Keesokan harinya, Liang bangun dengan
rasa tegang yang menghantui pikirannya. Kekuatan terlarang yang kini mengalir dalam dirinya memberinya kekuatan luar biasa, tetapi juga membawa beban dan pertanyaan yang sulit dijawab.
Desa yang masih terlelap menyambut Liang dengan kedamaian pagi yang khas. Namun, kehadirannya yang berubah menarik perhatian warga. Pandangan tajam dan bisik-bisik khawatir menjadi sambutan tidak resmi untuk pemuda itu.
Liang merasa tekanan dari sorot mata sekelilingnya. Dia tahu, untuk mencapai balas dendam, dia harus mengendalikan kekuatan yang baru dia dapatkan. Dengan langkah mantap, dia menuju ke hutan di luar desa, tempat kakeknya mengajarkan latihan kultivasi yang lebih dalam.
Dalam keheningan hutan, Liang bermeditasi di bawah naungan pepohonan kuno. Energinya menyatu dengan aliran kehidupan di sekitarnya, menciptakan harmoni yang jarang dia rasakan sebelumnya. Namun, harmoni itu rapuh, seiring dengan pertanyaan dan ketidakpastian yang terus menghantuinya.
Kakeknya muncul di hadapannya, membimbingnya melalui langkah-langkah kultivasi yang lebih tinggi. "Liang, kekuatan ini adalah anugerah dan ujian sekaligus. Hati-hatilah agar tidak terjerumus ke dalam gelap yang tak terkendali," kata kakeknya dengan serius.
Namun, ketika Liang semakin terlibat dalam latihan, kehadiran seorang sesepuh bernama Mei memberikan warna baru pada petualangannya. Mei, seorang yang bijaksana dan berpengalaman, menyadari tanda-tanda kekuatan terlarang yang ada pada Liang.
"Dalam pencarianmu untuk balas dendam, jangan biarkan kekuatan itu merusak esensimu sendiri," kata Mei dengan penuh perhatian. Dia mengenang masa lalu yang kelam, di mana sekte jahat yang sama telah menciptakan kehancuran di desanya.
Liang, meskipun penuh rasa hormat pada Mei, tetap teguh pada tujuannya. Balas dendamnya adalah api yang terus menyala di dalamnya. Namun, Mei memberikannya peringatan terakhir sebelum pergi, "Setiap tindakan memiliki konsekuensi. Pikirkan baik-baik sebelum memilih jalur yang akan kamu tempuh."
Bab 2 mencapai klimaks ketika Liang dihadapkan pada ujian batin yang tak terduga. Dalam meditasi malamnya, bayangan sekte jahat muncul dalam bentuk hantu yang mengancam. Liang harus memutuskan apakah dia akan terus mengejar kekuatan terlarangnya atau mencari keseimbangan yang lebih besar.
Sementara itu, sekte jahat mendeteksi kehadiran Liang, dan utusan mereka mulai merayap menuju desa. Ancaman semakin nyata, dan Liang menyadari bahwa perjalanan ini tidak hanya menguji kekuatannya, tetapi juga ketahanan hatinya.
Bab 2 berakhir dengan keputusan yang berat di pundak Liang. Di tengah-tengah kekuatan yang baru ditemukannya, dia harus memilih antara keinginannya untuk balas dendam dan risiko besar yang mengintai.