Dipo Kertajaya menangis sesunggukan di hutan bambu, ia meratapi nasibnya yang begitu malang karena terlahir dengan inti kristal putih, dimana inti kristal putih dianggap sebagai inti tenaga dalam sampah karena 100% orang yang terlahir dengan inti tersebut hanya menjadi pendekar biasa saja dan tidak bisa menapaki dunia pendekar, jalan menjadi dewa lebih jauh lagi, bahkan tidak ada seorangpun dengan inti kristal putih menerobos ranah kesatria.
Nasib malang itu diperparah dengan dirinya yang terlahir dari seorang wanita yang menjadi istri kedua kepala klan besar, seperti klan Kertajaya, hal itupun diperparah 3 saudara tirinya yang terlahir dengan inti kristal merah, dan bahkan salah satunya memiliki inti kristal hitam yang merupakan inti tenaga dalam tertinggi, hal itu semakin diperparah dan membuatnya dianggap sampah ketika tiga saudara tirinya ternyata diberkati kekuatan bawaan.
"Hiks, hiks, kenapa ini terjadi kepadaku?" Tanya Dipo meraung kepada barisan bambu yang berdiri kokoh di hadapannya, dimana di depan rumpun bambu itu terkubur jasad ibunya yang meninggal ketika dia baru berusia 3 tahun.
"Kenapa ibu!" Pekiknya meraung dan mengangkat tangannya menusuk dada, belati yang dibalut darah segar itu dengan kejam menghujam ke dada Dipo dengan cepat.
"Hentikan kebodohanmu itu, sialan!" Tegur suara berat yang mengejutkan Dipo, terlebih Dipo tiba-tiba berada di sebuah tempat yang sangat suram dengan Villa besar berdiri kokoh di hadapannya dan terlihat sangat menakutkan.
"Aku dimana? Kenapa aku tiba-tiba berada di sini?" Tanya Dipo heran karena dirinya tiba-tiba berada di tempat asing yang terlihat begitu seram, padahal sebelumnya dia berada di depan makam sang ibu untuk mengakhiri hidup dan belati yang dia pegang kini sudah menghilang bak ditelan bumi.
Kriekkk, bang!
Pintu Villa itu tiba-tiba terbuka lebar dengan suara hentakan yang begitu keras, Dipo terkejut sesaat dan panik ketika dirinya dihisap masuk ke Villa tersebut oleh suatu energi yang sangat besar.
"T-tolong." Pekik Dipo meminta tolong sembari berpegangan dengan pintu aula, sementara tubuhnya terus ditarik masuk ke dalam oleh kekuatan hisap yang sangat kuat dan semakin kuat dari waktu ke waktu.
"Ayah tolong!" Pekik Dipo meminta tolong kepada ayahnya.
"Kak Atlas tolong, kak Hansen tolong..," Pekik Dipo semakin panik ketika dirinya tidak dapat bertahan lebih lama lagi.
"Kak Hanyu... tolong!!!" Pekik Dipo dengan sekencang mungkin ketika pegangannya lepas dan dirinya dihisap masuk ke dalam Villa.
"Berisik!" Tegur Zero yang sedang bersemedi, Dipo yang tertarik ke dalam Villa mendarat dengan aman tanpa drama, kecuali drama minta tolong dan kepanikannya yang tidak berarti.
"Berhentilah berteriak dan menyakiti telingaku atau aku akan mencincang kamu menjadi kumpulan dadu." Ancam Zero dingin dan mengintimidasi, hal itu sukses membuat Dipo dengan susah payah menahan tangis dan kepanikannya.
"Kamu siapa? Ini dimana?" Tanya Dipo yang sedikit tenang, namun terlihat jelas dia ketakutan hanya dengan melihat tubuhnya yang gemetaran dan menggigil.
"Huh... berlutut!!!" Zero menghela nafas sembari menggeleng kepala tak berdaya melihat Dipo, lalu dengan gerakan tangan dan perintah dia mampu menekan Dipo hingga berlutut secara paksa, bahkan lantai Villa retak dibuatnya.
Dipo yang dipaksa berlutut itu tentu melawan dan mencoba melepaskan diri dari tekanan energi tersebut, namun sayang dia hanyalah pendekar ranah prajurit bintang 5.
"Perkenalkan namaku Zero Ran, kita saat ini berada di alam bawah sadarmu, dan suasana yang kamu lihat ini adalah manifestasi dari khayalan yang diciptakan dirimu sendiri beserta modifikasi sedikit dariku." Jelas Zero sembari melambaikan tangan mengganti suasana suram dan mencekam menjadi suasana danau yang terlihat sangat cerah dan enak dipandang mata.
"Alam bawah sadar? Aku berada di alam bawah sadar, bagaimana bisa? " Dipo bingung kenapa tiba-tiba dia berada di alam bawah sadar, pasalnya dia bahkan belum memasuki pendekar ranah Master apalagi ranah Grand master dimana ranah itu mampu membuka alam bawah sadar.
Ranah pendekar:
Ranah pemula
Ranah prajurit
Ranah kesatria
Ranah master
Ranah grandmaster
Ranah Dewa
Dimana setiap ranah memiliki 9 bintang, khusus ranah dewa sedikit berbeda, dimana ada tiga tingkat, yaitu Dewa pemula, Dewa senior, dan terakhir Dewa tertinggi yang merupakan tingkat puncak dalam sistem kekuatan pendekar.
