Selama perjalanan, orang-orang yang melihat mereka akan menggoda mereka. Meskipun Lu Xia menganggap dirinya berkulit tebal, dia masih tidak bisa mengatasinya, keadaan Jiang Junmo bahkan lebih buruk lagi; wajah dan telinganya memerah dengan sempurna.
Akhirnya mereka bisa menghela nafas lega saat meninggalkan desa, mereka saling menatap, keduanya merasa lega, lalu tertawa.
Namun, mereka merasa agak malu karena perkataan orang-orang, jadi mereka memutuskan untuk tidak banyak mengobrol setelahnya.
Mereka tiba di kota dan langsung pergi ke kantor pos untuk mengambil paket mereka. Karena paketnya cukup banyak, Jiang Junmo ikut memeriksa nya, sementara Lu Xia merasa bosan. Dia melihat sebuah kios yang menjual prangko dan pergi membeli beberapa macam prangko.
Sebenarnya, dia tidak terbiasa menggunakan prangko, jadi dia tidak tahu prangko mana yang berharga. Dia hanya pernah mendengar bahwa beberapa prangko bisa dijual, jadi dia membeli beberapa, mengira kalau harga prangko itu tidak mahal, dan jika prangko tersebut benar-benar bisa dijual nanti, bagus; kalau tidak, maka kerugiannya tidak besar.
Setelah membeli prangko, Jiang Junmo bersusah-payah mengeluarkan semua paketnya.
"Sangat banyak?" Lu Xia, yang membantu membawakan salah satu bungkusan besar, tampak terkejut.
Jelas, Jiang Junmo juga tidak menyangka akan mendapatkan banyak paket. Dia agak menyesal dan berkata, "Kalau aku tahu ada paket sebanyak ini, seharusnya aku mengajak Pemuda Terpelajar Li juga."
Lu Xia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, "Tidak apa-apa; aku juga bisa membantu. Aku hanya terkejut dengan banyaknya paket yang dikirimkan keluarga mu. Aku ingin tahu apa isinya."
Jiang Junmo tersenyum, "Kita akan mengetahuinya saat pulang nanti."
Awalnya, mereka berencana untuk berjalan-jalan keliling kota, namun karena banyaknya paket yang harus mereka bawa, mereka memutuskan untuk langsung pulang.
Dalam perjalanan pulang, Jiang Junmo bersikeras untuk membawa beberapa paket juga, tidak membiarkan Lu Xia membawanya sendirian.
Namun karena kesehatannya yang memang lemah, berjalan saja sudah cukup untuk membuatnya kelelahan, apalagi membawa beban. Setelah beberapa langkah, dia sudah kehabisan napas.
Lu Xia tidak berdaya dan berkata, "Biarkan aku membawanya; kamu tahu kekuatanku. Saat itu saja, aku bisa menggendong mu dan tidak kelelahan. Kalau kamu merasa sungkan, masak saja lebih banyak makanan untukku di rumah."
Jiang Junmo tahu bahwa kekeras kepalaanya tidak akan membawa mereka kemana-mana, tapi sebagai seorang pria, dia merasa seharusnya dia tidak boleh membiarkan Lu Xia menangani semua hal.
Sebenarnya, dia memang memaksakan dirinya terlalu keras, dan dia merasa sedikit kualahan. Namun, melihat Lu Xia tidak kecewa padanya dan malah menenangkannya, dia diam-diam menghela nafas lega dan menuruti usulannya.
"Baiklah kalau begitu, pelan-pelan saja, dan kalau capek istirahatlah," ujarnya.
"Oke, aku mengerti."
Setelah itu, Lu Xia membawa bungkusan besar itu dan berjalan lebih cepat dari saat keduanya membawanya bersama.
Ketika mereka kembali ke desa, penduduk desa melihat Lu Xia membawa bungkusan besar itu.
Meskipun mereka tahu tentang kesehatan buruk Remaja Terpelajar Jiang, melihat bahwa ia bahkan membutuhkan Pemuda Terpelajar Lu, yang merupakan seorang wanita, untuk membawakan barang-barang untuknya, mau tak mau mereka merasa simpati pada Lu Xia.
Namun setelah mengetahui bahwa paket besar itu dikirim oleh keluarga Pemuda Terpelajar Jiang, mereka merasa iri padanya. Mereka dengan cepat mengubah perspektif mereka dan diam-diam berpikir bahwa Lu Xia memiliki mata yang bagus, Pemuda Terpelajar Jiang adalah suami yang sempurna. Beberapa bahkan merasa kasihan pada Shi Chunyan, yang telah kehilangan kesempatan untuk bersama orang luar biasa seperti Pemuda Terpelajar Jiang.
Ketika keluarga Shi mengetahui hal tersebut, mereka menyesal tidak mengambil tindakan lebih awal. Jika mereka melakukannya, paket besar itu akan menjadi milik keluarga mereka sekarang. Mengingat latar belakang keluarga Pemuda Terpelajar Jiang, dia mungkin akan kembali ke kota di masa mendatang. Kalau dia menjadi menantu mereka, keluarga Shi mungkin memiliki kesempatan untuk ikut pindah ke kota.
Sekarang semuanya sudah sirna, dan keluarga Shi hanya bisa merasa kecewa. Selain merasa kesal terhadap Lu Xia, mereka juga merasa frustrasi karena ketidakmampuan Shi Chunyan untuk merayu Jiang Junmo.
Namun, dengan perkataan kepala desa, tidak ada yang bisa mereka lakukan meskipun mereka membencinya. Mereka hanya bisa menerima kenyataan.