Chereads / Bertransmigrasi ke dalam Novel: Suami ku, Tokoh Sampingan Mahakuasa / Chapter 143 - Chapter 143 – Cerita Kehidupan Lu Chun

Chapter 143 - Chapter 143 – Cerita Kehidupan Lu Chun

Lu Xia mencibir, lalu membaca surat berikutnya yang ditulis Lu Qiu untuknya.

Dalam surat tersebut, Lu Qiu menceritakan peristiwa yang terjadi di keluarga Lu selama enam bulan terakhir.

Bisa dibilang sejak Lu Chun menikah, tidak ada kedamaian dalam keluarga Lu.

Suami Lu Chun berasal dari keluarga miskin dan mereka bahkan tidak memiliki kamar terpisah untuk ditinggali. Setelah melalui banyak perjuangan, Ibu Lu harus menyewakan kamar untuk mereka di halaman campuran yang besar untuk ditinggali sendiri.

Namun, Lu Chun tidak punya pekerjaan, dan suaminya juga tidak memiliki gaji yang tinggi. Jadi, mereka sering pulang ke rumah orang tuanya untuk meminjam atau meminta uang.

Setiap kali Lu Chun pulang, dia akan mengeluh betapa sulitnya hidupnya. Ibu Lu akan marah, tapi dia tidak tega melihat putrinya menderita, jadi dia selalu menyiapkan makanan enak untuknya.

Namun, suami Lu Chun cukup cerdik dan entah bagaimana berhasil mengendalikan Lu Chun sepenuhnya.

Tidak lama setelah menikah, Lu Chun hamil, yang membuat Ibu Lu semakin khawatir. Dia sering memasak hidangan daging untuk Lu Chun untuk memberinya nutrisi.

Kemudian, suami Lu Chun menggunakan alasan bahwa dia merasa sangat khawatir meninggalkannya sendirian di rumah pada siang hari saat dia pergi bekerja dan membawa adik perempuannya yang berusia 13 tahun untuk menjaganya.

Tapi adik perempuannya adalah termasuk anak yang tertua setelah suami Lu Chun dan biasanya memiliki tanggung jawab sendiri yang harus diurus juga.

Jadi, setiap pagi, adiknya akan membawa adik-adiknya dan pergi ke rumah kontrakan kecil tempat tinggal Lu Chun dan suaminya untuk menjaga Lu Chun. Dia membantu pekerjaan rumah dan memasak, dan mereka semua makan bersama saat makan siang dan makan malam tiba.

Hal ini membuat Lu Chun bisa lebih bersantai. Satu-satunya tugasnya adalah mengurus kehamilannya, dan dia menjadi semakin merasa puas dengan kehidupan nya. Kadang-kadang, saat Lu Chun pulang ke rumah orang tuanya, dia akan membawa serta adik-adik iparnya.

Awalnya Ibu Lu merasa kesulitan untuk menolak mereka, tapi setelah mereka berkunjung beberapa kali dan lebih terbiasa, mereka mulai datang secara teratur tanpa diundang.

Semua uang yang ditabung Ibu Lu untuk membeli daging masuk ke mulut adik-adik suami Lu Chun.

Karena hal ini terjadi berulang kali, Ibu Lu jadi kurang suka dan tidak setuju untuk melanjutkan hal ini. Mengurus anaknya sendiri masih bisa dia tolerir, tapi siapa yang rela mengurus anak orang lain, apalagi jumlahnya ada empat orang?

Desas-desus mulai beredar di sekitar tempat tinggal mereka bahwa Lu Chun sudah menikah, dan keluarga Lu harus membantu menghidupi keluarga suaminya juga. Hal ini membuat keluarga Lu menjadi bahan ejekan selama beberapa waktu.

Akhirnya, bahkan Ayah Lu yang "pendiam" tidak tahan lagi dan dengan tegas tidak memperbolehkan Ibu Lu sering-sering mengundang Lu Chun pulang ke rumah mereka.

Tidak tahu bagaimana cara Ibu Lu menjelaskan hal ini pada Lu Chun, tapi setelah kejadian itu, Lu Chun histeris di rumah, hampir membuatnya keguguran. Pada akhirnya, dia membanting pintu dan melenggang pergi, bilang kalau dia tidak mau mengunjungi rumah ini lagi.

Setelah itu, Ibu Lu jatuh sakit karena stres dan, saat sembuh, dia tetap berhati dingin dan tidak mau mengunjungi putrinya.

Mereka mengira masalahnya sudah selesai dan tidak menyangka Lu Chun akan tetap marah setelah sekian lama berlalu.

Tanpa diduga, suatu hari sepulang kerja, Ibu Lu merasa ada seseorang yang diam-diam mengikutinya. Saat dia berbalik, dia melihat sosok Lu Chun yang kurus dan sedang hamil.

Ibu Lu terkejut, dan Lu Chun menangis saat melihatnya.

Saat itulah dia mengetahui bahwa tanpa bantuan keluarganya, Lu Chun mengalami kehidupan yang sangat sulit. Makanan di rumah tidak cukup, dan gaji suaminya sepenuhnya diberikan pada keluarganya sendiri.

Begitu keluarga suaminya mengetahui perselisihan Lu Chun dengan keluarganya, sikap keluarga suaminya terhadap Lu Chun berubah drastis. Mereka mengutuknya karena miskin, sehingga mereka pun jadi tidak bisa mengambil keuntungan darinya lagi.

Suami Lu Chun juga sangat kecewa padanya, dia tidak selembut dan seperhatian seperti sebelumnya.

Pada titik ini, situasi Lu Chun menjadi lebih sulit. Dia harus bekerja sambil mengandung. Dia tidak hanya mencuci pakaian untuk seluruh anggota keluarganya, tapi juga harus memasak makanan tiga kali sehari. Hanya pada malam hari dia bisa beristirahat di kamar kontrakannya.

Dengan begitu, kehidupan Lu Chun berubah seperti neraka hanya dalam waktu satu bulan.