Setelah kencan buta Chen Xue dan Hu Jianjun sukses, mereka segera menetapkan tanggal pernikahan, yaitu lima hari lagi.
Menurut adat istiadat setempat, pasangan tersebut tidak boleh bertemu satu sama lain sebelum pernikahan.
Jadi, selama beberapa hari ini, Chen Xue sibuk mengemasi barang-barangnya dan menyiapkan mas kawinnya di tempat pemuda terpelajar, sementara Hu Jianjun menyiapkan barang-barang untuk pernikahan.
Namun, hari ini, saat Hu Jianjun kembali dari kota dengan membawa barang belanjaannya, dia mendengar teriakan saat dia melewati sungai di hilir.
Sebagai seorang prajurit, nalurinya memberitahunya bahwa sesuatu telah terjadi, jadi dia bergegas tanpa berpikir panjang dan melihat seorang wanita yang tenggelam.
Tanpa ragu, dia melompat ke sungai untuk menyelamatkannya.
Namun, dia tidak menyangka wanita di sungai itu akan menempel padanya seolah dialah satu-satunya penyelamatnya. Saat dia melihatnya mendekat, dia memegangnya erat-erat, membuat penyelamatan semakin sulit.
Dia mengerahkan banyak upaya untuk menariknya ke daratan.
Namun bahkan di tepi sungai pun, wanita itu masih ketakutan dan menempel erat padanya.
Pada saat itu, penduduk desa lain yang mendengar suara tersebut juga bergegas menghampiri.
Melihat pemandangan ini, mereka semua tercengang dan tidak dapat mengatakan apapun.
Akhirnya, salah satu bibi bertanya, "Jianjun, apa yang terjadi?"
Hu Jianjun menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu. Aku hanya mendengar suara nya lalu menyelamatkan nya. Kawan ini jatuh ke dalam air. Setelah menariknya keluar, dia tampak ketakutan. Bibi, bisakah kamu membantuku memisahkan dia dariku?"
"Ah, tentu saja." Bibi menghela nafas lega setelah mendengar penjelasannya, menyadari bahwa mereka sudah salah paham. Dia bergegas untuk menopang perempuan itu dan mencoba memisahkannya dari Hu Jianjun.
Namun, mereka tidak menyangka perempuan itu akan menolak sekuat tenaga sambil gemetar dan terisak, "Jangan sentuh aku! Pakaianku basah semua. Apa kalian ingin aku mati seperti ini?"
Mendengar kata-katanya, semua orang memperhatikan bahwa kemeja putihnya basah kuyup, menempel erat di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Beberapa laki-laki secara otomatis menoleh, sementara beberapa lainnya menatap Hu Jianjun dengan tatapan penuh makna.
Hu Jianjun mengerutkan keningnya saat dia melihat wanita itu menempel di lengannya seolah menghalangi pandangan orang lain. Dia kemudian melepas mantelnya dan menutupinya.
"Tidak apa-apa sekarang, kawan. Kamu bisa melepaskan ku."
Wanita itu mengucapkan terima kasih dan akhirnya mau melepaskan lengannya, kemudian dia mengangkat kepalanya.
Saat itulah semua orang melihat wajahnya dan mengenali siapa gadis ini.
"Bukankah ini Pemuda Terpelajar Zhou? Bagaimana dia bisa sampai di sini?"
"Ya, biasanya mereka mencuci pakaian di tempat lain. Apa dia datang ke sini dengan sengaja untuk melompat ke sungai?"
"Syukurlah dia bertemu dengan Jianjun. Sungai di sini dalam. Kalau tidak, nyawanya akan hilang."
"Ya, apa yang terjadi sampai-sampai dia harus melompat ke sungai?"
Beberapa bibi mendekat dan menenangkannya.
Zhou Lai'er dengan lemah tersenyum dan berkata, "Bibi, kamu salah paham. Aku hanya datang kemari untuk menangkap ikan, tapi tiba-tiba saja kaki ku kram, dan tidak sengaja jatuh ke sungai."
Mendengar penjelasannya, semua orang paham.
"Oh jadi begitu. Tempat ini terlalu dalam. Kamu harus Berhati-hati."
"Ya, kamu tidak boleh melakukan hal seperti ini lagi."
Melihat situasinya sudah terkendali dan Zhou Lai'er baik-baik saja, Hu Jianjun memutuskan untuk pergi.
"Bibi-bibi sekalian, tolong antar pulang kawan ini. Aku pulang duluan. Ada banyak hal yang harus diurus, terutama menjelang pernikahan."
"Baiklah, Jianjun, uruslah urusanmu. Sebentar lagi hari pernikahan mu, dan kamu pasti sangat sibuk."
Zhou Lai'er tidak menyangka dia akan pergi begitu saja. Bukan itu yang dia bayangkan. Jadi dia mengambil inisiatif dan berkata, "Terima kasih, Kak Hu, karena sudah menyelamatkan ku. Aku akan mencuci pakaian mu dan mengantarkan nya untukmu nanti."
Hu Jianjun mengangguk tanpa ekspresi. "Tidak masalah. Berhati-hatilah di masa depan." Dengan itu, dia langsung pergi.
Zhou Lai'er memasang ekspresi jelek di wajahnya, tapi dia mengumpulkan keberanian untuk berterima kasih kepada penduduk desa yang datang berlari saat mereka mendengar keributan yang dia ciptakan.