Chereads / The World I See Is A Game / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Hari ketiga Baratha di dalam hutan.

Telah masuk jauh dari yang seharusnya di perbolehkan dari hutan eid.

Dengan sedikit kekawatir jika saja ketahuan, ini akan jadi merepotkan.

Setelah behasil selamat dari kepungan monster di malam pertama memasuki hutan. Masuk jauh lebih dalam lagi.

Baratha menemukan banyak hal baru seperti tempat banyaknya pohon langka tumbuh atau tumbuhan herbal seperti cangkring. Baratha sendiri telah mempersiapkan sekitar sepuluh kantong ruang yang di ikatkan kepinggannya. Dengan kantong-kantong ruangnya, setiap satu maksimal membawa sepuluh barang, menjadi penyimpanan untuk penemuan berharga yang menghiasi perjalanannya.

Langkah Baratha diiringi perasaan waspada, menghindari dahan-dahan yang menghalangi dan menjaga kewaspadaan terhadap monster serta hewan buas dengan indera pendengaran yang sangat sensitif.

Jadi harus ekstra berhati-hati. kehati-hatian di perlukan untuk menjelajahi tempat yang baru, seperti sekarang ini.

"Seandainya mempunyai nyawa lebih dari satu, aku tidak harus melakukan sejauh ini. yah, tinggal terobos saja"

Melihat kantong-kantong berada di pinggangnya.

Ketika hanya tersisa satu kantong kosong, Baratha mulai berfikir tentang berburu satyr untuk mengisinya, terlebih lagi sudah mengantongi informasi letak monster itu tinggal.

Sekarang Baratha sedang menuju ke arah satyr itu berada. Mereka memiliki rumah yang seperti kerucut kecil, biasanya mereka menggunakannya sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.

Tidak akan jadi sulit nantinya. Dan kali ini juga beruntung.

Dalam pegitaiannya dari ujung tebing, Baratha bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Melihat setiap pergerakan satyr untuk meminimalisir kemungkinan terburuk terjadi, ini karena Satyr sendiri adalah jenis monster yang suka berkelompok dengan monster tertentu sebagai bentuk pertahanan diri.

Akan repot kalau monster yang tidak terduga mucul.

Tidak menemukan monster lain dalam penglihatanya.

"kurasa ini bagus" setelah memasang jebakan telah usai.

Baratha mengeluarkan kedua pedangnya, kali ini dia akan mengunakan keterampilan dual sword yang di perlajarinya dari penjaga kota, dengan tingkat nilai 98% penyelesaian dasar. Jika kalo saja dia bisa mendapakan penyelesaian sempurna, Baratha akan mendapatkan peta pohon keterampilan dual sword dengan limited skill milik penjaga itu.

Tidak ada batasan untuk mempelajari sesuatu. Meski demikian, jika seseorang memiliki job class hal itu akan menjadi batasan secara tidak langsung, mereka akan jadi tidak bisa menguasai keterampilan khusus class yang lain. Namun, jika mereka bersikeras mempelajari keterampilan khusus di luar job classnya, hal itu akan menjadi tarian acak nan lucu jika di lihat dari orang lain yang tidak memahaminya.

Sayang sekali ini hanya jadi cangkang kosong yang sempurna.

'Meriset stat'

Baratha menaikan statusnya menjadi 40 agility dan strength 20.

Dengan ini persiapannya telah selesai.

Meloncat dari tebing. Di saat sampai ke tanah, pijakan dari kaki kanan mendorong tubuhnya menghasilkan daya dorong kuat.

Terlihat Satyr yang sedang sendirian.

Setelah memperkirakan jaraknya.

'sonic blade'

Satu Satyr mati bersimbah darah dengan satu tusukan kuat. Tanpa melihat ia terus berlari berburu.

Baratha bekeliling seperti orang kerasukan. Tidak peduli monster itu anak kecil atau dewasa semuanya tidak luput dari pembantaiannya.

Menebas setiap yang terlihat tanpa terkecuali. Sepertinya ini masih memakan banyak waktu pikir Baratha saat melihat mayat Satyr ke dua puluh.

Berhenti dan mengamati.

"Mari persingkat waktu berburu"

RAAAAAAAAA!!!!

Terkejut mendengar itu.

