Di depan pintu, Lu Xia mengamati sekeliling dan tidak mendengar suara apa pun. Kemudian, Jiang Junmo mengambil inisiatif untuk maju ke depan, mengetuk pintu sambil berbisik, "Xu ge, apa kamu sudah tidur?"
Jiang Junmo berseru dua kali, dan suara gemerisik terdengar dari dalam kandang sapi. Tak lama, ada sosok yang tampak mengendap-endap, muncul.
"Siapa?"
"Ini aku, Xu ge!" Jiang Junmo buru-buru menjawab.
Melihat Jiang Junmo, Xu ge tampak lega. Dia langsung berjalan ke arah pintu tapi tidak membukanya, menghindari terlalu banyak kebisingan dan menarik perhatian.
"Adik, kenapa kamu ke sini? Apa kamu tidak kedinginan?" Xu ge bertanya dengan prihatin.
Jiang Junmo tersenyum dan berkata, "Aku baik-baik saja, ge. Aku memakai berlapis-lapis pakaian, jadi aku tidak kedinginan!" Kemudian, dia dengan cepat bertanya, "Apa kabar kalian semua? Apa rumah kalian bisa menahan salju? Apa ada bahaya?"
Xu ge tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, aku sudah hidup di sini selama beberapa tahun. Salju turun setiap musim dingin, dan kami hanya perlu membersihkan salju dari atap sesekali. Itu tidak berbahaya. Adik, jangan khawatir."
Meskipun Xu ge mengatakan demikian, Jiang Junmo melihatnya memakai mantel katun compang-camping yang tidak begitu tebal, dan dia menggigil kedinginan. Jiang Junmo merasa sedikit tertekan.
Lu Xia, yang selama ini diam, dengan cepat menyarankan, "Mari kita berikan makanannya pada Xu ge dulu dan jangan sampai dia kedinginan di sini sampai larut malam."
Saat Lu Xia berbicara, Xu ge untuk pertama kalinya menyadari kehadiran gadis ini, dan dia mulai gugup. Pengalaman beberapa tahun terakhir membuatnya waspada terhadap orang asing.
Jiang Junmo memperhatikan kegelisahan Xu ge dan tiba-tiba menyadari bahwa dia lupa memperkenalkannya. Jadi, dia segera berkata, "Gege, ini istriku, Lu Xia. Dia ikut bersamaku untuk mengunjungimu."
Xu ge langsung merasa lega setelah mendengar penjelasannya. Meskipun terlalu gelap untuk melihat penampilannya dengan jelas, dia tahu dari nada lembut Jiang Junmo bahwa orang ini pasti adalah orang yang baik. Apalagi dia bersedia datang dan mengunjunginya, seseorang yang terjebak dalam situasi sulit. Dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, ku dengar kamu menikah belum lama ini. Aku mengkhawatirkanmu. Aku tidak bisa keluar, dan sekarang setelah aku melihatmu, aku merasa lega. Istri ku tidak ada di rumah hari ini; jika di rumah, dia pasti akan ikut senang."
Lu Xia juga tersenyum dan menjawab, "Memang kewajiban kita untuk mengunjungi mu. Hanya saja, Junmo baru memberitahuku hari ini. Ku harap kakak tidak keberatan."
Xu ge berkata dengan tulus, "Kenapa harus keberatan? Adik ipar, jangan terlalu memikirkan keadaanku saat ini. Sejujurnya, dengan keadaanku yang sekarang, orang-orang bahkan tidak tahan melihatku, apalagi mengingatku. Aku senang kalian mau datang."
Mendengar nada putus asa, Lu Xia tidak tahu harus berkata apa untuk menghiburnya. Yang bisa dia lakukan hanyalah berkata, "Kakak, tetaplah optimis. Setidaknya kamu masih hidup. Ada harapan untuk masa depan yang lebih baik."
Xu ge terkekeh dan mengejek dirinya sendiri, "Aku tidak pernah berharap untuk melihat masa depan yang lebih baik dari sekarang. Aku hanya berharap bisa bertahan hidup karena aku masih punya istri dan anak."
Mendengar kata-katanya, Lu Xia menghela nafas dan tidak tahu harus menjawab apa. Saat ini, Jiang Junmo memutuskan untuk memecah keheningan, "Gege, jangan terlalu memikirkannya. Kami membawakan makanan untukmu. Kami menyiapkannya dengan tergesa-gesa, jadi kami hanya punya ini untuk sekarang. Beberapa hari lagi, kami akan membawakan lebih banyak."
Xu ge dengan cepat menolak, "Kenapa membawakan makanan? Aku sudah senang kamu mau datang menemui ku. Aku tidak selapar itu."
Setelah mendengar kata-katanya, Jiang Junmo langsung berkata, "Gege, jangan sembunyikan apapun dariku. Kalau tidak lapar, kenapa anak mu, Xiaotian, sangat kurus? Tidak bisakah kamu melihatnya?"
Mendengar ini, Xu ge terdiam membeku di halaman.