Judul asli: Transmigrating into a Novel: My Cannon Fodder Husband is Almighty
Author: 静似骄阳
Saat Lu Xia membuka matanya, tidak ada suara apapun di luar sana, menandakan bahwa keluarganya mungkin sudah pergi.
Dengan hati-hati, dia duduk dan melihat sekeliling ruangan, menghela nafas dalam diam.
Ruangannya terlihat kecil, namun penuh dengan barang-barang sehingga memberikan kesan sesak.
Ya, dengan adanya tiga orang yang tinggal di sini, mau bagaimana lagi!
Dindingnya sudah usang. Di seberang dinding, ada tempat tidur susun milik kakak perempuan dan adik perempuannya.
Di samping tempat tidur ada beberapa kotak, dan itulah ujung ruangannya.
Sementara itu, di lain sisi ada tempat tidurnya, yang tidak bisa disebut sebagai "tempat tidur". Itu hanyalah dua bingkai kayu sederhana yang disatukan, mungkin panjangnya sekitar 1,5 meter. Pantas saja, tadi dia merasakan kakinya menjuntai.
Di sudut, ada meja rias sempit yang didedikasikan untuk kakak perempuannya.
Sudah itu saja; ruangannya begitu penuh. Untungnya, ada jendela kecil di dalam rumah, jadi tidak terlihat terlalu gelap.
Lu Xia melirik ke arah tempat tidur susun kokoh di seberangnya dan kemudian ke "tempat tidur" miliknya yang jelek. Dia tidak mengerti bagaimana cara pemilik asli tubuh ini dapat menerimanya.
Ya, pemilik asli tubuh ini.
Lu Xia saat ini tidak lagi sama seperti dulu.
Lu Xia yang sekarang telah bertransmigrasi dari abad ke-21.
Butuh waktu sepanjang pagi baginya untuk menerima kenyataan ini.
Adapun keberadaan si pemilik tubuh asli?
Ceritanya panjang…
Lu Xia menghela napasnya. Memikirkan tentang si pemilik tubuh asli, dia merasa kehilangan dan suasana hatinya terasa rumit.
Nama si pemilik tubuh asli juga Lu Xia, anak kedua dari keluarga Lu. Orang tua nya adalah pekerja biasa di Beijing pada tahun 1970an.
Si Ayah, Lu Jianhai, bekerja sebagai burung bongkar-muat di gudang sebuah pabrik tekstil.
Biasanya, pekerjaan bongkar muat dilakukan oleh pekerja muda atau pekerja magang. Lu Jianhai sudah bekerja di pabrik tekstil selama lebih dari dua puluh tahun, jadi dia seharusnya bisa berganti posisi. Namun, dia adalah orang jujur yang tidak banyak bicara dan diam-diam dibohongi. Kapanpun ada kesempatan untuk berpindah posisi, para pemimpin selalu memberikannya kepada orang lain. Jadi dia terus melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun. Untungnya, dia memiliki kesehatan yang baik dan dapat bertahan.
Sedangkan ibu Lu Xia, Sun Guifang, dia juga seorang pekerja di pabrik tekstil, pekerja tekstil biasa di pabrik.
Keduanya merupakan angkatan pekerja pertama di pabrik tekstil yang didirikan setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Karena mereka bekerja di pabrik yang sama, wajar jika mereka sering bertemu dan pada akhirnya menikah.
Setelah menikah, mereka dikaruniai tiga orang putri dan satu orang putra.
Putri sulungnya, bernama Lu Chun, adalah anak pertama, jadi meskipun dia seorang perempuan, orang tuanya lebih menyukainya.
Ketika ibu Lu Xia sedang mengandung anak kedua, orang tuanya mengharapkan anak laki-laki, tapi malah anak perempuan lagi yang lahir, yang sedikit mengecewakan mereka, sehingga mereka semakin mengabaikannya.
Dan putri ini adalah Lu Xia.
Kemudian, mereka dikaruniai sepasang anak kembar, anak ketiga mereka, Lu Qiu, dan anak keempat, Lu Dong.
Meski melahirkan si kembar membuat Sun Guifang tidak mungkin memiliki anak lagi, dia tetap merasa bahagia. Bagaimanapun juga, memiliki anak kembar adalah kejadian langka di keluarga Lu, dan dia akhirnya memiliki seorang putra untuk meneruskan garis keluarga. Jadi dia memperlakukan putra bungsunya semakin lebih baik.
Begitulah yang terjadi di keluarga ini. Di antara ke empat anak, anak tertua dan termuda adalah yang paling disukai oleh orang tua mereka, dan Lu Qiu mendapatkan banyak manfaat dari menjadi anak yang termuda bersama kembarannya. Oleh karena itu, Lu Xia, sebagai anak kedua, adalah anak yang paling tidak disukai dalam keluarga.
Si pemilik tubuh asli mungkin sudah tahu sejak kecil bahwa dia tidak dicintai oleh orang tuanya, sehingga kepribadiannya menjadi lebih tertutup. Dia selalu bekerja keras di rumah, berharap bisa mendapatkan lebih banyak kasih sayang dari orang tuanya.
Sehingga, di usianya yang masih muda, dia melakukan semua pekerjaan rumah tangga.
Meski orang tuanya tidak menyukainya, mereka tidak ingin menunjukkan sikap pilih kasih tersebut di depan orang lain. Jadi, ketika dia mencapai usia sekolah, mereka tetap menyekolahkannya.