Ada kalanya, sebuah situasi menjadi tak bisa diprediksi, walau bagian dari probabilitas dunia, mendadaknya suatu skenario tanpa tanda-tanda awal, selalu saja menghantui kita. Positive Thinking? The Law of Attraction? Apa hanya dengan akal yang diproses menjadi paradigma dan berakhir penalaran akan mampu memuat segala variabel yang kompleks dan berakhir menjadi penerimaan yang Logis?
... advocatus_d
"Sial!"
"OI!!, Bocah bangunlah!!, (tak kusangka Penalti waktu itu akan seberat ini!)"
Dalam perjalanan mereka berdua menuju ke Utara untuk mengetahui lokasi dari jantung Vampir. Seharusnya kini perjalanan mereka tak mengalami hambatan, Sesuai dengan Prediksi dari Faith, mulai dari Rute, Keadaan geografis, kencenderungan cuaca, serta ancaman Monster dan bandit semua ia kemas dan hanya tinggal praktek, namun tak ada yang tahu apa yang tertulis pada skenario yang dipegang oleh entitas yang sedang mengamati teater ini.
Vampir tak menyangka serangan yang menghujani mereka akan berimbas fatal pada Wadahnya.
Tubuh Faith hancur lebur tertimpa bongkahan batu raksasa, sebuah bukit berbatu yang tertulis dalam peta menyembunyikan markas para bandit. Bahkan mereka tak main-main dalam mengembangkan Fasilitas.
Perlahan, Tubuh Faith beregenerasi setelah Vampir menendang hancur batu raksasa yang menghantam tubuh lelaki ini.
"Dasar bocah tolol!, kau tahu jika kau terluka aku juga menerima rasa sakit itu!" Vampir terus mengkritiknya.
Faith yang memakai setelan jas kesayangannya, dan satu-satunya benda berharga selain Pisau peninggalan ibunya, harus robek dan tak bisa dikenakan lagi.
"Fuck!, maaf seharusnya aku tak mengandalkan peta, huh.... Jadi, apa senjata yang mereka pakai semacam Catapult? Mungkin saja Trebuchet... Cih... Dasar Kuno"
Para bandit hanya tercengang, sebelumnya mereka sempat memanah tepat dikepala vampir namun itu tak mempan, regenerasi ratu ini benar-benar diluar nalar, bahkan membakar dan menghujaninya dengan anak panah tetap tidak berpengaruh, mereka yakin jika mereka telah memulai konflik dengan seekor monster.
Vampir bisa dengan mudah membunuh mereka semua, akan tetapi Penalti sebelumnya membuat kekuatannya lebih terbatas, dan juga meninggalkan Faith yang regenerasinya tertunda akan sangat berbahaya, rasa sakit dari tubuh yang dihantam bongkahan batu raksasa akan memperlambat gerakannya.
"Bos, sebaiknya kita kabur, mereka berdua adalah monster!?" Salah satu anggota bandit ketakutan.
Justru dua target yang masih belum melawan membuat mereka semakin terintimidasi, apa lagi wajah tersenyum serta aura membunuh dari Wanita Vampir ini, benar-benar ancaman bagi mereka semua.
"Bukan masalah, apa kalian lupa kalau kita dulu adalah seorang Prajurit!?, Keluarkan hewan yang kita tangkap bulan lalu!" Sang pemimpin memberi perintah, dengan tegas, karena dulunya mereka adalah veteran perang yang mengalami kekalahan dan berakhir menjad bandit.
Sebuah Auman yang menggetarkan tebing, seekor Naga muda terbang menghembuskan nafas api, di lehernya terpasang kalung perbudakan, kendali penuh naga ini berada dalam genggaman sang ketua bandit.
Vampir bergegas menarik Tubuh Faith dan berlari di dinding tebing, terbang dan menghabisinya akan sangat mudah, namun kartu AS ini tak boleh diketahui oleh para bandit.