Kawanan orc datang dari sisi dalam bagian hutan.

"Bukankah hanya ada satyr saja tadi, tapi kenapa ada orc juga disini" Melihat ke arah di mana suara itu berasal. Orc berjumlah sekitar sepuluh berlari menerjang segala sesuatu yang berada di depannya. "Jumlah mereka terlalu banyak"

Ini akan jadi menyulitkan untuk dirinya saat ini.

Keadaan yang tidak di inginkan akan terjadi. Baratha yang telah meluangkan waktu untuk mempersiapkan rencana jika bagaimana sesuatu yang buruk akan terjadi. Memiliki sedikit kekawatiran.

Benang tipis telah mengisolasi seluruh tempat ini.

Sangat sulit terlihat dengan mata telanjang. Dan sepertinya orc itu tidak menyadarinya.

Mereka berbondong-bondong menuju tempat ini. Lima dari mereka terlihat beriringan.

Dalam sekejap mereka terpotong. Benang itu menjadi kusut setelahnya. Para monster itu dengan dinginnya, melangkah di atas mayat-mayat rekan mereka untuk lewat.

Persentase kesempatan memenangkan ini meningkat.

"Kurasa aku tidak usah melakukannya" Tersenyum memandang orc yang datang. Pada awalnya Baratha akan melarikan diri saat situasi menjadi tidak mungkin untuk dimenangkan.

Baratha memberi kekuatan pada kakiku.

Suara-suara menganggu perlahan samar terdengar.

Kesunyian datang hanya sesaat dikala sebuah kapak dengan ringan terbang ke arah Baratha, dan menghancurkan momentumnya.

Kembali kedalam posturnya.

Baratha menarik nafas untuk mendapatkan ketenangan, hanya tersisa sedikit jarak di antara mereka sekitar sepuluh langkah.

Dalam sekejap.

Baratha mempersempit jarak hingga tepat berada di bawah lengan kiri salah satu orc. Orc itu yang sedang bersiap melemparkan kapaknya terperanjat kaget.

Satu tusukan kuat berhasil mengenainya.

Darah merah keluar dari pingangnya. Namun, itu bahkan tidak sampai menembus kearah organ vitalnya. Baratha yang pada dasarnya berusaha untuk menumbangkan orc itu dengan satu kali serangan, gagal dan terkena hantaman serangan orc lainnya.

Terhempas jauh oleh ayunan kuat sebuah gada dan mendarat tepat setelah bertabrakan dengan pohon.

Rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh, dengan tangan yang gemetar saat memegang perut akibat menahan pukulan itu.

Pedang yang berada di tangan kirinya bahkan terhempas di saat itu terjadi.

Sekarang Baratha tahu itu tidak akan berhasil di lain waktu, dan juga sepertinya pedangnya tidak terlalu berdampak padanya.

Hanya bisa bergantung pada benang itu saja.

Baratha berdiri dan menyimpan kembali pedangnya yang tersisa.

Berlari memasuki hutan untuk memancing kawanan orc itu supaya mengikutinya.

Lima orc berlari mengikutinya.

[Mereset stat]

Kecepatannya perlahan-lahan melambat, dan meskipun itu hanya sesaat sebelum Baratha mendistribusikan poin statnya kembali.

Orc itu hampir berhasil tertangkap.

Akan tetapi.

Baratha yang melemparkan bom asap berhasil lolos, dan kemudian melompat ke arah dahan pohon setelah membagikan poin stat kearah Agi dan Dex.

Kedua tangannya meraih belati di dalam kantong ruang. Di saat belati keluar, itu terlihat ada sesuatu seperti benang tipis yang di kaitkan dengannya jika di lihat dengan seksama.

Masing-masing tangannya memegang dua buah belati.

"Dengan ini saja seharusnya bisa membunuh mereka tanpa harus menggiringnya ke arah jebakan yang lain. Akan repot jadinya jika terjadi keadaan lebih buruk dari ini."

Dengan lincah, Baratha berputar-putar di sekitar mereka, kakinya menyentuh tanah dengan kecepatan yang sulit diikuti.

Dengan memanfaatkan asap yang belum sepenuhnya menghilang, Baratha melemparkan belati satu demi satu dengan jumlah banyak. Ini terlihat seperti dia sedang merajut. Jika ini berhasil Baratha bisa membunuh orc itu sekaligus.

