Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

DIPO KERTAJAYA (Mendaki Jalan Terjal Menjadi Dewa)

Aljihad_Chandra_D
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.3k
Views
Synopsis
Zero Ran seorang pewaris dewa kematian harus terbunuh oleh serangan iblis ke kota Naga langit di benua naga hitam, dia terbunuh oleh 3 dewa iblis yang menyerang dan Mengeroyoknya. Zero Ran yang mati ternyata rohnya terjebak di alam bawah sadar seorang bocah dari klan Kertajaya yang merupakan salah satu dari tiga klan teratas di kota batu, kerajaan kowa utara, pulau kabut. Pulau kabut sendiri merupakan sebuah pulau yang sangat misterius bagi masyarakat di 5 benua yang ada, termasuk benua naga hitam. Dari sini Zero terpaksa membimbing Dipo, bocah yang dia tumpangi alam bawah sadarnya, karena bocah itu ingin bunuh diri karena tidak kuat menahan hinaan dan ejekan orang-orang kepadanya. Mampukah Dipo Kertajaya menjadi pendekar kuat di masa depan dengan bimbingan Zero Ran yang merupakan pewaris dewa kematian? Ikuti kisahnya disini :)
VIEW MORE

Chapter 1 - Dipo Kertajaya

Kota yang hancur, 11 April 2123.

Seseorang pendekar yang berpakaian serba hitam dengan sengit menangkis semua serangan iblis yang menjadi lawannya, setelah lama menangkis sembari menghindar dari satu bangunan ke bangunan lain, pendekar itu pada akhirnya ditendang terhempas membentur bangunan tertinggi di kota yang hancur tersebut.

"Iblis laknat aku akan membunuh kalian semua!" Pekik pendekar itu melancarkan tebasan energi berulang-ulang.

"Manusia kamu mungkin kuat... tapi kami lebih kuat darimu!" Iblis yang berpakaian hitam dengan tubuh hybrid serigala tiba-tiba berada di depan pendekar muda tersebut, lalu melancarkan pukulan telapak tangan ke dada.

Bang!

Pukulan iblis serigala itu tidak berefek sama sekali bagi pendekar muda tersebut.

"Aku adalah pewaris dewa kematian, sungguh konyol jika kamu berpikir dapat membunuhku dengan pukulan lemah seperti itu." Ucap pendekar itu dingin sembari tersenyum psikopat.

"Bagaimana dengan ini... pukulan naga iblis penghancur." Pekik iblis naga dengan melancarkan pukulan telak di kepala pendekar muda tersebut, namun lagi-lagi tidak berefek sama sekali.

"Pewaris dewa kematian yang sempurna, kamu ternyata pewaris dewa kematian yang sempurna, bahkan lebih kuat dari dewa itu sendiri." Ucap iblis itu ketakutan, pasalnya dia pernah sekali bertarung melawan sang dewa kematian di masa lalu dan hampir mati saat itu jika saja kaisar dewa iblis tidak membantu.

"Hiya!" Pekik pendekar itu membuat kejutan energi sampai-sampai 2 iblis dalam mode hybrid itu terdorong beberapa langkah.

"Haha, aku Zero Ran, sang pewaris dewa kematian, akan mencabut nyawa kalian semua, iblis laknat!" Pekik Zero tertawa lantang menggetarkan langit dan mempengaruhi cuaca ekstrem.

Zero melepaskan pedangnya dan membiarkan pedang itu melayang berputar searah jarum jam dengan sangat cepat, tiga iblis yang menjadi lawannya juga bersiap-siap menyambut serangan pendekar muda tersebut.

"Meskipun kamu lebih kuat dari dewa kematian itu sendiri, tapi kami bertiga akan mengalahkanmu dengan mudah, karena kamu sudah terluka parah akibat melawan kaisar dewa iblis." Ucap iblis naga dan mulai berubah menjadi naga hitam meninggalkan mode hybrid sepenuhnya.

"Kami tidak percaya kamu akan tetap bertahan." Ucap iblis yang memakai tombak di kejauhan, dia adalah iblis tipe vampir.

