Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Mendapatkan Cinta Istri Bos Besar

yoza_Putra92
--
chs / week
--
NOT RATINGS
7.8k
Views
Synopsis
Umur 21+ Baca cerita ini untuk menemani kamu sebelum tidur. Pastikan untuk mengunci pintu, mematikan lampu, sediakan tisu, sabun dan selamat membaca. Perkenalkan Nama saya "Alex Mahardika" Umur saya 30 Tahun. Disini saya akan menceritakan tentang masa lalu saya,, dari mulai saya hanya seorang remaja biasa sampai sekarang saya memiliki segalanya. Dan inilah cerita saya.... Alex berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Yang tinggal di suatu desa di wilayah Kabupaten Langkat, Kecamatan Sei Bingai yang bernama Desa Namu Ukur. Keluarga Alex hanya an kebutuhan sehari-hari dari hasil sawahnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - SAWAH YANG INDAH

Umur 21+ Baca cerita ini untuk menemani kamu sebelum tidur. Pastikan untuk mengunci pintu, mematikan lampu, sediakan tisu, sabun dan selamat membaca.

Perkenalkan Nama saya "Alex Mahardika" Umur saya 30 Tahun. Disini saya akan menceritakan tentang masa lalu saya,, dari mulai saya hanya seorang remaja biasa sampai sekarang saya memiliki segalanya. Dan inilah cerita saya....

Alex berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Yang tinggal di suatu desa di wilayah Kabupaten Langkat, Kecamatan Sei Bingai yang bernama Desa Namu Ukur. Keluarga Alex hanya mengandalkan kebutuhan sehari-hari dari hasil sawahnya. Alex adalah anak

pertama dan memiliki seorang adik perempuan yang bernama Nissa. Ayah Alex yang bernama Pak Kadir hanyalah seorang Petani biasa dan Ibunya yang bernama Buk Sri sebagai ibu rumah tangga. Mereka sekeluarga hidup dengan rukun dan bahagia.

Tuuutt tuttt tuuttttt...

Aku di bangunkan oleh alarm handphone ku yang sangat menggangu tidurku di pagi yang sangat dingin ini. Badanku terasa berat untuk bangun dikarenakan masih ngantuk, tetapi alarmnya sangatlah berisik. Kulihat jam menunjukkan pukul 06.00,,, ini masih terlalu pagi untuk aku yang seorang pengangguran ini. "Beginilah nasib jika hanya bermodalkan tamat SMA, nyari kerja di manapun susah jika tidak punya orang dalam,, gumamku dalam hati". Aku pun mematikan alarm yang dari tadi berbunyi sangat berisik ini,,,

tiba-tiba rasanya aku pengen minum kopi dan mulutku pun pait sekali ingin merokok.

Aku bergegas ke dapur untuk membuat secangkir kopi,,, sebelum aku sampai di dapur, aku lihat Ayahku merapikan peralatannya yang siap untuk pergi ke sawah.

"Mau pergi ke sawah ya Yah," tanyaku ke Ayah,

"Iya nak,,, kamu baru bangun?"

"Hehehe iya Yah, ini mau kedapur,,"

"Yaudah, nanti kamu jangan lupa ya sarapan Ayah di bawa ke kebun,, Ayah sarapan di kebun aja."

"Baik Yah,"

Ayahku memang sudah terbiasa berangkat pagi-pagi sekali ke sawah,, ayah tidak pernah sempat untuk

sarapan di rumah, akupun tidak tau alasannya,,, makanya Aku atau Ibu yang sering mengantarkan Sarapan dan sekalian makan siang Ayah ke sawah.

"Oiya Yah, Ibu kemana Yah?"

"Ibumu pergi ke warung, katanya tadi beli sayur untuk lauk hari ini. Ehhh, banguni adikmu ini kan hari Senin, jangan sampai dia terlambat nanti."

