walaupun ia memakai gamis dan hijab syar'i, namun tetap saja terasa panas.

Titah mengikuti kemanapun perginya sang amih, waktu terus berjalan sampai matahari naik dan berada di puncaknya, Titah sudah tidak sanggup lagi berjalan. Kakinya sudah pegal karena mengikuti langkah amih nya yang cepat, belum lagi ia membawa plastik belanjaan menambah beban berat di tubuh Titah.

"Amih, Itah beli minuman dulu ya." ucap Titah agar bisa kabur dari pandangan amih nya.

Titah membeli jus alpukat di tambah dengan susu cokelat kesukaannya, pada saat aba' sedang menunggu pesanannya siap, ada mobil berwarna hitam melaju dengan kencang dan membuat genangan air mengotori gamis Titah, ia pun kesal dan tersulut emosi.

"Astaghfirullahalazim! Dasar gak punya malu! Dia pikir ini jalanan punya dia apa!" umpat Titah kesal.

Sang empunya mobil turun untuk meminta maaf pada Titah, namun Titah sudah terlanjur kesal padanya.

"Sorry." ucap pemilik mobil tersebut sambil mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribu.

"I don't need your money whoever you are!" ucap Titah pergi setelah pesanannya siap.

Pemilik mobil tadi hanya mengangkat bahunya kemudian pergi dari sekitaran sana.

Titah berjalan dengan wajah ditekuk dan kesal, bisa-bisanya ada orang yang mencipratkan genangan air padanya.

"Kenapa wajahmu di tekuk begitu hem?" tanya amih nya saat Titah datang dengan wajah yang sangat kesal.

"Ini lihatlah amih, tadi ada cowok ngeselin banget, bukannya minta maaf dengan tulus ke Titah, eh dia malah kasih uang. Emang semuanya bisa di bayar pakai uang apa?!" ucap Titah dengan kesal dan memperlihatkan gamisnya yang kotor.

"Sudah enggak apa-apa nduk, nanti kita beli lagi ya, oh iya cepat habiskan minumanmu. Setelah itu kita pergi ke toko pakaian untuk membeli gamis." perintah sang amih dan dibalas anggukan oleh Titah.

Titah dan amih nya pergi ke toko pakaian seperti apa yang dikatakan oleh sang amih, mereka membeli beberapa gamis katanya akan ada yang datang malam ini.

Titah pun menurut, ia memilih gamis yang menurutnya bagus dan unik.

"Sudah nduk?" tanya sang amih pada Titah.

"Sudah amih, ini." jawab Titah dengan tersenyum dan menyerahkan gamis pilihannya.

Setelah dari toko pakaian, mereka kembali ke rumah untuk mempersiapkan makanan untuk acara nanti malam. Titah dengan senang hati membantu, karena selain hobi belajar, Titah juga hobi memasak tidak jarang dulu waktu camping pada rebutan ingin satu regu dengannya, selain pintar dia juga jago masak jadi ya berguna.

Titah dengan lihai memainkan peralatan dapur, banyak sekali makanan yang akan di buat, mulai dari kue, bolu, ayam bakar, serta makanan pendukung lainnya. Mereka tidak hanya berdua, ada bi Darmi yang membantu Titah dan amih nya.