Chapter 3 - Berlibur di Bali

"Cin...bangun...cin!" Winarti menggoyang-goyang pinggulnya Amira dengan kedua tangannya. Amira malah menutupi mukanya dengan bantalnya, sedangkan Sofie masih tertidur pulas di sampingnya Amira.

"Duuhh...nih anak malah nutupin mukanya." gumam Winarti.

"Sof...ayo kamu juga bangun dong." Winarti sekarang menggoyang-goyang pinggulnya Sofie.

"Kita renang di kolam renang yuukk, Sof. Indah banget tuh bookk pemandangannya. Eike jadi nggak tahan pengin menikmati kolam renang dan pemandangannya." kata Winarti.

"Apa? Benarkah, mbak?" tanya Sofie nggak percaya sambil ngucek-ngucek kedua matanya.

"Lihat aja tuh dari jendela." jawab Winarti.

"Aku pengin liaaatt!" teriak Sofie langsung turun dari kasur dengan cepat menuju ke jendela kamar untuk melihat pemandangan di bawah.

"Ciinn...ayo bangun dong. Keburu banyak orang make kolam renangnya loh." Winarti menggoyang-goyang pinggulnya Amira dengan kedua tangannya lagi. Amira masih menutupi mukanya dengan bantalnya.

"Busyeeettt....indah banget pemandangannya." puji Sofie.

"Mbak, Amira kok masih nggak mau bangun sih?" tanya Sofie sambil menoleh ke Amira yang masih nggak mau bangun gara-gara takut jatuh hati kepada Steven lagi.

"Nggak tau nih anak syusyah banget dibanguninnya, Sof. Coba kamu yang bangunin dech sekarang. Bandel amat." jawab Winarti.

"Heemm...awas ya kamu, Amira. Aku gelitikin nih." kata Sofie dengan suara agak keras agar Amira mendengarnya. Amira segera membuka bantalnya yang sejak tadi dipake menutupi mukanya. Hampir saja Sofie menggelitiki Amira. 

"Duuhh...berisik amat sih kalian berdua. Kalau mau renang ya renang aja. Aku masih ingin menikmati empuknya kasur ini kok." kata Amira sambil duduk di atas kasur dengan memangku bantalnya. Amira sewot.

"Ciinn...kenapa sih kamu nggak semangat kayak biasanya kemarin-kemarin?" tanya Winarti sambil memandangi wajah Amira yang sedang menunduk lesu.

"Iya nih kayaknya Amira nggak semangat kayak biasanya." kata Sofie yang sudah siap menggelitiki Amira kalau saja Amira masih tetap nggak mau bangun tadi. Sofie sekarang duduk di samping Amira.

"Ada apa sih, Cin?" tanya Winarti sambil membelai rambut panjang hitam kemerah-merahannya Amira dengan sayang.

"Aku dipanggil Sofie aja. Giliran Amira dipanggil Cinta." kata Sofie dengan sewot.

"Ssssstttt....ini eike lagi serius, Sofiee!" jawab Winarti.

"Tuh kan!" kata Sofie dengan sewot lagi.

"Nanti aja urusan ama kamu. Sebel!" jawab Winarti sambil membelai-belai rambut panjang hitam kemerah-merahannya Amira dengan lembut dan sayang. Amira masih menunduk lesu.

"Ada apa sih, Cin?" tanya Winarti kalem masih membelai-belai rambut hitam panjang hitam kemerah-merahannya Amira. Tidak beberapa lama kemudian, Amira tiba-tiba memeluk Winarti dengan sedikit terisak-isak.

"Mir, kalau kamu kalah dari Mirna, kami berdua fine-fine aja kok." kata Sofie. "Jangan takut. Aku dan mbak Winarti pasti mendukungmu kok, Mir! Iya kan mbak?"

"Iya, Sofie!" jawab Winarti singkat.

"Heemm...!" gerutu Sofie. Winarti tersenyum-senyum.

"Bukan kalah atau menang kontes nanti. Tapi Steven, mbak!" jawab Amira lirih sambil terisak-isak dan masih memeluk Winarti.

"Ada apa dengan Steven, Cin?" tanya Winarti sambil mengelus-elus punggungnya Amira dengan lembut dan pelan-pelan.