"Kalian para bawanku, kejar mereka jangan sampai lolos, Kita bisa menjual mereka dengan harga tinggi, lalu untuk si wanita bisa kalian gunakan tubuhnya sampai rusak" namun kata-kata ini hanya akan menjadi fakta jika strategi mereka berhasil.
"Hooo?, menjadikanku mainan? Manusia memang dipenuhi nafsu ya" Vampir berdiri diatas Trebuchet yang mereka sembunyikan dengan Pose Cross hands.
Para bandit terkejut, mereka bersiap menyerang, beberapa sihir sudah di persiapkan busur panah sudah ditarik serta pedang yang dihunuskan didepan sang Ratu vampir.
"Mustahil!!!, bagaimana dengan naga nya, jangan-jangan?" Apakah pemimpin ini hanya akan meneken ludahnya.
...
"Jika aku terbang mereka akan tahu kemampuanku dan itu bisa menjadi senjata makan tuan" ,...begitulah kurang lebih perkataan si vampir sebelum menjadikan lelaki ini sebagai umpan untuk naga.
"Vampir sialannn!!!!!!" Faith masih kabur dari kejaran naga, kekuatannya saat ini hanya sekedar regenerasi dari darah bangsawan Ratu Vampir, kekuatan Manusia supernya masih terkena penalti akibat tindakan vampir saat berkonfrontasi dengan Taskal.
Bukit yang dipenuhi batu, terjal, ekstrim, benar-benar membuat hasrat Ratu ini semakin menjadi-jadi.
"Arghhhhh!!!!!" Tusukan Dari Relik yang kehilangan kemampuannya telah menghancurkan masa depan dari si ketua bandit.
Yap, Vampir menusuknya tepat di kemaluan si pria.
"Hahahaha!, Bagaimana caramu bermain denganku kalau benda kecil ini hancur!?"
"Vorpal Dance" vampir mengeluarkan dua buah stilleto sword, pedang yang dikhususkan untuk menusuk musuh.
Vorpal Dance adalah gaya bertarung orisinil miliknya, ia memainkan kedua stilleto dengan anggun, menusuk-nusuk tubuh target, tusukannya bahkan sanggup menembus lawan yang ada dibelakangnya.
"Tak-tak-tak,tatata-tak" saat ini ia menari dengan tertawa, sudah lama sekali semenjak dirinya di mutilasi.
Dengan Renaissance dress berwarna putih dengan corak merah, ia memainkan high heels nya, suara yang berirama dari ketukannya menumbuhkan sebuah nada, beriringan dengan tusukan kedua stilleto miliknya.
Gerakan terstruktur ini mencerminkan sebuah kata asing "Vorpal".
Akan lebih indah jika diiringi dengan karya legendaris Beethoven, Moonlight Sonata.
Faith berhasil membuat naga tersangkut diantara pepohonan di bawah bukit, saat ia sampai menemui vampir, semua hanya tersisa bangkai yang tak berwujud, semuanya mati, Faith menatap vampir yang berdiri berlumuran darah, ia memandangi langit setelah semuanya berakhir.
"Kenapa kau membunuh mereka semua VAMPIR!!!" sebuah penyesalan dibalut ketegasan tanpa Delirium.
"Jangan terlalu Naif Bocah, mereka seharusnya mati sejak dulu" Vampir menatap Faith dengan sinisme.
"Apa kau tak menghargai KEHIDUPAN!!!!"
Stilleto melayang menusuk mulut lelaki yang berteriak ini, Ia kesakitan dan mencabut paksa benda tajam itu. Vampir mendekatinya dan menampar wajah Faith hingga terkoyak, gigi-giginya bertaburan, dan perlahan luka itu beregenerasi.
"Argh!!!!!"
"Kau tahu? Saat mereka bilang akan menjualmu, dan membuatku mejadi mainan mereka sampai aku rusak, sungguh lucu" Vampir menarik Rambut Faith.
Tatapannya benar-benar mengerikan.
