Setelah sampai di rumah, Lu Xia mengusap liontin giok di tangannya. Terasa halus dan hangat saat disentuh. Dia belum pernah menyentuh batu giok sebelumnya, tapi sensasinya mengingatkannya pada batu giok hangat yang dijelaskan di buku, jadi dia rasa itu pasti sangat berharga.
Dia bertanya pada Jiang Junmo, "Menurut mu kita harus bagaimana?"
Jiang Junmo melihatnya memainkan liontin giok itu dan mengira kalau Lu Xia menyukainya. Dia mengerutkan bibirnya dan berpikir sejenak sebelum berkata, "Aku juga punya beberapa giok di rumah. Kalau kamu menyukainya, aku akan memberikan semuanya kepada mu saat kita kembali ke ibu kota. Untuk saat ini, simpan saja batu giok ini, dan kita bisa mengembalikannya ke Kakak Ipar nanti."
Lu Xia langsung memahami maksudnya dan memutar matanya ke arahnya. "Apa maksudmu? Apa menurutmu aku akan mengambilnya? Jangan khawatir, aku sama sekali tidak peduli dengan liontin giok seperti ini!"
Jiang Junmo langsung meminta maaf padanya, "Maaf, aku salah paham, Xia Xia. Apa kamu mau memaafkanku?"
Lu Xia melihatnya meminta maaf sambil tetap tersenyum, jadi dia tahu kalau Jiang Junmo tidak benar-benar takut. Dia berpura-pura marah dan mendengus, "Baiklah, kali ini aku akan memaafkanmu. Hanya saja, jangan memandang rendah diriku lagi nanti. Apa menurutmu aku tidak tahu apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu hanya ingin mereka mau menerima pemberian kita dengan lebih mudah. Baiklah, pergilah, kamu hanya tahu bagaimana membuatku kesal."
Jiang Junmo tertawa saat mendengar kata-katanya. "Xia Xia benar. Xia Xia sangat pintar. Aku salah paham padamu, Xia Xia."
Lu Xia memutar matanya lagi setelah mendengar ini dan bergumam, "Gombal!"
Lalu, dia tiba-tiba teringat apa yang dikatakan Jiang Junmo sebelumnya, "Kamu bilang kamu juga punya baru giok di rumah? Apa itu mahar nenekmu?"
Jiang Junmo menggelengkan kepalanya, "Tidak, itu adalah peninggalan ibuku. Di generasi nenek ku di era Partai Republik, mereka juga berbisnis. Belakangan, karena perang, pabriknya ditutup. Kakek buyut ku menjual sisa asetnya dan membawa putra-putri sahnya ke luar negeri. Adapun simpanan kakek ku beserta keturunannya tidak disukai, sehingga mereka diberi sejumlah uang untuk tinggal di negara tersebut.
Namun kesehatan kakek ku kurang baik, dan dia tidak lagi bisa berbisnis dengan lancar seperti sebelumnya. Setelah menikah, dia hidup menggunakan uang tabungannya. Belakangan, saat tabungannya hampir habis, hanya tersisa halaman kecil di ibu kota dan beberapa harta benda yang tersisa.
Setelah itu, kesehatannya semakin memburuk dan dia meninggal dunia. Setelah dia pergi, nenek ku kesulitan mengurus ibu ku sampai ibu ku bergabung dengan tentara dan bertemu dengan ayah ku di sana.
Namun di luar dugaan, setelah dia menikah dengan ayah ku dan melahirkan lima orang anak, dia pun meninggal dunia.
Setelah kehilangan putri satu-satunya, nenek ku merasa sangat sedih dan tidak bisa hidup lama. Dia meninggal saat aku masih berumur lima tahun, meninggalkan halaman kecil dan barang-barang milik ku."
Ini adalah pertama kalinya Lu Xia mendengarnya membicarakan tentang kondisi keluarga neneknya. Sekarang dia tahu kalau tidak ada seorang pun yang tersisa di keluarga neneknya, mau tak mau dia merasa kasihan padanya.
Dia berjalan mendekat dan menggenggam tangannya.
Melihat ini, Jiang Junmo tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Aku sudah tidak sedih lagi. Faktanya, aku tidak memiliki banyak kenangan tentang nenek ku. Namun kakak ku pernah bilang padaku bahwa nenek ku adalah orang yang baik, seorang wanita tua dengan kaki terikat yang biasanya berjalan lambat dalam waktu lama untuk mengunjungi kami para cucunya di kota.
Dia bahkan menanam pohon buah-buahan di halaman sebelumnya, dan di musim gugur, dia akan memetik buahnya dan membawakannya untuk kami makan."
Mendengarkan ceritanya, Lu Xia menggenggam tangannya lebih erat lagi, merasakan kesedihan dalam nada bicaranya.
Tapi dia tidak tahu bagaimana cara menghiburnya, karena dia pernah menjadi yatim piatu dan tidak terbiasa dengan perasaan kekeluargaan. Yang bisa dia lakukan hanyalah berada di sana bersamanya.
Untungnya, Jiang Junmo segera pulih dan tersenyum padanya, berkata, "Saat kita kembali ke kota di masa depan, mari kita tinggal di rumah dengan halaman kecil itu. Aku sudah membicarakan hal ini dengan keluarga ku sebelumnya, setelah aku menikah, aku akan pindah. Meski rumah nya tidak besar, namun lingkungannya bagus. Itu akan menjadi tempat tinggal kita di masa depan, dan kamu pasti akan menyukainya."
Lu Xia mengangguk, "Oke."