Setelah mendengarkan penjelasan Lu Xia, Jiang Junmo mengangguk dan meraih sesuatu yang ada di bawah bantalnya.
"Kamu pergi terlalu pagi tadi, aku tidak sempat memberimu uang. Ambillah sekarang, dan kalau tidak cukup, beri tahu aku," katanya sambil menyerahkan setumpuk uang kertas yang tebal, mungkin setidaknya ada 300 yuan, dan juga ada banyak tiket di sana.
Melihat uang yang dia serahkan, Lu Xia tersenyum, "Kita tidak membutuhkan uang sebanyak ini. Pembangunan rumah akan menelan biaya paling banyak 150 yuan, dan bahkan dengan beberapa biaya tambahan, biayanya tidak akan melebihi 200 yuan. Masing-masing dari kita bisa menyumbang 100 yuan."
Sedikit mengernyit, Jiang Junmo berkata, "Simpan uangmu; aku akan menanggung semua biayanya. Terima saja uang ini, dan di masa depan, kapan pun kamu membutuhkan uang untuk keperluan rumah, kamu bisa mengambilnya dari sini."
Menyadari bahwa Lu Xia sepertinya ingin mengatakan sesuatu, dia memotongnya, "Ambillah, kita sudah menikah, dan kamu bertanggung jawab mengatur keuangan di rumah, kan?"
Lu Xia mengangkat alisnya karena perubahan mendadaknya. Seolah-olah dia sudah lupa alasan pertama mereka menikah. Namun, dia tidak menolak tawarannya dan menjawab, "Baiklah, aku akan menerimanya untuk saat ini. Tapi apa kamu masih punya uang? Ambilah beberapa Yuan untuk pegangan."
Jiang Junmo terlihat agak malu dan menghindari kontak mata, "Tidak, semuanya ku masukkan kemari. Setiap bulan, keluarga ku mengirimi ku sejumlah uang, tapi aku jarang menggunakannya. Mulai sekarang, kamu bisa menyimpannya, dan beri aku uang saku setiap bulan. Sebenarnya, kamu bahkan tidak perlu memberi ku apapun; aku tidak menghabiskan banyak uang di sini, di desa."
Geli dengan kata-katanya, Lu Xia terkekeh, "Baiklah, aku paham. Aku akan memberimu uang saku secara teratur."
Jiang Junmo semakin tersipu karena tawanya dan dengan cepat mengganti topik pembicaraan, "Aku tidak menyangka bahwa membangun rumah di pedesaan akan sangat hemat biaya. Lebih dari seratus yuan saja sudah cukup."
Melihat ketidaknyamanannya, Lu Xia tidak melanjutkan tawanya dan mengikuti alurnya, "Alasan utamanya adalah kita sedang membangun rumah berukuran kecil. Rumah berukuran besar seperti rumah remaja terpelajar harganya lebih mahal."
"Hah? Bukankah kita membangun rumah yang sama dengan rumah remaja terpelajar?" Jiang Junmo bertanya.
Lu Xia mengangguk, "Kita hanya berdua; kita tidak membutuhkan tiga kamar. Kita akan membangun rumah dengan dua kamar, satu ruang utama dan dapur. Di ruang utama juga ada tempat tidur kang, tapi aku khawatir kita tidak akan memiliki cukup ruang untuk menyimpan barang-barang kita. Jadi, aku berencana untuk menambahkan ruangan kecil di belakang ruang utama guna menyimpan barang-barang kita. Akan lebih mudah untuk mengaksesnya dari dapur."
Mendengar penjelasannya, Jiang Junmo ragu-ragu, "Sebenarnya, tidak membutuhkan terlalu banyak uang. Kenapa kita tidak membangun rumah besar seperti rumah remaja terpelajar?"
Lu Xia menggelengkan kepalanya dan menjelaskan alasannya mengapa membangun rumah dengan model seperti ini.
Awalnya, dia berpikir untuk membangun rumah yang besar, yang akan memberi mereka masing-masing satu kamar karena mereka baru saja menikah dan belum begitu akrab satu sama lain.
Namun, ia kemudian mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi oleh para remaja terpelajar saat ini, dimana ada terlalu banyak orang tapi ruang yang tersedia terbatas, membuat mereka harus tidur berhimpitan. Dia tidak tahu kapan desa akan membangunkan satu rumah lagi untuk para pemuda terpelajar.
Sebelum ada pembangunan untuk remaja terpelajar, jika seseorang tahu kalau mereka berdua sedang membangun rumah yang lebih besar dan ada ruangan tambahan di dalamnya, mereka mungkin berasumsi bahwa mereka memiliki ruang ekstra untuk menampung tamu. Karena mereka tidak akan menyangka bahwa pasangan suami istri ini akan tidur di kamar yang terpisah.
Jika ada yang meminta untuk tinggal bersama mereka, apa yang bisa mereka katakan? Kalau mengiyakan, akan merepotkan karena mereka ingin memiliki privasi sendiri dan sesekali memasak sendiri.
Kalau tidak mengiyakan, dapat menyebabkan situasi yang canggung. Jadi, lebih baik untuk mencegah kesalahpahaman seperti itu sejak awal. Membangun rumah dengan dua ruangan, di mana satu kamar untuk mereka tinggali dan ruangan satunya untuk dapur atau semacamnya, akan memperjelas bahwa mereka tidak memiliki ruang kosong untuk tamu.
Jiang Junmo memahami maksudnya dan semakin tersipu, sepertinya mengingat sesuatu.
Akhirnya, dia menyetujui idenya.
Keesokan harinya, perencanaan pembangunan rumah pun selesai.
Kepala desa mengatur agar penduduk desa memindahkan batu dan memotong kayu.
Dalam waktu kurang dari dua hari, mereka sudah mengumpulkan cukup bahan untuk membangun rumah.