Tak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai ke bioskop daerah itu.
Bioskopnya tidak berukuran besar, hanya ada satu ruang pemutaran film, dan pilihan filmnya hanya ada satu, sehingga tidak ada pilihan lain. Untungnya, tidak banyak orang yang menonton film saat ini, jadi membeli tiket sangatlah mudah.
Mereka tidak perlu menunggu lama, pemutaran sebelumnya baru saja selesai, sehingga mereka sudah bisa masuk ke dalam.
Sebelum masuk, Jiang Junmo membeli popcorn dan soda dari toko terdekat.
Penasaran kenapa Jiang Junmo begitu lincah, Lu Xia bertanya, "Apa kamu sering menonton film sebelumnya?"
Jiang Junmo menggelengkan kepalanya. "Tidak, saat kakak ku belum menikah, aku sering pergi bersama mereka. Setelah mereka menikah, aku tidak sering bepergian."
Jadi tidak ada hal lain yang terjadi? Lu Xia merasa lega.
Mereka menemukan tempat duduk mereka di dalam teater. Karena tidak banyak orang yang menonton, dan aulanya cukup luas, di sini terasa lumayan kosong.
Lu Xia mau tidak mau mengamati sekelilingnya. Ia memperhatikan bahwa sebagian besar orang di sini adalah pasangan muda atau anak muda. Tampaknya, apa pun zamannya, bioskop adalah tempat yang populer untuk berkencan.
Film dimulai tak lama setelah itu.
Film tersebut berjudul "Rolling Wheels" yang kabarnya dirilis dua tahun lalu, dan banyak orang yang menyukainya sehingga masih diputar. Film ini menceritakan kisah perjuangan antara seorang petani tua dan bandit sebelum pembebasan.
Lu Xia menganggapnya cukup menarik, meskipun kualitas filmnya biasa-biasa saja, dan film nya lebih seperti sandiwara panggung. Meski begitu, dia menikmati alur ceritanya.
Setelah film berakhir, dia merasakan keinginan untuk menonton lebih banyak film.
Melihat ekspresinya, Jiang Junmo berkata, "Kalau kamu sangat menyukainya, kita bisa datang lagi saat ada kesempatan."
Lu Xia mengangguk, "Tentu, ini pertama kalinya aku menonton film seperti ini, dan rasanya lumayan menyenangkan."
Saat Jiang Junmo mendengarnya mengatakan ini, dia mengira ini adalah pertama kalinya Lu Xia menonton film. Jiang Junmo merasa sedikit kasihan padanya dan berjanji, "Tenang saja, aku akan mengajak mu menonton lebih banyak film di masa mendatang."
Mendengar ini, Lu Xia mengerti kalau Jiang Junmo salah paham karena ucapannya, dan ingin menjelaskan. Namun, mengingat Lu Xia yang asli memang belum pernah menonton film sebelumnya, dia tidak ingin berbohong, sehingga dia memutuskan untuk tidak menjelaskannya.
Usai menonton film, mereka makan malam di restoran milik negara, lalu pergi ke gedung perdagangan negara untuk membeli sepeda.
Di tempat penjualan sepeda di gedung perdagangan negara, ada banyak orang yang melihat-lihat tapi hanya sedikit orang yang membeli.
Penjual itu dengan santai duduk di samping. Selama tidak ada yang menyentuh apa pun, dia tidak peduli, mengetahui bahwa tidak ada banyak orang yang bisa membelinya.
Saat Lu Xia dan Jiang Junmo tiba, mereka bermaksud untuk melihat-lihat terlebih dahulu. Namun, setelah melihat situasinya, mereka menyadari bahwa hal itu tidak perlu. Hanya ada satu sepeda yang dijual di seluruh pasar raya.
Itu adalah sepeda merek Phoenix dengan rangka 28 inci.
Jiang Junmo terlihat sedikit kecewa karena dia ingin membeli yang berukuran 26 inci, yang akan lebih nyaman untuk dikendarai Lu Xia. Sayangnya, tidak ada satupun yang tersedia.
Lu Xia juga memikirkan hal itu. Di tempat kecil ini, mereka mungkin tidak akan bisa menjual banyak sepeda dalam sebulan, jadi tentu saja, mereka tidak akan menyediakan terlalu banyak pilihan sepeda untuk dipajang.
Sudah beruntung bisa menemukan satu yang tersedia untuk dibeli.
Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk membelinya. Dengan cuaca yang semakin dingin, mereka tidak terlalu suka keluar rumah, dan melakukan perjalanan ke kabupaten juga merepotkan. Mereka tidak tahu kapan mereka bisa mendapatkan kesempatan seperti ini lagi.
Jadi Lu Xia berbicara kepada penjual itu, "Kamerad, halo. Bolehkah aku menanyakan harga sepeda ini?"
Penjualnya, tanpa mengangkat kepalanya, menjawab, "150 yuan ditambah tiket" Rupanya, pertanyaan ini sering ditanyakan.
Lu Xia mengangguk, "Baiklah, kami akan membelinya. Tolong buat fakturnya."
"Hah?"
Penjualnya sepertinya tidak menyangka orang ini akan membelinya langsung setelah bertanya. Dia akhirnya mendongak dan menemukan bahwa itu bukanlah seseorang yang pernah ke sana sebelumnya.