"Kau punya otak kan?, bayangkan berapa banyak orang yang mereka bunuh? Gadis yang diperkosa? Manusia yang diperjualbelikan? Kau pikir berapa lama markas ini dibangun hingga bisa membohongi gambar di peta? Jika 1 tahun? Berapa banyak korbannya? 5tahun? 7 tahun?10tahun? Bagaimana jika mereka melakukan hal ini seumur hidup?bayangkan bocah jeritan..."
"Sudah cukup!!!!!, aku paham! Maaf karena tidak mengerti"
Faith memotong perkataan Vampir, ia mengusap bersih darah di wajahnya.
"(Dimana pun aku menemuimu, kau tetap saja sama.... Karena itulah...Aku.....)" Suara hati yang selama ini vampir sembunyikan, sebuah rahasia yang tak sanggup ia ungkapkan pada pria ini.
Mereka melanjutkan perjalanan, namun suasan canggung ini begitu berat, Faith bimbang , apa rasa bersalahnya ini karena tak mengerti isi pikiran si Vampir, atau karena memilih menjalani kontrak dengannya, yang telah membuahkan hasil seperti ini.
Sekali lagi ia memikirkan, apa sebenarnya yang selama ini ia lakukan didunia asing ini. Ia menganggap jika dirinya tidaklah normal, apakah ia terlalu apatis terhadap dunia ini? Seharusnya ia menunjukkan reaksi emosional yang lebih dari ini, namun saat memikirkannya perasaan aneh tetap menghantui pria ini.
"Vampir? Apa kau marah?" Faith berjalan membelakangi vampir, kini mereka menyusuri hutan belantara, mereka berjalan dibawah tingginya pepohonan dimalam hari, bermodalkan obor yang dipegang oleh keduanya.
"Kenapa aku harus marah?" Lalu si Vampir berhenti dan menyuruhnya untuk membuat perapian, kini mereka berdua duduk berhadapan diantara api unggun yang menyala.
Sambil menyantap daging panggang kesukaannya, vampir mendapati sebuah pertanyaan yang membuat emosinya berubah.
"Bagimu, hidup itu apa?" Serius....
Vampir memalingkan wajahnya yang tersembunyi dibalik bayangan, Faith khawatir jika pertanyaan ini membuatnya tidak nyaman.
"Pfftt, hahahaha" dengan lirih vampir menahan tawa. Baru kali ini Faith melihatnya tertawa diluar pertarungan dengan normal, benar-benar senyuman seorang wanita pada umumnya.
"Kenapa kau tertawa?"
"Buat apa kau bertanya hal filosofis semacam ini padaku?, Kau sendiri melihatnya bukan, yang kulakukan hanya membunuh"
Entah mengapa obrolan ini mungkin bisa menjadi titik awal hubungan mereka. Lalu si Vampir mendekatinya dan duduk bersebelahan.
"Pertanyaanmu itu seolah-olah tertuju pada wanita normal, apa kau pikir aku begitu"
"(Oi!!!, jika dari dekat vampir ini benar-benar cantik!!!)"
"Ehm"
"Kau sendiri bilang kalau kau Ratu, dan caramu mengkritik tadi, membuktikan jika kau sangat peduli pada nilai kehidupan seseorang"
"Jangan menilaiku seperti itu bocah"
"Kenapa...?" Kali ini Faith mengungkapkan perasaannya.
"Tindakanmu selalu saja bertolak belakang dengan ucapanmu, membunuh kau bilang? Kau itu aneh, membuat kontrak yang merugikan diri sendiri, mengambil alih tubuhku untuk melawan iblis, lalu membunuh dengan rasa kepedulian, sebenarnya.... Apa yang ada dalam dirimu?"
"Bahkan, namamu aku tak tahu!?"
Kemudian, tangan kanan vampir menusuk kepalanya sendiri.
"Kau tahu jawabannya bukan? Aku perempuan gila"
Lagi-lagi Faith merasa jika wajah Vampir yang menatapnya ini dipenuhi kebohongan.
Darkness Veiling the Truth