"Apa kamu masih suka dengan Steven, Mir?" tanya Sofie. Amira mengangguk masih memeluk Winarti dan terisak-isak.

"Cin, kamu harus nyadar dong kalau Steven udah bertunangan dengan Mirna. Lebih baik kamu batalin sukamu ke Steven. Nanti urusannya bisa runyam dech kalau kamu ngerebut Steven darinya. Mirna pasti nggak terima, Cin!" jawab Winarti. "Sekarang kita renang yuk sambil menikmati pemandangan. Indah buanget, Cin. Keburu orang-orang ngerubutin loh, Cin."

"Yuk ah, Cin! Aku udah nggak tahan pengin berenang-renang di Aquarium...eh, kolam renang." sambung Winarti sambil tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

"Pantes kok mbak renang di Aquarium. Kayak ikan cupang." jawab Sofie, lalu tertawa cukup keras.

"Ssssttttt...!" Winarti menyuruh Sofie diam dengan telunjuk kanannya ditempelkan di tengah bibirnya. Tidak beberapa lama kemudian, Amira melepas pelukannya ke Winarti sambil mengusap-usap air mata di kedua matanya dengan kedua tangannya.

"Ayo Cin kita renang sekarang." ajak Winarti. Amira mengangguk.

"Kamu juga mau ikut renang, Cin?" tanya Winarti nggak percaya kalau Amira mau ikut renang dengan mengangguk tadi.

"Tadi Amira kan udah kasih tahu dengan ngangguk toh mbak! Kok masih aja ditanya terus?" sahut Sofie dengan sewot.

"Keburu banyak orang tuh, mbak." Sofie menggoda Winarti.

"Iya...iya...eike tau kok. Nyerocos aja sih elu, Sof." jawab Winarti judes ke Sofie. Judesnya Winarti cuman sebentar.

"Saf..Sof..Saf..Sof. Cinta dong." canda Sofie.

"Sof buntut...eh, Sof buntut!" jawab Winarti sambil tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

"Malah ngaco dech." kata Sofie yang masih ngajak Winarti bercanda biar Amira terhibur. Winarti dan Sofie tertawa-tawa lepas bersama. Akhirnya, Amira ikut tertawa karena larut dalam bercandaannya Sofie dan Winarti.

"Yuk ah kita turun ke bawah. Aku pengin banget renang." ajak Amira sambil beranjak dari kasurnya.

"Alhamdulillaahh...yuk ah Sof kita kemon! Uhui!" Winarti kegirangan sambil beranjak dari kasur.

"Awas kalau ditambahin buntut loh mbak!" ancam Sofie dengan bercanda ke Winarti.

"Ha ha ha...enggak kok, Sof. Ampun dech." jawab Winarti.

"Kalian berdua udah bawa pakaian renang dari rumah kan?" tanya Amira ke Sofie dan Winarti.

"Udah dong, Mir!" jawab Sofie.

"Kalau kamu, mbak?" tanya Sofie.

"Udah juga dong." jawab Winarti.

"Tapi aku pinjem kutangnya ya Cin." kata Winarti ke Amira.

"Emangnya kenapa dengan kutangnya mbak Winarti?" tanya Amira.

"Tali kutangnya putus semua, Cin." jawab Winarti.

"Duuhh...kok bisa mbak?" tanya Amira.

"Nggak tau ini, Cin. Perasaan aku bawa dari rumah baik-baik aja talinya semua." jawab Winarti dengan sewot sambil memeriksa tali-tali kutangnya di dalam tasnya.

"Pake tali rafia aja, mbak." canda Sofie. Amira, Sofie, dan Winarti tertawa bersama.

"Iya, mbak. Kebetulan aku bawa tiga." jawab Amira sambil memberikan satu kutangnya ke Winarti.

"Tapi mbak Winarti nggak panuan kan?" tanya Amira sambil menarik kembali kutangnya yang hampir dipegang Winarti.

"Suer satupun eike nggak punya panu, Cin." jawab Winarti sambil memberikan isyarat sumpah dengan jari telunjuk dan tengahnya.