Iblis itu membuat tombaknya melayang dengan putaran yang sangat cepat hingga fluktuasi energi meledak-ledak di udara, lalu tombak itu memunculkan siluet naga api.

"Sampaikan salam kami kepada dewa kematian, serangan gabungan dewa iblis serigala naga penghancur!!!" Ucap iblis serigala yang langsung berubah menjadi serigala putih besar dengan energi petir menyelimuti tubuhnya.

Naga hitam dan serigala dengan kekuatan angin dan petir itu meluncur dengan kejam menuju Zero dan siap menerkam, ditambah tombak dengan siluet naga api membuat Zero ketar-ketir.

"Sayangnya aku tidak percaya adanya dewa, meskipun kekuatan ku berasal dari dewa kematian." Gumam Zero tersenyum mengejek, lalu dengan segenap kemampuan memfokuskan energi ke pedangnya.

"Karena dewa kematian yang memberiku warisannya adalah manusia sama sepertiku." Gumam Zero dan mulai serius menggunakan tekniknya.

"Tebasan dewa kematian penebus dosa!"

"Matilah, tebus dosa kalian kepada Tuhan!" Pekik Zero mengalirkan semua energi tenaga dalam ke pedangnya, lalu menyerang balik dengan tebasan yang sangat mengerikan.

Empat serangan itu beradu dan membuat ledakan fluktuasi energi yang sangat besar dan mematikan, ledakan itu menghancurkan kota hingga menciptakan kawah, serangan Zero hancur akibat benturan tersebut, tapi kabar baiknya iblis naga dan serigala sekarat dan hanya tersisa tombak naga api yang berusaha menembus kekuatan fisik Zero yang diluar nalar dan sangat keras.

"Hiyaaa!" Pekik Zero sembari mencoba menyingkirkan tombak itu dari tubuhnya.

"Meskipun kami mati, kami akan memastikan kamu ikut!!!" Pekik iblis naga berubah menjadi energi dan bergabung ke tombak api tersebut, hal yang sama dilakukan iblis serigala.

Tombak itu semakin kuat dan terus mencoba menghancurkan pertahanan tubuh Zero yang sangat kuat, setelah beberapa saat berlalu pada akhirnya pertahanan tubuh Zero tertembus dan tombak itu menusuk tubuh Zero setelah di dorong sejauh 200 meter dari posisi awal.

"Uwek, uhuk, uhuk." Zero terbatuk darah dengan jantung tertembus tombak, dia menatap nanar iblis vampir yang menjadi satu-satunya lawannya yang bertahan.

"Ayah, kakek, nenek, dan kak Derrick... uhuk, uhuk, maafkan aku... maafkan aku, maafkan aku, semoga Tuhan memberkati klan Ran." Ucap Zero diakhir hayatnya dengan tubuh yang perlahan jatuh ke kiri sembari menatap nanar iblis vampir (raja iblis vampir) yang kini dilawan seseorang.

Kota Batu, kerajaan Kowa Utara, 17 Mei 2124.

Tak!

Tak!

Plak!

Dipo terlempar jatuh akibat dipukul lawan tandingnya dengan menggunakan pedang kayu.

"Maaf tuan muda, aku terlalu berlebihan." Ucap lawan tandingnya dengan senyuman mengejek sembari mengulurkan tangan menyambut Dipo Kertajaya yang merupakan tuan muda ketiga klan Kertajaya.

"Cuih, tidak masalah." Dipo meludah kasar dan menelan hinaan itu bulat-bulat menyambut uluran tangan lawannya tersebut.

"Baguslah jika tuan muda mengerti, hehe." Lawannya berujar sembari tertawa dan menarik kembali uluran tangannya, hal itu menyebabkan Dipo yang sedikit terangkat jatuh terduduk kembali.

"Tiga kakaknya disebut jenius klan dan diberkati teknik bawaan, tapi siapa sangka dia hanyalah sampah, mungkinkah ini azab anak yang terlahir dari seorang pelakor?" Ucap dan tanya pemuda yang belakangan bernama Hega itu mengejek dan dapat di dengar oleh Dipo dengan jelas.

