Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

wanita simpanan

cat_00012
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.7k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - redup

Tangan sigap merangkul pinggang ramping yang mulai penuh keringat. Kedua wajah menatap dalam dengan hanya penerangan seadanya. Kibasan rambut terurai mengenai pipi laki-laki yang sudah siap menerkam itu. Bibir laki-laki itu langsung melumat bibir merah wanita bergaun jingga itu. Senyum tipis wanita itu sudah cukup menggambarkan kepuasan.

"Mas tunggu," menghentikan ciuman ganas laki-laki itu.

"Kenapa kamu tidak mau?" Nafas memburu dengan tatapan mengairahkan.

"Kita harus mengakhirinya. Sebentar lagi aku harus pulang."

Tanpa aba-aba laki-laki itu langsung melumat kembali bibirnya. Menutup cepat agar dia tidak bisa berbicara. Bagaimana mungkin apa yang sudah dimulai. Harus diakhiri dengan cepat.

Wanita itu sudah tidak ingin melawan. Apalagi sudah dua bulan dia tidak bertemu dengan kekasih yang sangat ia cintai.

Satu persatu kedua baju mereka lepas dengan perlahan. Sekejab saja wanita itu sudah ada di dekapan laki-laki itu. Wajah kekarnya terlihat sangat menawan. Dengan wajah sawo matangnya. Terlihat tampan dalam pantulan lampu kamar.

"Mas kenapa kamu lama sekali pulangnya. Apa kamu sudah lupa sama aku?"

"Jika aku lupa mana mungkin aku ada disini sama kamu dek."

"Ya kenapa kamu lama sekali buat ngabarin aku. Aku kangen sama kamu mas."

"Kamu kan tahu kalau yang dirumah susah di tinggal."

"Ah. Kamu mas," bibirnya langsung melumat dengan cepat dan lincah. Tak kalah lincahnya dengan laki-laki itu.

Malam itu menjadi saksi pertemuan mereka berdua. Pertemuan panas dengan penuh gairah.

Wajah penuh kepuasan terlihat sangat menawan diantara rangkulan tangan. Matahari pagi sudah terlihat tinggi. Hingga masuk melalui celah dinding kamar mereka. Waktu berlalu terasa cepat hingga tidak terasa mereka akan berpisah.

"Besok kita jalan ya mas?"

"Aku udah ada jadwal kerjaan dek. Minggu depan ya kita jalan?"

"Kita kan baru ketemu masa harus lama lagi bisa sama-sama sih mas," wajah penuh kecewa terlihat jelas.

"Aku nggak bisa ninggal kerjaan dek. Besok istri aku mau cek kehamilan."

"Ya udah deh. Nanti kalau kamu merasa kesepian jangan lupa hubungin aku lagi ya?" Jari telunjuknya meraba dari kepala hingga ke dadanya.

"Tentu," ciuman ganas itu kembali terjadi. Meski menjadi akhir dari pertemuan mereka. Setelah selesai bersiap mereka langsung keluar dari kamar. Dan berjalan kearah yang berlawanan.