Aku berjalan mendekat ke pintu masuk kota Virthelda, penjaga kota memberhentikan ku dan bertanya tentang kartu ID sebelum memasuki kota. "Permisi, tolong tunjukkan kartu anda sebelum memasuki kota."
"U-uh..." Aku menggeleng-gelengkan kepala, karena tidak memiliki kartu ID itu. "Maaf, aku tidak memilikinya..."
Penjaga kota itu menghela nafas, lalu tersenyum, "Tidak apa, anda bisa melakukan pemeriksaan identitas di pos penjaga lalu membayar 2 koin perak untuk memasuki kota."
Pemeriksaan identitas? Ah, apa mereka ingin memeriksa, aku pernah melakukan kejahatan atau tidak ya. "Baiklah!"
Penjaga itu membawaku ke pos penjaga untuk melakukan pemeriksaan identitas. Setelah beberapa saat pemeriksaan selesai, tapi yang menjadi permasalahannya adalah, aku tidak memiliki perak sama sekali.
"Anda tidak memiliki identitas dan perak. Maaf mengatakan ini, tapi darimana asal anda?" Ucap penjaga itu dengan kebingungan dimatanya.
Apa yang harus ku jawab...? Apa aku harus jujur kalau aku berasal dari tempat itu?
Aku mencoba mencari alasan yang masuk akal, tapi tidak ada yang terlintas di pikiranku. Aku hanya bisa menunduk dan menggigit bibirku. "Aku... aku tidak tahu..." Aku berbisik dengan suara pelan.
Penjaga itu menatapku dengan tatapan curiga, "Tidak tahu? Bagaimana mungkin anda tidak tahu asal anda sendiri? Apa anda kehilangan ingatan atau sesuatu?"
Aku mengangguk pelan, berharap dia percaya padaku. "Ya, begitulah. Aku terbangun di penjara bawah tanah dan berhasil meloloskan diri dari Mimic. Aku tidak ingat tentang asalku."
Penjaga itu terkejut mendengar ceritaku. Dia tampak ragu-ragu, tapi akhirnya dia mengangkat bahunya dan berkata, "Baiklah, baiklah. Aku akan memberi anda keringanan kali ini. Anda bisa memasuki kota tanpa membayar perak, tapi anda harus segera mencari tempat tinggal dan pekerjaan. Jangan sampai membuat masalah di sini, ya."
Aku mengucapkan terimakasih pada penjaga itu, dan berjanji akan membalasnya suatu hari nanti. Lalu aku berjalan ke dalam kota, dan melihat sekelilingku.
Aku melihat banyak orang yang berjalan, berdagang dan berbicara dan ada yang tertawa. Aku berhenti didepan sebuah penginapan, dipintu penginapan itu ada papan yang bertuliskan "Mencari gadis muda yang bisa melayani pelanggan".
"Mungkin ini kesempatan ku." Ucapku dengan sedikit semangat.
Aku memasuki penginapan itu, dan disambut oleh seorang wanita paruh baya yang ramah. Dia bertanya apakah aku ingin menginap atau bekerja di sini.
"Saya ingin bekerja di sini." Jawabku dengan sopan.
Wanita itu tersenyum, lalu menatapku dari atas ke bawah. "Kamu cantik, dan memenuhi persyaratan untuk bekerja disini. Apa kamu tidak masalah jika mulai langsung bekerja?"
"Tidak apa, saya bisa langsung bekerja, tapi apa pekerjaan pertama saya?" Ucapku sambil menundukkan kepala.
Wanita itu memberitahuku pekerjaan pertamaku cukup sederhana, hanya melayani pelanggan yang ingin memesan kamar atau makanan. Dia juga memberiku seragam dan apron yang harus ku pakai saat bekerja. "Kamu bisa mengambil pesanan dari pelanggan, lalu membawanya ke dapur. Jika ada yang ingin menginap, kamu bisa menunjukkan kamar yang tersedia dan memberi mereka kunci. Jangan lupa untuk selalu tersenyum dan sopan, ya." Ucapnya dengan ramah.
Aku mengangguk, lalu mengenakan seragam dan apron itu. Aku merasa agak canggung dengan pakaian baru ini, tapi aku berusaha untuk tidak memperdulikannya. Aku berharap aku bisa bekerja dengan baik di sini, dan mendapatkan uang untuk hidupku.
Aku mulai bekerja dengan melayani pelanggan yang datang ke penginapan itu. Aku mencatat pesanan mereka, lalu membawanya ke dapur. Aku juga membantu membersihkan meja dan piring yang kotor. Aku merasa agak lelah, tapi aku tetap semangat.
Aku melihat seorang pria yang duduk di sudut ruangan. Dia tampak seperti seorang petualang, dengan pedang dan tas besar di sisinya. Dia menatapku dengan tatapan tajam, lalu melambaikan tangannya padaku.
"Permisi, bolehkah saya membantu anda?" Tanyaku dengan sopan.
Pria itu tersenyum, lalu berkata, "Ya, boleh. Aku ingin memesan kamar untuk malam ini. Apa ada yang kosong?"
Aku mengangguk, lalu menunjukkan buku catatan yang berisi daftar kamar yang tersedia. "Ada beberapa kamar yang kosong, anda bisa memilih salah satu dari sini."
Pria itu melihat buku catatan itu, lalu menunjuk salah satu nomor kamar. "Hmm, aku mengambil yang ini."
Aku mencatat nomor kamar itu, lalu memberinya kunci. "Baiklah, ini kuncinya. Kamar anda ada di lantai dua, nomor 12. Selamat menikmati malam anda."
"Terima kasih." Ucap pria itu, lalu berdiri dan mengambil barang-barangnya. Dia berjalan menuju tangga, tapi sebelum naik dia berhenti dan menoleh padaku.
"Ngomong-ngomong, namaku Argant. Kamu siapa?" Tanyanya dengan ramah.
Aku terkejut dengan pertanyaannya, tapi aku menjawabnya dengan senyum. "Nama saya... Rain."
"Rain? Nama yang cantik dan unik." Puji Argant.
"Terimakasih, semoga mimpi indah." Ucapku dengan senyum.
"Ya, semoga kamu juga." Ucap Argant, lalu melangkah naik tangga.
Aku kembali ke mejaku, aku melayani pelanggan lain dengan senyuman. "Hehe..." Tawa kecilku.