Bukankah ini terlihat mudah?

Setelah semuanya selesai.

Asap yang perlahan tidak terlihat lagi, memperlihatkan wajah-wajah menyeramkan dari orc itu.

Sepertinya mereka bisa melihat benang-benang itu, ini mungkin karena asapnya.

Benang-benang tajam mengurung mereka.

Menjadi tahap akhir dari persiapanya.

Benang yang longgar terikat di sepuluh jari Baratha, di tarik dengan kuat olehnya yang menghasilkan bunyi khas. Baratha tidak terluka oleh benang kuat itu, ini karena vambrace yang dia pakai.

Rintihan dari orc terdengar di saat tubuh mereka terpotong-potong.

Benang yang saling terkait, satu demi satu menjadi kusut, berbanding terbalik dengan ketajamannya tingkat ketahanannya adalah yang terburuk.

"Ini akan menjadi menyulitkan jika melawan mereka secara langsung. Dari yang terlihat, mereka sepertinya sisa-sisa dari perang antar suku."

--

Hari telah menujukan malam kembali.

Baratha yang telah selesai berkeliling di sekitar tempat jebakannya terpasang, memutuskan beristirahat saat hari mulai menjadi gelap. Bahkan dia melakukannya hingga dua kali untuk lebih menyakinkannya. Meskipun ini hanya permainan, perasaan yang di rasakan sangat nyata seperti kelelahan dan nyeri yang masih sedikit terasa.

Baratha membuat perapian dan duduk di sebatang kayu, dengan beberapa tusuk daging yang telah siap untuk di pangang.

Melihat jauh dari ke dalam hutan menatap di kegelapan Gua. Baratha memakan daging dengan rasa asin karena di taburi garam.

Belum lama ini Baratha menemukan sesuatu yang mengejutkan, itu adalah tebing yang di tumbuhi subur oleh tanaman merambat yang ternyata menyembunyikan lubang pintu masuk Gua sangat besar.

Ini menjadi masuk akal bahwa Satyr tidak dapat di temukan saat Baratha kembali, bahkan saat menyisir di mana jebakannya terpasang, Baratha tidak menemukan kehadiran monster atau mayat apapun.

Baratha melangkah kakinya masuk. Namun, sesaat menggurungkan niatnya setelah merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan dari dalam gua.

Mejelajahi saat esok hari adalah pilihan bijak, dan menyiapkan apa yang diperlukan. Pikirnya saat melihat langit sore hari.

Baratha duduk di tempat peristirahatan sementara dan melihat gua besar yang tersembunyi di antara rimbunnya tanaman merambat. Meskipun rasa penasaran dan ketidaknyamanan melandanya.

Dalam kegelapan malam, suasana yang dingin, Baratha merasakan sedikit kehangatan api perapian. Suara desir pepohonan dari angin malam memecahkan keheningan. Padangannya memandang api perapian merefleksikan kesiapannya, mempertimbangkan setiap langkah-langkah selanjutnya dalam menjelajahi gua dan juga potensi bahaya yang mungkin akan terjadi.

Meraih salah satu kantong yang berisi perbekalan, mengeluarkannya dan menatanya rapi di atas tanah.

"Hanya tersisa beberapa senjata, armor dan racun. Untuk perbekalan makanan. Yah, seharusnya cukup untuk satu minggu kedepan." Hutan adalah tempat yang kaya akan sumber daya alam, bertahan hidup di dalam hutan ialah mudah, dan juga aku memiliki sedikit pengetahuan tentang survival.

Baratha mengamati dengan seksama pada peralatan tempur terbatas yang dia miliki. Pertanyaan baginya sekarang adalah bagaimana cara bertarung dengan efisien jika kalo hal seperti kemarin terjadi. Dia tidak akan menghawatirkan tentang ini kalo semisal benang yang dia bawa sedikit lebih banyak.

Bagaimana dengan racun?

Baratha melirik kearah botol-botol kecil itu di tempatkan.

"Mengunakan panah sebagai media racun bukanlah ide yang buruk"

Beranjak dari tempatnya.

Mengeluarkan beberapa potong kayu yang akan di buat sebagai anak panah.

Malam hari akan sangat panjang hari ini.

