Setelah meletakkan barang-barangnya, Sun Shengnan ikut mengambil sepotong melon dan mencicipinya. "Mmm, manis sekali. Apa kalian membelinya dari tempat Kakek Li? Dia menanam buah-buahan yang manis tahun lalu."
"Ya, beli di sana. Ku dengar usahanya tumbuh cukup pesat tahun ini. Anaknya bahkan sempat adu mulut dengannya, bilang kalau jualannya tidak menguntungkan dan lebih baik bercocok tanam saja," salah satu pemuda terpelajar menjelaskan.
Para pemuda terpelajar mengetahui situasi tersebut dan mengetahui bahwa kakek Li adalah ahlinya menanam melon di desa. Setiap tahunnya, dia berhasil menanam melon yang sangat manis. Saat masih muda, keluarganya mengandalkan penanaman melon sebagai mata pencaharian mereka.
Namun, setelah tanah tersebut menjadi milik negara, ia kehilangan ladang melonnya. Lahan swasembada setiap rumah terbatas sehingga tidak tersedia lahan untuk menanam melon.
Kakek Li tidak mau menyerah dan menyia-nyiakan kemampuannya.
Terakhir, dia meminta kepada ketua tim untuk memberikan sebidang tanah kosong untuk menanam melon yang nantinya melon tersebut akan menjadi milik desa. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan poin pekerjaan, dan pihak desa bisa mendapatkan melon.
Sedangkan, melon yang ditanamnya juga dibeli oleh stasiun perdagangan pertanian, namun harganya tidak mahal. Namun, mengingat dulunya itu hanyalah tanah tidak terurus, menghasilkan sesuatu lebih baik dibandingkan tidak ada penghasilan sama sekali, sehingga desa pun merasa cukup senang.
Mengetahui bahwa melon nya bisa dijual, kakek Li pun menanamnya di tanah pribadinya. Dengan cara ini, jika ada orang di desa nya yang ingin memakannya, mereka bisa membeli darinya dengan harga yang lebih murah atau menukarkan barang. Jadi, sebagian besar orang akan membeli beberapa buah saat sedang ingin makan melon.
Namun, menanam melon berarti mereka tidak bisa menanam sayur-sayuran atau bercocok tanam. Setiap keluarga hanya diberi lahan pribadi yang terbatas, sedangkan menanam melon dalam jangka waktu yang panjang tidak menghasilkan banyak uang. Hal tersebut membuat anak kakek Li enggan melanjutkannya.
Tapi dia tidak bisa melawan kekeraskepalaan ayahnya.
Lu Xia mendengarkan dan paham. Dia teringat pada tentang melon yang dibelinya hari ini, dan melon itu tampak lebih kecil dibandingkan dengan yang ditanam oleh kakek Li.
Dia menyesal sudah membelinya di pasar gelap dan harus menyembunyikannya serta memakannya diam-diam. Kalau dia tahu ada yang menjualnya di desa, dia tidak akan repot-repot melakukan semua hal merepotkan tersebut.
Namun, alasan utama kenapa dia membeli melon adalah untuk mendapatkan benihnya. Dia ingin mencoba menanamnya di tempatnya sehingga dia bisa menghasilkan banyak buah sendiri.
Lu Xia juga ikut mencicipi melon yang dibeli Jiang Junmo, dan rasanya memang manis. Dia berencana membeli beberapa untuk dia makan sendiri nanti dan menyimpannya.
Keesokan harinya, hujan sudah reda dan mereka berangkat bekerja seperti biasa. Namun, Lu Xia memperhatikan sesuatu saat bekerja.
Ada seorang gadis muda di desa yang sepertinya tertarik pada Jiang Junmo. Dia selalu sengaja mendekatinya.
Lu Xia bukan satu-satunya yang menyadari hal tersebut; yang lain juga melihatnya.
Namun semua orang hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa, meski mata mereka sering tertuju pada mereka. Bagaimanapun, Jiang Junmo selalu diam dan kesehatannya buruk. Dia tidak banyak bekerja, jadi mereka cukup tidak menyangka akan ada orang yang tertarik padanya.
Namun, Jiang Junmo terlihat agak kesal pada gadis itu. Setiap kali gadis itu mendekatinya, Jiang Junmo segera menjauh. Sore harinya, dia bahkan bolos kerja, membuat gadis itu kecewa saat tidak dapat melihatnya.
Situasi ini berlanjut selama beberapa hari, dan orang-orang di desa pun mulai menyadarinya. Setiap kali mereka melihat para pemuda terpelajar, mereka akan melontarkan komentar untuk menggoda.
Khususnya mengenai Jiang Junmo, setiap kali penduduk desa melihatnya, mereka akan menunjukkan senyuman penuh arti.
Dalam beberapa kesempatan, saat Lu Xia selesai bekerja, dia mendengar para penduduk desa yang sedang mengobrol.
"Pria itu terlalu kurus. Dia tidak bisa mengerjakan pekerjaan fisik. Ku dengar kesehatannya juga kurang baik. Dia bahkan hanya bisa bekerja selama setengah hari."
"Ya, dia tidak terlihat seperti seseorang yang bisa melakukan pekerjaan fisik. Aku ingin tahu apa yang membuat Chunyan menyukai pria itu. Mungkin hanya karena penampilannya?"
"Apa begitu? Wajah Pemuda Terpelajar Jiang lebih cantik daripada wajah seorang gadis."
"Sudah kubilang, jangan berpikiran terlalu sederhana. Meskipun kesehatan Pemuda Terpelajar Jiang kurang baik, ku dengar kondisi keluarganya lumayan bagus. Aku pernah melihatnya pergi ke kota untuk mengambil paket beberapa kali, dan setiap pulang dari sana, dia membawa banyak barang."
"Benarkah? Kalau Chunyan menikah dengan Pemuda Terpelajar Jiang, dia akan memiliki kehidupan yang baik."
"Siapa yang tahu, Pemuda Terpelajar Jiang mungkin tidak tertarik pada Chunyan."
"Kenapa tidak tertarik? Chunyan adalah gadis terbaik di desa kita, dan dia juga lulusan SMP. Kudengar dia akan menjadi guru di sekolah dasar di kota. Bahkan jika keluarga Pemuda Terpelajar Jiang memang kaya, dia tidak akan bisa kembali ke kota, kan?"
"Itu benar. Setelah menikahi Chunyan, Pemuda Terpelajar Jiang mungkin bisa sedikit bersantai."