"Kamu..., jangan pernah menghina ibuku, sialan!" Dipo naik pitam dan menyerang Hega dengan niat menusuk dari belakang menggunakan belati pemberian Luisa.

Carat!

Darah segar terciprat kemana-mana akibatnya, namun bukan Hega yang terluka melainkan orang lain yang sengaja menahan tusukan Dipo yang naik pitam tersebut.

"Kak Hansen?" Dipo terkejut yang menahan belatinya tidak lain tidak bukan adalah Hansen Kertajaya yang merupakan jenius klan sekaligus kakak tiri ketiganya.

"Maaf kak, karenaku..," Dipo yang sadar langsung meminta maaf, namun Hansen hanya tersenyum kecil.

"Tidak apa-apa adik, jangan mengotori tanganmu dengan darah seorang pelayan." Balas Hansen dengan menghina, Hega yang mendengarnya marah namun apa mau dikata karena lawannya adalah salah satu tuan mudanya dan jenius klan yang paling menjanjikan dari tiga jenius yang terlahir di klan Kertajaya.

"Tapi kak."

"Dipo, aku dan kedua kakak bisa membantumu dalam hal apapun selama itu bukan soal hukum membunuh anggota klan secara sengaja, ingat para tetua sangat ingin mengusirmu dari klan." Sela Hansen.

"Jangan membuat kami yang menyayangimu kesulitan." Tukas Hansen, Dipo yang mendengarnya hanya bisa tertunduk.

"Maaf kakak." Ucap Dipo dan berlari pergi dari arena pertandingan meninggalkan Hansen dan beberapa anggota klan yang sedang berlatih.

Kepergian Dipo dengan menangis itu ditatap sinis oleh semua orang, hanya Hansen yang menatapnya iba dan sedih karena bagaimanapun Dipo adalah adiknya meskipun hanya adik tiri.

Kejadian itu dilihat oleh Zero Ran yang kini terjebak di alam bawah sadar Dipo Kertajaya selama kurang lebih 13 bulan lamanya.

"Bocah malang, sungguh bocah yang malang, tapi yang lebih malang kenapa aku berubah menjadi roh dan terjebak di tubuh bocah ini?" Gumamnya sembari melihat Dipo yang menangis di hutan bambu, meskipun dalam sudut pandangnya dia hanya melihat hutan bambu dan mendengar isak tangis Dipo, namun Zero dapat merasakan kesedihan yang amat dalam dari Dipo Kertajaya.

"Melihatnya aku seperti melihat kak Derrick sebelum kabur selama tiga tahun." Gumamnya, lalu kembali memejamkan mata dan bersemedi untuk memenangkan diri.

Zero yang mencoba tenang itu terus mengerutkan keningnya karena terganggu oleh tangis Dipo yang disertai mengeluh tersebut, Zero dibuat frustasi mendengarnya.

"Bocah prik, bocah cengeng, sialan!" Umpat Zero kesal.

"Kenapa aku bisa terjebak di alam bawah sadar bocah ini, bangkeee, bangke." Cerocos Zero tak habis pikir dengan takdirnya.

"Kalau tahu begini, aku tidak akan pernah mempelajari teknik tubuh roh, sialan!" Keluh Zero menyesal karena mempelajari teknik tubuh roh.

Dipo yang menangis dan mengeluh itu tiba-tiba terdiam dengan tatapan kosong, lalu mencabut belati kecil yang ada di pinggangnya dengan tangan gemetaran.

"Apa yang ingin dilakukan bocah cengeng ini?" Tanya Zero, namun tiba-tiba dia merasakan sakit di dadanya seperti ditusuk sebuah belati.

"Apa?" Zero terkejut karena rasa sakit itu berbarengan dengan belati yang Dipo tusukkan ke dadanya sendiri, beruntung tusukan itu tidak mengenai jantung Dipo, jika tidak sudah pasti Dipo pindah alam dalam sekejap begitu juga Zero yang menjadi roh gentayangan di alam bawah sadar Dipo.

"Bocah ini ingin bunuh diri, sialan!" Zero menahan sakit dan deg-degan melihat Dipo yang mencoba menusuk kembali dadanya dengan belati yang sudah dibasahi darah segar tersebut.

Bersambung.