"Yaudah. Jangan sampe putus ya mbak talinya." canda Amira sambil memberikan kutangnya ke Winarti. Sofie, Amira, dan Winarti tertawa ngakak bersama lagi. Tidak beberapa lama kemudian, mereka bertiga mengganti piyamanya masing-masing dengan pakaian renang. Setelah itu, mereka bertiga turun ke bawah menuju ke kolam renang. Mirna dan Amanda sudah mencoba sebuah kolam renang yang akan dipake Amira dan kedua temannya itu setengah jam yang lalu. Steven nggak berenang. Steven hanya menunggu sekaligus menjaga Mirna dan Amanda. Ada sekitar sepuluh tamu hotel yang berenang-renang dan bersenda gurau dengan keluarga dan pasangannya masing-masing. Tatapan kedua mata Steven dan Amira kembali bertemu. Amira menunduk, sedangkan Steven tetap menatap Amira dengan sangat mengharapkan dia kembali ke pelukannya lagi suatu saat nanti bila ada kesempatan. Amira sudah berjanji di dalam hatinya untuk menghormati Mirna. Amira sudah menepis Steven dari dalam hatinya. Setelah puas berenang-renang, Amira dan kedua temannya menuju ke pantai Kuta yang merupakan pantai terdekat dengan hotel tempatnya menginap dengan Sofie dan Winarti saat ini.

"Cin, gimana perasaanmu ke Steven sekarang?" tanya Winarti ketika barusan beristirahat dari berjalan-jalan di atas pasir putih pantai Kuta di bawah beberapa pohon kelapa sambil memikmati air kelapa ijo muda dengan sedotan.

"Masihkah kamu mengharapkan Steven kembali ke pelukanmu, Cin?" tanya Winarti lagi. Amira menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya lagi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Biarlah Steven menjadi milik Mirna, mbak." jawab Amira sambil memakan daging kelapa ijo muda dengan sendok. Amira memalingkan mukanya dari Winarti dengan melihat deburan-deburan ombak pantai yang sedang bergulung-gulung.

"Kamu fokus saja ke kontes, Cin. Soalnya ini menentukan perubahan nasib kamu ke depan, Cin." nasehat Winarti.

"Iya, mbak. Pasti." jawab Amira.

"Setelah ini, Amira mau berlatih berjalan lenggak-lenggok di kamar, mbak." kata Amira.

"Eike siap melatih kamu, Cin." jawab Winarti.

"Yuk sekarang kita kembali ke hotel!" ajak Amira sambil berdiri.

"Oke." jawab Sofie.

"Bentar dong, Cin. Eike lagi makan daging kelapa ijo ini nih." jawab Winarti.

"Cepetan dong dihabisin, mbak." celetuk Sofie menggoda Winarti.

"Tunggu bentar napa sih. Eike bisa mampus kalau keserdak nih daging kelapa." jawab Winarti.

"Iya, mbak. Amira tunggu kok." jawab Amira. Tidak beberapa lama kemudian, Amira dan Sofie tertawa-tawa menertawai Winarti. Lima menit kemudian, setelah Winarti menghabiskan daging-daging kelapa ijo mudanya, mereka bertiga menuju ke mobil bersama. Ketika Amira membuka pintu mobilnya, tiba-tiba Steven berteriak-teriak sambil berlari kecil mendekati Amira.

"Amiraaa...tunggu!" teriak Steven dari belakangnya.

"Ngapain sih tuh si ganteng ke sini?" tanya Winarti yang sudah siap masuk ke dalam mobilnya Amira.

"Tau dech!" gerutu Amira sambil memegang pintu mobilnya yang sudah setengah terbuka.

"Amira, kamu mau ke mana?" tanya Steven ke Amira dengan sedikit nafas ngos-ngosan karena berlari kecil tadi mendekati Amira. Sofie sedang masuk ke dalam mobilnya Amira dengan cuek. Sofie nggak peduli urusannya Amira dengan Steven, sedangkan Winarti sekarang berjalan mendekati Amira. Amira sekarang berhadapan dengan Steven.

"Mau kembali ke hotel." jawab Amira singkat, lalu memalingkan mukanya dari Steven. Steven tiba-tiba memegang kedua tangan Amira, lalu mengangkatnya pelan-pelan. Amira sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Steven, tapi Amira diam saja.