"Ya ampun,, iya Yah, Alex sampai lupa,"

"Yaudh, Ayah berangkat ya,"

"iya Yah,"

Aku menuju ke kamar adikku untuk membangunkannya. Setelah dia bangun, aku langsung ke dapur untuk membuat kopi. Selesai membuat kopi, aku pergi ke belakang rumah dan duduk sambil ngopi dan merokok. Aku sangat suka duduk santai di belakang rumah ini, di tambah lagi di bawah pohon mangga kesayangan Ayah,, membuat pagi ku hari ini terasa sejuk. Sambil seruput kopi, aku membayangkan jika seandainya aku punya banyak uang, aku pasti bisa membeli apapun yang aku inginkan.

"Banggg,,, Abanggggg"

Teriak adikku dari dalam rumah membuyar kan lamunanku.

"Kenapa sih, teriak-teriak kamu,,,"

"Ayuuk buruan sarapan kata Ibu, habis itu anterin Aku ke Sekolah,,,"

"Kamu memangnya udah sarapan?

??"

"Ya udah dong, masa kayak abang yang sarapan pakai kopi sama rokok,,"

"Terserah luu dah,, yaudah kalo gitu ayok Abang anter ke sekolah!!,,"

"Abang gak sarapan dulu?"

"Kan kamu bilang tadi Abang udah sarapan pakai kopi sama rokok,,,"

"yaudah ayok, awas ya nanti kalau Abang sakit"

"Bodoamat!!"

Dengan ke adaanku yang sudah segar berkat kopi yang aku minum, aku ke depan untuk memanasi motorku. Sebelum berangkat aku terlebih dahulu mengecek tekanan angin ban motorku,, agar supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak aku inginkan di jalan nantinya. Oiya, adikku ini sudah masuk SMA baru kelas 1, di karenakan jarak dari rumah kesekolah yang bisa dibilang cukup jauh, jadi sejak SMA ini adikku sering minta di anter kalau pergi sekolah,, pulangnya baru dia naik angkot.

"Ayuk bang berangkat!!"

"Kamu udah pamitan sama Ibuk?"

"Udah dong,,"

"Buukk!!! Kami berangkat ya,,"

"Iya nak hati-hati!!,, Alex! Kamu sarapan dulu!!"

"Ntar aja buk, pulang dari nganterin Nissa aja nanti sarapannya,,"

"Yaudah, kalau gitu kalian hati-hati ya!!"

"IYA BUK,,"

Ku lihat pagi ini sangatlah cerah, " seandainya saja masa depanku se cerah pagi ini, gumamku dalam hati".

Terlihat para tetangga dengan suka cita pergi ke sawah mereka. Di kampung ku ini masyarakatnya memang hampir seluruhnya ber propesi sebagai petani sawah. Karna memang kampungku ini sebagian besar wilayahnya adalah Persawahan.

Setelah perjalanan yang lumayan jauh, kami pun sampai di sekolahnya Nissa. Nissa pun langsung pergi memasuki gerbang sekolahnya dan akupun mengendarai motor ku untuk kembali pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, akupun memarkirkan motorku di samping rumah dan masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah aku bertemu dengan ibu yang lagi sibuk menyapu.

"Buk, sini Alex bantu?" Tanyaku kepada ibu,

"Tidak usah nak, kamu ke dapur aja sarapan sana, nanti selesai sarapan, kamu langsung ke sawah ya, nganterin sarapan sama makan siang Ayahmu,,"

"oke buk, yaudah buk Alex ke dapur dulu ya,,"

Aku langsung pergi ke dapur dikarenakan perutku udah mulai ngelunjak pengen di isi dari tadi. Ku lihat di dalam tudung saji ada lauk ikan lele goreng, dengan sambel terasi yang menjadi lauk favoritku. Sepertinya pagi ini ibu sengaja memasak lauk kesukaanku, ini menjadi penambah kesenanganku di pagi hari ini. Dengan nafsunya aku pun langsung menyantap hidangan ibu ini dengan senangnya.

