Saat matahari terbenam, Seraphina, yang seumur jagung 2000 tahun, duduk di teras istananya sambil menatap langit yang memanas. "Jadi, ini yang namanya keabadian. Lumayan, bisa nonton semua musim Friends," gumamnya sambil menghirup aroma teh herbalnya.
Tiba-tiba, petir menyambar langit dengan dramatis. Seraphina menyadari bahwa musim hujan magis akan segera dimulai. "Hei, aku baru saja mencuci jubah aja nih," keluhnya kepada seekor burung hantu yang terbang melintas.
Ramalan kuno yang diselipkan di bukunya bersinar, seolah-olah mencoba memasuki panggung komedi. "Oh, ini pasti lelucon dewa-dewi," seru Seraphina sambil memutar matanya. "Sudah 2000 tahun, dan mereka masih belum move on dari hobi ngeprank."
Dengan langkah-langkah dramatis yang dikombinasikan dengan gerakan tarian yang aneh, Seraphina memutuskan untuk mengikuti petunjuk ramalan. "Ayo, mari kita mulai petualangan konyol ini," ujarnya sambil mengenakan topi raksasa yang tiba-tiba muncul dari dalam dimensi lain.
Dalam perjalanannya, dia bertemu dengan peri kucing yang suka mewek sambil menari salsa. "Oh, jangan pernah mencoba ini di rumah," kata Seraphina sambil tertawa histeris.
Di hutan terlarang, dia menemui pohon ajaib yang memiliki keinginan tersembunyi. "Aku ingin menjadi pohon natal setiap hari!" ucap pohon itu dengan semangat, membuat Seraphina terbahak-bahak.
Ketika tiba di pertemuan dua dunia, Seraphina disambut oleh robot alien yang memutuskan bahwa dia adalah penyihir paling lucu di alam semesta. "Terima kasih, saya mencoba yang terbaik untuk membuat petualangan ini seperti sitkom," jawabnya sambil berjinjit dan melambai kepada penonton yang tak terlihat.
Di ujung bab, Seraphina menyadari bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan untuk tertawa dalam menghadapi kegelapan. "Baiklah, mari kita lanjutkan pertunjukan ini. Mungkin aku bisa membuat Dewi Tawa terhibur juga," kata Seraphina sambil memulai tarian ala-ala cha-cha.