"Amira, maafkan aku ya. Aku masih sayang dan cinta kamu." kata Steven serius.

"Steve, maaf juga aku sudah nggak bisa menerima sayang dan cintamu lagi, karena kamu sudah bertunangan dengan Mirna." jawab Amira sambil melepaskan kedua tangannya yang dipegang Steven. Winarti bersendekap di samping Amira dengan melihat Steven. Tatapan kedua mata Winarti sangat aneh menatap Steven di balik kacamata hitamnya.

"Seandainya aku batalkan pertunanganku dengan Mirna, apa kamu mau menerimaku lagi, sayang?" tanya Steven.

"Steve, jangan berpikiran seperti itu. Tolong jangan kecewakan Mirna lagi demi kamu memilikiku. Aku harap kamu mengerti, Steve." jawab Amira. Steven menundukkan wajahnya.

"Maaf aku nggak punya banyak waktu untuk kamu, Steve." kata Amira sambil masuk ke dalam mobilnya, lalu menutup pintu mobilnya. Tidak beberapa lama kemudian, Amira mengemudikan mobilnya dengan meninggalkan Steven yang sekarang sedang berdiri terpaku menatap mobil yang dikemudikan Amira yang semakin menjauh darinya. Amira kini menitikkan air mata sambil nyetir mobilnya.

"Apa yang kamu tangisin, Cin?" tanya Winarti sambil menoleh ke Amira. Winarti terlihat sedih. Sofie yang duduk di belakang cuek dengan main game kesayangannya di HPnya.

"Nggak apa-apa kok mbak!" jawab Amira lirih dengan mengusap-usap air mata di kedua sudut matanya yang hendak berlinang ke kedua pipinya. Amira sedikit terisak-isak.

"Beneran kamu nggak apa-apa, Cin?" tanya Winarti lagi memastikannya.

"Jangan ditanyain terus dong mbak." sahut Sofie setengah menggoda sambil asyik main game kesayangannya.

"Iya, nggak apa-apa kok mbak. Amira baik-baik aja." jawab Amira yang kelihatannya sudah tegar kembali.

"Duuhh...kamu malah asik main game aja. Teman kamu lagi sedih tuh. Gimana sih?" gerutu Winarti ke Sofie dengan menoleh ke belakang.

"Kan Amira sekarang udah nggak sedih lagi, mbak!" jawab Sofie ngajak Winarti bercanda. "Iya kan, Mir?"

"Iya, Sof. Aku nggak apa-apa kok." kata Amira.

"Tuh kan apa kata Amira, mbak." sahut Sofie yang masih asik main game kesayangannya.

"Terserah kamu aja ngomong apa'an, Sof. Sebel!" jawab Winarti sambil cemberut dan bersendekap dengan pandangan lurus ke depan. Amira ketawa-tawa lepas. Winarti dan Sofie tersenyum-senyum.

"Dasar ya kamu, Sof. Suka godain eike aja." kata Winarti sambil menoleh ke Sofie yang masih asik main game kesayangannya. Amira ketawa-tawa kecil.

"Biar rame, mbak!" jawab Sofie enteng. Amira, Winarti, dan Sofie ketawa-tawa agak keras bersama.

"Eh, kamu tadi nangisin apa, Cin?" tanya Winarti lagi ingin tahu. Amira diam dengan menarik nafas dalam-dalam dan tetap berusaha konsentrasi nyetir mobilnya ke hotel tempatnya menginap, lalu menghembuskan nafasnya pelan-pelan. Sofie nggak jadi menggoda Winarti lagi, karena Sofie sedang seru-serunya main game kesayangannya.

"Kamu masih ngarepin Steven ya Cin?" tanya Winarti lagi. Amira cuman mengangguk.

"Tapi sekarang udah nggak kok mbak!" jawab Amira pelan.

"Beneran udah nggak, Cin?" tanya Winarti memastikannya. Amira ngangguk lagi.

"Nangis cuman dikit aja ditanyain terus!" sahut Sofie masih asik main game kesayangannya.

"Biarin dia nyerocos kayak Beo...eh, Beo!" jawab Winarti, lalu tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya seperti biasanya. Amira tersenyum-senyum.

