Chereads / Di Balik Niqab Istriku / Chapter 1 - Bab 01

Di Balik Niqab Istriku

🇮🇩Daoistovzdb
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 01

Arjun bermuka masam saat dia tahu dirinya akan dijodohkan dengan perempuan yang sama sekali bukan tipenya. Dia tampan dan sukses, ingin mendapat gadis seperti yang ia inginkan begitu mudah. Hanya saja kedua orang tuanya yang kolot memaksa dia menikahi Dinda yang sudah yatim.

"Romo, apa tidak ada pilihan gadis yang lain? Kenapa harus dia?" protes Arjun menahan emosi.

"Lancang. Memangnya kenapa dengan Dinda? Dia juga sarjana sama sepertimu. Bahkan dia lebih pintar dari kamu. Dia hafal Al-Quran dan perempuan yang sholehah!" jawab Farel tegas.

"Tapi aku tidak suka dengan gadis yang bercadar, aku malu dengan teman-teman jika mereka mengejekku Romo. Selama ini pacar aku cantik dan juga seksi, sedangkan dia? Ah.." teriak Arjun memegang kedua kepalanya yang terasa berdenyut.

"Arjun, apakah kamu sangat bangga dengan para gadis yang suka mengumbar aurat dan berlenggak-lenggok yang tidak mempunyai tata krama itu? Apakah kamu yakin jika perempuan-perempuan yang sudah kamu bawa pulang itu bisa menjadi istri yang berbakti dan seorang ibu yang bisa mendidik anak-anakmu?" balas Farel.

"Romo, tapi sekarang bukan zamannya untuk dijodohkan. Aku ini muda dan sukses, juga bisa memilih pilihan sendiri." bujuk Arjun tidak mau menyerah.

"Bukan hanya sukses di dunia saja yang Romo inginkan, tapi Romo au punya menantu yang bisa merubah kamu menjadi lelaki yang sholeh. Dan juga bisa memberikan cucu yang sholeh, sholehah!" jelas Farel.

"Tapi tidak harus dengan Dinda juga kan Romo?" bantah Arjun.

"Amih, jika saja dulu Amih tidak menghalangi Romo memasukkan Arjun ke pesantren dia tidak akan jadi seperti sekarang ini. Lihatlah kuliah di luar negeri dengan budaya dan pergaulan yang bebas. Romo sungguh menyesal, Romo sungguh menyesal. Romo jadi orang tua yang gagal sampai anak semata wayangku hanya memikirkan nafsu dunia saja!" keluh Farel.

Bella hanya menunduk, tidak berani menatap suaminya yang sudah murka.

"Romo, jangan salahkan Amih. Memang aku yang tidak mau masuk pesantren." bujuk Arjun pada Amih nya yang menjadi sasaran.

"Romo tidak mau tahu, jika kamu masih menghormati Romo maka menikahlah dengan Dinda. Jika tidak mau, maka terserah kedepannya jangan pernah menyebut Romo lagi!" ancam Farel masuk ke dalam kamar.

"Ah.. Kenapa jadi begini sih? Sial sekali hidupku." gumam Arjun.

"Leh, kamu harus bisa memahami Romo kamu. Semua itu karena dia juga merasa punya hutang budi pada Romo Dinda." bujuk Bella.

"Hutang budi? Memangnya Romo punya hutang apa Amih?" tanya Arjun penasaran.

"Dulu semasa muda, Romo kamu kuliah mengambil beasiswa di kairo. Di saat itu dia masih miskin, tidak punya apa-apa dan untuk makan saja sampai sulit. Kemudian Romo kamu bertemu dengan Romo nya Dinda, diajari membuat kaligrafi dan menjual bersama-sama hasil kaligrafi nya sampai mereka berdua sukses hingga sekarang. Dan ayah Dinda meninggal dalam kecelakaan, Romo berjanji pada Romo nya Dinda untuk menjaga Dinda." jelas Bella lembut.

"Amih, Romo kan bisa saja mengangkat Dinda menjadi anak. Tidak perlu menjodohkan aku segala, aku tidak mau!"

"Karena Dinda adalah menantu idaman Romo kamu, sebaiknya kamu patuh saja. Semua ini demi kebaikanmu, dari pada Romo marah dan jatuh sakit kamu sendiri yang akan menyesal." bujuk Bella.

....

Malam harinya Arjun dan kedua orang tuanya datang mengunjungi Dinda untuk melamar, saat itu walau Dinda memakai cadar tetapi dia masih bisa melihat kedua bola mata yang memerah bekas menangis.

"Mungkin dia masih bersedih karena Romo nya meninggal." batin Arjun.

