Chereads / Bertransmigrasi ke dalam Novel: Suami ku, Tokoh Sampingan Mahakuasa / Chapter 109 - Chapter 109 – Bibi Liao Meminjam Sepeda

Chapter 109 - Chapter 109 – Bibi Liao Meminjam Sepeda

Meskipun begitu, tetap terjadi masalah. Sekarang, tampaknya sulit baginya untuk hidup sederhana di pedesaan selama beberapa tahun ke depan.

Namun, memikirkannya sekarang sudah tidak ada gunanya; dia hanya bisa terus melangkah maju.

Lu Xia menghela napas, "Kamu tidak keberatan untuk menyewakannya?"

"Tidak masalah, terserah kamu saja," jawab Jiang Junmo cepat.

Lu Xia tersenyum mendengar jawabannya dan kemudian menjelaskan, "Aku tidak berniat untuk bersikap pelit pada mereka, tapi cara mereka meminjam terlalu tidak sopan. Mereka menganggap seolah-olah sepeda itu adalah transportasi umum yang bisa digunakan kapan saja oleh para pemuda terpelajar. Mereka mencoba memanipulasi kita, jadi aku harus melawannya."

Jiang Junmo tertawa, "Aku tahu, apa yang kamu lakukan memang benar. Kalau kita meminjamkannya sekali karena merasa sungkan, mereka akan terus datang kepada kita untuk meminjamnya. Saat itu terjadi, kita tidak punya pilihan lain selain terus meminjamkannya, dan pada akhirnya, sepeda itu benar-benar akan menjadi transportasi umum yang bisa digunakan oleh semua orang."

"Benar sekali!" Lu Xia mengangguk. "Penduduk desa mungkin akan ikut meminjamnya juga, dan jika itu terjadi, kita harus menanganinya dengan cara yang sama."

"Oke."

Lu Xia tersenyum saat Jiang Junmo langsung mengiyakan usulannya, "Kalau kamu merasa tidak enak untuk menolak, bilang saja padaku. Lagipula, di rumah kita, akulah yang berhak memutuskan."

Jiang Junmo merasa agak malu mendengar perkataan nya tapi tetap mengangguk sambil tersenyum, "Benar, di rumah kita, kamu yang memberikan keputusan akhir!"

Lu Xia tidak bisa menahan tawanya.

Namun, tebakannya menjadi kenyataan. Keesokan harinya, seseorang dari desa datang meminjam sepeda.

Orang yang datang ke rumah mereka adalah seseorang yang tidak dia kenal dengan baik; mereka belum pernah mengobrol sebelumnya, tapi dia mengenal orang tersebut – orang tersebut bernama Bibi Liao dari desa.

Bibi Liao bertindak seolah-olah dialah pemilik tempat itu saat memasuki halaman rumah Lu Xia, melihat sekeliling seolah sedang mencari sesuatu. Lalu dia langsung berkata, "Hai, Pemuda Terpelajar Lu, di mana sepedanya? Cepat keluarkan. Aku ingin membawanya pulang supaya putra bungsu ku bisa belajar menaikinya. Dia akan pergi kencan buta besok, dan akan terlihat semakin mempesona kalau dia mengendarai sepeda."

Lu Xia terkejut dengan nada bicara Bibi Liao yang lancang, dan bibirnya pun bergetar. Dia menjawab, "Tentu, Bibi Liao, aku akan segera mengeluarkan sepedanya untukmu."

"Ya, ya, cepat ambillah. Aku penasaran apa dia bisa belajar naik sepeda dalam sehari," kata Bibi Liao.

Lu Xia tidak bergerak dan melanjutkan, "Apa Bibi Liao sudah menyiapkan uangnya?"

"Uang apa?"

"Tentu saja uang untuk menyewa!"

"Biaya sewa apa?" Bibi Liao tampak bingung.

Ekspresi Lu Xia tetap tenang saat dia menjelaskan, "Maksudku biaya sewa sepeda keluarga kami. Bibi ingin meminjamnya, kan, untuk kencan buta putra kedua bibi?"

Bibi Liao berhenti sejenak dan kemudian menyadari, "Sewa? Sewa apa? Aku hanya akan meminjamnya; aku tidak akan menyewanya!"

Lu Xia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku minta maaf. Sepeda keluarga kami disewakan, bukan dipinjamkan. Aku sudah menjelaskannya kemarin, dan semua pemuda terpelajar sudah mengetahuinya. Aku kira Bibi Liao juga sudah tahu."

"Omong kosong apa ini? Aku tidak tahu! Itu hanya sepeda, dan kita semua sama-sama penduduk desa. Bagaimana bisa kamu meminta uang saat aku hanya ingin meminjamnya sebentar? Kenapa kamu sangat pelit? Apa kamu tidak takut ditertawakan orang-orang?"

Namun Lu Xia tetap tidak terpengaruh, "Jangan khawatir Bibi Liao, aku tidak takut ditertawakan. Dua puluh sen untuk sewa satu kali, tidak bisa dinegosiasikan lagi."

"Omong kosong macam apa ini? Dua puluh sen untuk satu kali sewa? Apa kamu sudah gila?"

Lu Xia tetap tenang, "Harganya memang segitu, terserah mau atau tidak. Kalau bibi mau, maka silakan disewa. Kalau tidak, maaf, kami tidak akan meminjamkannya."

Bibi Liao pum marah dan mengeluarkan kartu terakhirnya, "Aku tidak akan berbicara dengan mu lagi. Di mana Pemuda Terpelajar Jiang?"

Dia kemudian berteriak di dalam rumah, "Pemuda Terpelajar Jiang, cepat lihat kelakuan istrimu. Omong kosong macam apa yang dia katakan? Kita semua penduduk desa, dan kamu meminta uang saat aku ingin meminjam sepeda. Apa kamu tidak peduli bagaimana kamu akan diperlakukan di desa mulai sekarang?"