Setelah melihat hadiah-hadiah yang diberikan, Lu Xia menghela nafas lagi dan semakin iri pada Jiang Junmo.
"Ada apa?" Jiang Junmo bertanya saat memperhatikan ekspresinya.
Lu Xia tersenyum dan berkata, "Aku hanya merasa keluargamu memperlakukan mu dengan sangat baik. Terlepas dari kekhawatiran dan omelan mereka di surat, mereka tetap menyiapkan banyak hal untuk mu."
Jiang Junmo ikut tersenyum, "Mereka mempercayai ku dan tahu kalau aku tidak akan melakukan hal yang sembrono."
Lu Xia tersedak oleh kata-katanya. Bukankah mereka menikah dengan tergesa-gesa? Bukankah itu bisa dikatakan sembrono?
Namun, selama ini, dia juga memperhatikan bahwa Jiang Junmo tampaknya benar-benar berkomitmen untuk hidup dengan baik bersamanya dari awal hingga akhir.
Setelah merenung, Lu Xia juga menganggap Jiang Junmo sama sekali tidak buruk. Tidak seperti pria lain di zaman ini yang menganut kepercayaan tradisional dan arogan, Jiang Junmo menghormatinya dan mereka bisa mengobrol dengan baik. Meskipun dia belum sampai ke tahap mencintainya atau menyayangi nya, setidaknya Lu Xia tidak membencinya.
Jadi, dia memutuskan untuk mencobanya. Kalau mereka bisa hidup bersama dengan baik, mungkin melanjutkan kehidupan seperti ini adalah pilihan yang bagus.
Tidak menyadari perubahan pikiran Lu Xia, Jiang Junmo menyerahkan amplop lain padanya.
"Apa ini?"
"Uang dan tiket pemberian keluarga ku. Mereka mengatakan, meskipun kita menikah dengan tergesa-gesa, mereka tetap ingin aku menyiapkan sesuatu untuk mu."
Lu Xia mengambil amplop itu dan membukanya. Jiang Junmo sudah mengeluarkan surat di dalamnya. Ada uang tunai 500 yuan, dan ada juga beberapa tiket, termasuk tiket sepeda langka, serta kain langka, biji-bijian, gula, dan tiket industri.
"Keluarga ku ingin mengirimkan tiket mesin jahit juga, tapi waktunya terlalu mendadak, jadi mereka berencana menyusulkannya nanti," jelas Jiang Junmo.
"Tidak perlu, aku tidak membutuhkan mesin jahit," Lu Xia langsung menolak. "Aku tidak tahu cara menggunakannya, dan lagi pula, kita berada di pedesaan. Kurang nyaman untuk menggunakannya di sini, jika kita memiliki kesempatan untuk kembali ke kota, kita bisa membelinya nanti."
Mendengar kata-katanya, Jiang Junmo tidak memaksa. "Oke, aku akan menyampaikan nya pada keluarga ku agar mereka tidak mengirimkannya."
"Mmm," Lu Xia mengangguk dan melihat ke ruangan yang penuh dengan barang dan uang, sambil menghela nafas, "Keluargamu pasti menghabiskan banyak uang."
Jiang Junmo tersenyum, "Pernikahan adalah peristiwa besar. Jika bukan karena pernikahan kita yang terburu-buru, mereka pasti akan mengirimkan lebih banyak hadiah."
Dia menambahkan, "Saat orang tua ku meninggal, ada uang pensiun peninggalan mereka. Selain apa yang sudah negara berikan kepada kami, kakek ku menyimpan uang itu untuk ku. Uang dan barang-barang yang dikirim kali ini adalah pemberian kakek ku dan yang lainnya. Mereka pernah bilang sebelumnya kalau mereka tidak akan menyentuh uang itu dan sudah menabung kan nya atas nama ku. Kali ini, aku menikah, jadi aku sudah membuat keluarga. Kalau kita membutuhkannya di masa depan, kita bisa meminta mereka untuk mengirimkannya pada kita."
Lu Xia langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, ini sudah cukup!"
Melihatnya seperti ini, Jiang Junmo tersenyum lagi dan menjelaskan lebih lanjut, "Sebenarnya, aku berencana untuk mengambil uang itu dan memberikannya pada kakak ku saat mereka menikah, tapi mereka tidak menginginkannya. Kakekku juga sudah menyiapkan mahar untuk mereka, jadi aku tidak memaksa. Aku berencana untuk mencari kesempatan lain untuk memberikannya kepada mereka."
"Sedangkan paman dan bibiku, mereka sangat baik padaku selama bertahun-tahun. Mereka sudah merawat ku dan kakak ku secara finansial sejak kami masih muda, sampai sekarang, mereka masih mengirimi ku uang setiap bulan. Aku sudah menolaknya beberapa kali, tapi mereka tetap bersikeras.
"Aku tahu mereka mengkhawatirkanku, jadi aku membiarkannya untuk saat ini. Kita bisa menemukan kesempatan lain untuk membalas budi mereka di masa depan."
Lu Xia mengangguk, "Baiklah, aku ikut saja."
Setelah mengatakan itu, dia menyadari bahwa suasana hati Jiang Junmo tampak sedikit buruk, mungkin dia merindukan keluarganya. Jadi dia melihat tiket sepeda di tangannya dan bertanya, "Haruskah kita membeli ini?"
Jiang Junmo ragu-ragu sejenak dan akhirnya mengangguk, "Ayo beli. Punya sepeda akan membuat kita lebih mudah pergi ke kota."