Akhirnya perutku yang kecil ini akhirnya penuh juga. Kemudian aku mengambil rokok di saku celanaku dan menyalakannya,, rasanya kurang lengkap jika habis makan tidak merokok. Setelah siap merokok aku bergegas pergi ke sawah mengantarkan bekal ayah, sepertinya ayah di sawah sudah sangat lapar. Aku sangat malu kepada diriku sendiri, karna perutku sudah

kenyang sedangkan ayah mungkin sudah kelaparan di sawah.

Sepertinya pagi ini aku jalan kaki aja, dikarenakan jarak rumah ke sawah yang tidak terlalu jauh. Setelah berpamitan dengan Ibu, akupun mulai keluar dari rumah,, menyusuri jalan menuju ke sawah,, Sambil sesekali aku lihat ke sawah-sawah yang ada di kanan dan kiriku, sunggung indah sekali pemandangannya. Dulu waktu kecil aku sering bermain-main lumpur di sawah itu bersama teman-teman ku. Rasanya aku ingin kembali lagi kemasa itu, masa dimana tidak banyak masalah yang ada hanyalah bermain sesuka hati. Aku terus membayangkan masa kecilku sampai-sampai aku tidak sadar sudah sampai di sawah tempat Ayah. Terlihat Ayah sedang istirahat di bawah gubuknya, sepertinya dia sudah kelaparan.

"Ini sarapan dulu Yah,"

"oh, kamu udah sampai Lex,,"

"iya Yah, tadi nganterin Nissa dulu,

200

,"

"Eh kamu udah sarapan atau belum?"

"Udah kok Yah, tadi sarapan dulu sebelum berangkat kesini,"

"Oyaudah, kalau kamu mau sarapan lagi, ayok sarapan lagi,"

Sambil menyendok nasi, Ayahpun menawarkan kepadaku apakah aku mau sarapan lagi.

"Udah Yah, tadi udah kenyang sarapan di rumah,,,, Padi kita udah mulai berbuah ya Yah?"

Melihat padi-padi yang di tanam oleh Ayah sudah mau mulai berbuah.

Terlihat juga beberapa orangan sawah yang Ayah sengaja letakkan di tiap sudut sawah, orangan sawah itu terlihat menari-nari mengikuti hembusan angin.

"kamu lihat aja sendiri, itu buahnya udah mau keluar,"

"Alex suka pemandangan di sawah ini Yah,"

"Itulah sebabnya makanya Ayah

lebih suka sarapan di sini Lex, tambah nikmat rasanya makan disini,"

"Berarti Ayah tidak suka ya sarapan bareng kami di rumah?"

Mungkin pada kesempatan inilah, aku bisa tahu mengapa Ayah tidak pernah sarapan di rumah.

"Bukan Begitu Lex, Kamu kan tau kalau sawah ini yang menghidupi kita dari dulu, terus kamu tau tiap malam hujan deras melanda kampung kita,makanya Ayah cepat-cepat pergi ke sawah untuk mengecek parit-parit sawahnya, takutnya ada yang rusak."

Memang di kampung kami ini, hampir setiap malam dilanda oleh hujan lebat. Mungkin memang karena kampung ini masih bisa dibilang dataran tinggi, jadi sudah sewajarnya kalau rutinitas cuacanya adalah hujan.

"Iya jugak sih Yah, Memang pernah rusak itu paritnya Yah?"

"Sering Lex, paritnya jebol terus bedengannya juga rusak,,akibatnya air parit yang besar masuk membanjiri ke padinya, sebagian juga padinya pernah hanyut padahal barusaja di tanam."

"Susah juga ya Yah, kalau ujannya lebat,,"

"Iya Lex, begitulah makanya Ayah sering cepat-cepat pergi ke ladang."

"Kalau begitu Alex pamit pulang ya pak,,"

"Oiya Ayah sampai lupa, Alex nanti kamu sampai di rumah, tolong anterin beras ke rumah Pak Gilang ya,, kemarin Pak Gilang sudah memesannya kepada bapak."

"Siap Yah!! Nanti langsung Alex anterin ke rumahnya,, kalau gitu Alex pulang dulu ya Yah,,"

"Baiklah! Kamu hati-hati ya nak,,"

Mendengar perintah Ayah, aku pun langsung bergegas pulang ke rumah.