Walaupun ada sedikit rasa kasihan, tetapi hatinya terus meronta. Arjun merasa hidupnya hancur, menikah dengan gadis yang tidak dicintai sama seperti siksaan baginya.

Sepanjang acara Arjun hanya diam saja, begitu juga dengan Dinda yang terlihat tampak begitu pasrah.

Esok harinya Arjun menemui Dinda yang berkerja sebagai dosen di salah satu Universitas ternama.

Mereka berdua duduk di kantin sambil memesan minuman.

"Dinda aku tahu waktu kamu tidak banyak, jadi aku akan langsung berterus terang. Aku belum bisa mencintaimu, jadi jika kamu tidak mau menikah denganku sekarang masih bisa membatalkannya dan bicara pada Romo. Aku yakin Romo pasti akan mengerti." ucap Arjun serius.

Dinda tidak kaget, tetap tenang dan meminum minumannya dengan santai.

"Apa itu cinta? Aku tidak meletakan cintaku dengan manusia. Aku menikah hanya ingin berbakti pada Romo ku yang sudah berwasiat sebelum beliau meninggal. Jadi setelah menjadi istrimu aku akan berusaha memenuhi kewajibanku, sedangkan kamu terserah ingin bagaimana aku tidak akan menuntutnya."

Arjun tidak menyangka jika akan mendapat jawaban yang menohok ini, serasa hilang harga dirinya karena seolah kehadirannya tiada artinya.

"Baiklah kalau begitu, jadi setelah menikah aku tetap akan menafkahi lahirmu. Tapi jangan meminta nafkah batin." balas Arjun langsung berpamitan pergi.

....

Dinda meneteskan air matanya, belum hilang kesedihan di hatinya atas kepergian Romo nya kini dirinya harus di hadapkan dengan pernikahan tanpa cinta.

Dinda memang tidak mencintai Arjun, sama halnya seperti Arjun bukan calon suami idaman yang di inginkan oleh Dinda. Dinda tidak ingin muluk-muluk, hanya menginginkan imam yang mampu membimbingnya ke surga dan menyayanginya sepenuh hati. Sedangkan pernikahan ini adalah permintaan Romo nya sebelum wafat.

"Assalamu'alaikum." sapa seorang lelaki sopan.

"Wa'alaikumussalam." jawab Dinda.

"Dinda, kamu kenapa di sini sendirian?" tanya Geger.

"Oh Pak Ustaz Geger, ini hanya ingin minum saja di kantin." jawab Dinda.

"Ini aku ingin memberikan kartu undangan, besok jam empat sore Vina ulang tahun. Dia sangat bersemangat mengundang kamu, jadi aku harap kamu bisa datang." ucap Geger.

"Iya, terimakasih banyak." jawab Dinda tersenyum di balik cadarnya.

"Kalau begitu aku permisi dulu ya. Assalamu'alaikum." pamit Geger.

"Wa'alaikumussalam." jawab Dinda.

Dinda menatap sekilas punggung Geger, mereka berdua jika sedang di luar kantor memang selalu berbicara tidak formal karena memang sudah dekat.

Geger adalah lelaki yang sholeh, santun juga penyayang, duda beranak satu berusia lima tahun. Dinda mengenal mereka saat tanpa sengaja melihat Geger dan istrinya berkelahi, sedangkan Vina yang saat itu masih berumur dua tahun hampir saja tertabrak motor. Dinda yang mau pulang kuliah langsung menolong Vina sampai dirinya terluka. Sejak saat itu Vina sangat lengket dengan Dinda.

Dinda bisa masuk jadi dosen di Universitas tempatnya sekarang mengajar juga atas dasar rekomendasi dari Geger, sehingga hubungan mereka semakin dekat seperti kakak adik. Apalagi usia Dinda dan Geger terpaut enam tahun.

"Aku beli hadiah apa ya? Hem.. Vina sangat menyukai boneka beruang, nanti aku beri hadiah itu saja." batin Dinda.

Sepulang mengajar, Dinda langsung menuju ke salah satu Mall terdekat. Dia terbiasa apa-apa sendiri karena baginya kesunyian lebih nyaman. Bukan karena dia tidak ingin punya teman tetapi memang dia tidak pandai berteman jika tidak di sapa duluan.

Setelah menemukan boneka yang bagus, dia ingin mengambilnya tapi sayang dari sebelah ada tangan orang lain yang meraihnya.

"Sorry, ini aku dulu yang sudah melihat." ucap seseorang itu.

Dinda menoleh, dan cukup kaget karena orang itu adalah Windi yang merupakan ibunya Vina.