"Benar, meskipun kamu hanya pendekar ranah awan meneng.. maksudku meskipun kamu hanya ranah prajurit bintang 5, tapi kamu dapat masuk ke alam bawah sadar, karena alam bawah sadar sudah ada ketika manusia itu lahir, bahkan manusia non pendekar pun memiliki alam bawah sadar, hanya saja mereka tidak bisa mengakses alam bawah mereka sendiri." Jelas Zero panjang lebar ketika menyadari kebingungan Dipo.
"Tapi selama ada aku itu tidak menjadi persoalan, buktinya kamu ada disini." Tukas Zero yakin dan sangat percaya diri.
"Iya, ok, lalu kamu mau apa?" Tanya Dipo.
"Apakah kamu ingin kuat dan menjadi dewa?" Tanya Zero serius dengan tatapan tajam.
Dipo terdiam mencerna ucapan Zero tersebut, lalu tiba-tiba dia bersemangat.
"Tentu, tentu saja aku ingin menjadi dewa." Kata Dipo bersemangat.
"Tapi itu tidak mungkin." Ucap Dipo kembali dengan melempem ketika menyadari bakatnya yang begitu buruk.
"Kenapa tidak mungkin?" Tanya Zero mengetes tekad Dipo Kertajaya.
"Karena aku terlahir dengan inti kristal putih yang ditakdirkan hanya menjadi pendekar biasa, seberapa keras aku berusaha hanya akan mampu menjadi pendekar ranah prajurit saja, tidak bisa melangkah lebih jauh dari itu." Jelas Dipo dengan pelan bahkan suaranya tidak terdengar dengan jelas.
"Bicaralah yang keras, jangan seperti tikus yang terjepit, bodoh!" Tegur Zero lantang dan mengagetkan Dipo tanpa suara.
"Cih, dasar sampah." Zero berdecak kesal melihat tingkah Dipo yang bahkan terkejut pun masih takut-takut.
"Itu tidak mungkin,aku tidak mungkin bisa menjadi dewa, karena aku terlahir dengan inti kristal putih yang ditakdirkan hanya menjadi pendekar biasa, seberapa keras aku berusaha hanya akan mampu menjadi pendekar ranah prajurit saja, tidak bisa melangkah lebih jauh dari itu." Ucap Dipo sedikit keras dengan susah payah dan tergagap.
"Hadeh, emangnya seberapa penting inti kristal? Padahal perbedaannya hanyalah di kapasitas awal energi tenaga dalam saja, kenapa begitu penting?" Tanya Zero tak habis pikir.
Pasalnya dirinya sendiri baru tahu tentang warna inti kristal tenaga dalam, hal itu terjadi karena di kehidupan sebelumnya tidak ada yang namanya inti kristal tenaga dalam, yang ada adalah ada atau tidaknya inti tenaga dalam di tubuh seseorang.
Jika ada inti kristal tenaga dalam maka bisa menjadi pendekar, jika tidak ada inti kristal maka tidak bisa menjadi pendekar sekuat apapun dia berusaha kecuali dia memiliki harta yang cukup kuat (Harta=senjata sihir).
"Itu sangat penting, dengan inti kristal terbaik maka jalan menjadi dewa lebih mudah..," Jelas Dipo kelagapan.
"Tai! taaaaik, lu remehin gw?" Potong Zero kesal dan mengeluarkan inti tenaga dalamnya yang berwarna putih.
Melihat itu Dipo terkejut bahwa orang di hadapannya yang terlihat sangat berwibawa dan sangat kuat itu ternyata memiliki inti kristal putih sama sepertinya.
"Di kehidupanku sebelumnya, sebelum aku terjebak di alam bawah sadar milikmu ini, aku sudah mencapai ranah surgawi atau kalian menyebutnya ranah dewa hanya dengan mengandalkan inti kristal putih, kamu tahu itu?" Tanya Zero dengan menekan dahi Dipo hingga anak itu terduduk.
"Tidak." Balas Dipo menggeleng kepala cepat.
"Intinya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, yang ada hanyalah kamu sudah berusaha keras atau hanya menerima takdir tanpa mencoba mengubahnya sedikit pun." Ucap Zero.
"Dipo, dengar aku selama kamu berusaha maka kamu bisa menjadi dewa." Ucap Zero memberi semangat kepada Dipo.
"Tapi bakatku buruk." Balas Dipo takut-takut.
"Semua orang terlahir berbakat, tapi tidak semua orang mampu mengembangkan bakatnya, Dipo aku akan membantumu untuk mengembangkan bakatmu, itupun jika kamu mau." Ucap Zero menawarkan diri untuk membantu.
Dipo terdiam mencerna kejadian tersebut, lalu memikirkan apa yang harus dia lakukan kedepannya.
"Nah Dipo, apakah kamu akan mengambil kesempatan ini atau tidak, jika tidak maka tidak ada harapan untukmu." Batin Zero dengan menatap tajam Dipo yang terdiam berpikir keras tersebut.
"Baik, aku bersedia selama itu memberiku kesempatan menjadi dewa." Balas Dipo akhirnya setelah lama berpikir dan bergelut dalam pikirannya, Zero tersenyum senang mendengarnya.
Bersambung.