--

Hari esok yang cerah telah tiba. Suasana hati yang sama cerahnya dengan langit pagi, Baratha berkemas bersiap untuk melanjutkan petualangannya.

Baratha yang telah menyempatkan sedikit waktu untuk keluar dalam permainan, untuk mengecek forum jual beli. Baratha cukup senang mendapati equipment yang dia jual mendapatkan peminat yang cukup tinggi.

"Tidak menyangka beberapa senjata dan perlekapan yang rusak aku perbaiki laris terjual. Ini akan jadi hari terakhir kita, pria kecil" Baratha tersenyum memandang panah yang di pegang di tangan kanannya.

Baratha cukup puas tentang hasilnya meskipun beberapa barang metah dia jual mengalami penurunan harga.

Sekarang semuanya telah selesai di rapikan.

Langkah yang ringan melangkah ke dalam gua. Perasaan tenggelam seolah-olah tersedot. Rasanya ada sesuatu menariknya. Kakinya tertahan menahan untuk tidak segera melangkah.

Masih di dalam mulut gua.

Tangan bersandar di dinding, dengan nafas terengah-engah.

Namun itu hanya sesaat. Apa yang tadi Baratha rasakan seolah-olah adalah sebuah kebohongan.

Sepertinya badannya sudah menyesuaikan lingkungan gua.

Baratha mengacuhkannya seperti bukan apa-apa. Dan melanjutkan perjalanannya mengeksplorasi.

Seharusnya Baratha lebih peka akan sekitar.

--

Baratha cukup lama di dalam gua, namun belum mendapati keberadaan moster yang lari ke dalam gua. Baratha yang terus masuk lebih dalam hingga akhirnya menemukan sebuah ruangan berisi makanan yang di awetkan dan banyak botol-botol seperti terlihat di dalamnya menyimpan tanaman herbal.

"kelihatanya tempat ini sudah lama tidak di bersihkan" Baratha menggenggam satu botol sesudah itu menaruhnya kembali dan tampak telapak tangannya membekas di permukaan botol itu.

"Kurasa membawa yang ada di sini saja lebih baik dari pada mengambil resiko. Kalo di pikir mejelajah tanpa persiapan penuh agak ceroboh" botol-botol yang terpajang rak kemudian di memasukannya satu persatu kedalam kantong ruangnya.

Setelah itu

Berjalan keluar dari gua dengan menyusuri setiap jejak yang di tingalkan.

Penjelajahan yang terburu-buru tidaklah menguntungkan, itu bisa saja akan meninggalkan source material yang tidak teridentifikasi oleh pengetahuanku. Akan jadi sebuah penyesalan di waktu yang akan datang.

Sudah terlalu banyak waktu yang Baratha habiskan di dalam hutan. Menuju tempat yang di janjikan adalah yang utama sekarang.

Setibanya di pintu masuk kota. Terlihat para prajurit penjaga memeriksa setiap orang yang akan masuk ke dalam kota, pemeriksaan yang di lakukan dengan sihir dan alat deteksi, memungkinkan para penjaga melakukan pemeriksaan barang bawaan jadi lebih cepat dari pada dengan metode manual. Dan juga, bisa menjaga setiap barang-barang privasi dari orang-orang yang berkunjung.

Ini adalah sesuatu hal yang lumrah di temukan di manapun. Namun, beberapa petualang mengatakan bahwa pemeriksaan yang di lakukan kota ini tidaklah terlalu ketat.

Setelah selesai dengan pemeriksaannya Baratha berjalan menuju loket untuk membayar biaya barang bawaannya yang melebihi batas yang di perbolehkan.

Baratha mengambil kartu identitasnya.

"Terima kasih" Katanya dengan tersenyum.

Dia pun membalas senyuman Baratha sebelum berkata "sepertinya ini adalah hari baik untukmu"

"yah, begitulah" Baratha yang tersenyum canggung kemudian beranjak pergi. Tapi, sebelum itu wanita penjaga loket bertanya tentang Baratha yang akan meninggalkan kota hari ini. Dan Baratha mengatakan iya. Wanita itupun memberi nasehat untuk berhati-hati dengan monster. Baratha yang paham akan itu, mengucapkan terima kasih untuk perhatiannya padanya.