"Eh, kembali ke laptop ah." kata Winarti. Sofie senyum-senyum.

"Beneran kamu nggak ngarepin Steven lagi, Cin?" tanya Winarti.

"Emangnya kenapa mbak kalau iya? Kalau enggak, kenapa, mbak? Amira jadi bingung ditanyain terus." Amira balik bertanya ke tukang make-upnya.

"Kalau iya, mending nggak usah aja, Cin. Daripada nanti kamu berurusan dengan Mirna lagi. Mirna pasti nggak terima." jawab Winarti serius.

"Iya, mbak. Amira udah ikhlasin Steven buat Mirna." kata Amira.

"Masih banyak kok cowok-cowok ganteng melebihi kegantengannya Steven, Cin. Tenang aja. Nanti eike kenalin kok." kata Winarti.

"Aku juga mau, mbak!" sahut Sofie masih asik main game kesayangannya.

"Nanti aja eike kenalin ke kamu setelah Amira dan eike!" jawab Winarti, lalu tertawa ngikik genit sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

"Pelit!" sahut Sofie masih asik main game kesayangannya.

"Biarin!" jawab Winarti dengan tersenyum-senyum. Amira juga tersenyum-senyum.

"Terima kasih banyak ya mbak!" ucap Amira.

"Iya, Cin." jawab Winarti.

"Ingat ya Cin. Dua hari lagi kontes." Winarti mengingatkan Amira.

"Iya, mbak." jawab Amira dengan mengangguk. Lima menit kemudian, mereka bertiga sudah sampai di hotel. Mirna dan Steven sedang foto-foto mesra di depan hotel. Amanda sebagai tukang fotonya. Steven sejenak menoleh ke Amira.

"Duh, foto yang ini harus diulang, Mir!" kata Amanda kepada Mirna. Pada saat ini, Amira, Sofie, dan Winarti sedang berjalan menuju ke dalam hotel agak dekat dengan Steven. 

"Ada apa, Nda?" tanya Mirna sambil berjalan mendekati Amanda.

"Steven noleh, Mir! Lihat tuh!" jawab Amanda sambil memerlihatkan foto Mirna dan Steven kali ini.

"Duuhh...!" gumam Mirna setelah melihat foto mesranya dengan Steven.

"Apa benar, Nda?" tanya Steven sambil melihat fotonya di kamera.

"Lihat tuh." jawab Amanda memerlihatkan fotonya Steven dan Mirna di kamera.

"Kalian berdua ulangi lagi pose seperti tadi ya." perintah Amanda.

"Aku tahu sekarang kenapa Steven menoleh tadi! Lihat tuh!" sahut Mirna.

"Oh. Itu rupanya!" jawab Amanda. Steven terdiam. Mirna segera menyahut kamera yang sedang dipegang Amanda.

"Eh, Mir, kamu mau ngapain?" tanya Amanda.

"Tunggu Bentar. Kamu dan Steven di sini aja. Aku ada perlu dengan model kampungan itu." jawab Mirna sambil berjalan agak cepat mengejar Amira yang sekarang sedang tersenyum ramah dengan seorang penjaga pintu hotel.

"Hei, model kampungan! Hadap sini!" teriak Mirna setelah di dekat Amira. Amira, Sofie, dan Winarti segera menoleh ke Mirna. Mirna segera memfoto-foto Amira beberapa kali, lalu tertawa terbahak-bahak. Beberapa tamu hotel yang sedang lalu lalang keluar masuk hotel melihat mereka berempat dengan pandangan aneh. 

"Hei, lagi ngapain kamu?" bentak Winarti.

"Aku mau kasih model kampungan pelajaran nanti! Ha ha ha!" jawab Mirna dengan tertawa terbahak-bahak lagi.

"Apa kamu bilang?!" Winarti kembali membela Amira.

"Sini kameranya biar aku banting!" Winarti sangat marah sambil berusaha mengambil kameranya Mirna. Tetapi, Mirna lari menjauh darinya menuju ke Amanda dan Steven.

"Eike harus hajar tuh anak! Sialan!" Winarti berjalan cepat mengejar Mirna.

"Weeekk...!" Mirna mengejek Winarti sambil berjalan mendekati Amanda dan Steven.

"Mbak, udah biarin aja." cegah Amira dengan memegangi lengan kanannya Winarti yang sedang marah ke Mirna. Mirna tertawa-tawa di samping Amanda. Winarti menatap Mirna dengan tatapan marah. Amira masih memegangi lengan kanannya Winarti.

"Yuk kita ke kamar, mbak!" Amira menarik lengan kanannya Winarti.

"Perlu dikasih pelajaran tuh anak, Cin." jawab Winarti yang sudah luluh hatinya. Mereka bertiga kembali berjalan masuk ke dalam hotel.

"Pelajaran apa, mbak? Fisika? Kimia? Biologi? Matematika?" Sofie menggoda Winarti.

"Semuanya!" jawab Winarti asal nyerocos, lalu tertawa ngikik genit sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Amira dan Sofie tertawa-tawa kecil menertawakan Winarti.

"Kamu ngapain motret-motret Amira, Mir?" tanya Amanda.

"Aku nanti akan nempelin foto-fotonya Amira di pilar hotel itu!" jawab Mirna, lalu tertawa ngakak.

"Duuhh.....jangaann!" cegah Amanda. "Mereka bisa marah sekali ke kamu, Mir. Apalagi si bodiguardnya itu."

"Iya jangan, beib!" sahut Steven. "Pemilik hotel bisa marah juga, beib!"

"Tenang aja. Lihat aja nanti. Pasti nggak sampai ke pemilik hotel." jawab Mirna dengan entengnya.

"Gimana kalau mereka lapor ke pemilik hotel, Mir? Kita pasti kena sanksi!" tanya Amanda dengan perasaan kuatir. "Bisa kena hukuman juga."

"Hukuman karena apa?" tanya Mirna yang memang nggak ngerti.

"Pencemaran nama baik, Mir!" jawab Amanda. "Gimana sih lu? Mending jangan dech."

"Iya, beib. Mending jangan dech." cegah Steven.

"Tenang aja, beib. Pasti Amira nggak mau ngelaporin. Lihat aja nanti." jawab Mirna, lalu tertawa ngakak.

"Busyet dech kamu, Mir. Aku nggak ikut-ikut loh." kata Amanda.

"Aku juga loh, beib." kata Steven.

"Tenang aja. Aku yang bertanggungjawab. Paling kena denda Rp.100 juta." jawab Mirna, lalu tertawa ngakak.

"Kamu gila, Mir! Uang segitu banyaknya kamu buang gitu aja!" kata Amanda.

"Itu mah kecil!" jawab Mirna, lalu tertawa ngakak lagi.

"Udah dech nggak perlu bahas ini!" kata Mirna. "Ini urusan aku dengan Amira! Tenang aja!"

"Terserah kamu aja, Mir. Yang punya duit juga kamu kok." kata Amanda.

"Kita break dulu ya Nda." kata Mirna. "Udah mulai panas nih! Besok aja dilanjut foto-fotonya."

"Di depan hotel lagi?" tanya Amanda.

"Iya." jawab Mirna.

"Duuhh...! Di pantai dong. Lebih romantis. Kan di sini udah beberapa kali." kata Amanda.

"Hehehehe....Sip, Nda." jawab Mirna.

"Iya, asik tuh di pantai, sayang." setuju Steven.

"Jam berapa besok, Nda?" tanya Mirna. "Pagi ya, Nda."

"Oke, bos!" jawab Amanda.

"Sekarang kita ke mana, Nda?" tanya Amanda.

"Makan-makan yuk keluar!" ajak Mirna.

"Kebetulan. Aku udah laper banget." jawab Amanda.

"Aku juga udah laper, sayang." kata Steven sambil memeluk Mirna, lalu mencium pipinya.

"Idih, kamu ngikut aja!" jawab Mirna.

"Ya udah kita kemon sekarang!" sambung Mirna. Amanda kali ini nyetir mobilnya Mirna menuju ke restoran yang paling enak di Kuta. Sementara itu, Amira sekarang berlatih berjalan lenggak-lenggok di dalam kamarnya dengan dilatih Winarti.